Makalah Peran Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penulisan
Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun
yang sudah berpengalaan adalah pengelolaan kelas. Aspek yang paling sering
didiskusikan oleh para penulis professional dan oleh para pengajar adalah juga pengelolaan
kelas. Mengapa demikian? Jawabannya sederhana. Pengelolaan merupakan masalah
tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai
tujuan pengejaran secara efisien secara dan memungkinkan mereka untuk belajar.
Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran
yang efektif. Tugas utama yang paling sulit bagi guru adalah pengelolaan kelas,
lebih-lebih tidak ada satu pun pendekatan yang dikatakan paling baik.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai
jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan anak didik,
merupakan syarat pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan
prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.[1]
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
beberapa hal yang berkaitan dengan peran guru dalam pengelolaan pembelajaran.
Adapaun pokok bahasannya mengenai, pengertian pengelolaan pembelajarann, peran
dan tugas guru dalam pengelolaan pembelajaran, dan usaha preventif masalah
pengelolaan kelas.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian pengelolaan pembelajaran?
2.
Bagaimana
peran dan tugas guru dalam pengelolaan pembelajaran ?
3.
Bagaimana
usaha preventif dalam masalah pengelolaan kelas?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Agar
dapat memahami pengetian pengelolaan pembelajaran.
2.
Agar
dapat memahami peran dan tugas guru dalam pengelolaan pembelajaran.
3.
Agat
dapat memahami uaha preventif masalah pengelolaan kelas
D.
Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam
makalah ini adalah metode library
research. yang mana penulis menggunakan buku-buku dari perpustakaan sebagai
bahan referensi dimana penulis mencari literatur yang sesuai dengan materi yang
di kupas dalam makalah ini dan penulis menyimpulkan dalam bentuk makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian pengelolaan pembelajaran
Pengelolaan
pembelajaran sangat erat kaitannya dengan pengelolaan kelas. Dalam hal ini
pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan.
Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas
dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik
sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Ketika kelas
terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi
proses belajar mengajar.
Dalam
konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan pembela-jaran penting untuk
diketahui oleh siapa pun juga yang menerjunkan dirinya ke dalam dunia
pendidikan. Maka adalah penting untuk mengetahui pengertian pengelolaan
pembelajaran dalam hal ini. Pengelolaan pembelajaran terdiri dari dua kata,
yaitu pengelolaan dan pembelajarann. Pengelolaan itu sendiri akar katanya
adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata
pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa
Inggris, yaitu management, yang
berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan
dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (1990: 2) adalah
pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.[2]
Menurut
Hamalik, pembelajaran adalah “suatu kombinasi yang tersusun yang meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”. Sedangkan menurut Suyudi,
pembelajaran adalah salah satu proses untuk memperoleh pengetahuan, sedangkan
pengetahuan adalah salah satu cara untuk memperoleh kebenaran/nilai, sementara
kebenaran adalah pernyataan tanpa keragu-raguan yang dimulai dengan adanya
sikap keraguan terlebih dahulu”.
Selain
itu pembelajaran didefinisikan sebagai suatu system atau proses membelajarkan
subyek didik/pembelajar yang dirancanakan atau didesain, dilaksanakan, dan
dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.[3]
Jadi
dapat disimpulkan bahwa, pengelolaan pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja dilakukan oleh guru/pengajar yang
melibatkan peserta didik dalam mengelola pembelajaran guna mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien.
Pendapat
lain mengenai pengelolaan pembelajaran dikemukakan oleh Nana Sudjana (1988)
yang menjelaskan bahwa pengelolaan pembelajaran merupakan kegiatan
memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran
(PBM) yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan merespons) komponen-komponen
pembelajaran, sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara
penyampaian kegiatan (metode dan teknik, serta bagaimana mengukurnya (evaluasi)
menjadi jelas dan sisitematis".
B.
Peranan dan tugas guru dalam pengelolaan pembelajaran
1.
Peranan
guru dalam pengelolaan pembelajaran
a.
Guru
sebagai Pendidik.
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi
bagi para peserta didik, dan lingkungan. Oleh karena itu, guru harus memiliki
standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa,
mandiri, dan disiplin.
Berkaitan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta memahami
nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai
dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap
segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan di dalam kehidupan
bermasyarakat.
b.
Guru
sebagai pengajar.
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dan dengan guru, kemampuan
verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam
berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran
peserta didik dapat belajar dengan baik.
c.
Guru
sebagai pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran
perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik
tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual
yang lebih dan kompleks.
Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas,
menetapkan waktu perjalanan, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang
ditempuhmenggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesui
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
d.
Guru
sebagai pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan
baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai
pelatih. Pelatihan dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar
dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta
didik dan lingkungan. Untuk itu, guru harus banyak tahu, merskipun tidak
mencakup semua hal secara sempurna, kerena hal itu tidaklah mungkin.
e.
Guru
sebagai penasehat.
Guru adalah sebagai penasehat bagi peserta didiknya. Bahkan bagi
orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat
khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk
menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat
keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta didik akan
menemukan sendiri dan secara mengherankan, bahakan mungkin menyalahkan apa yang
ditemukannya, serta akan mengadukan kepada guru sebagai orang kepercayaannya.
f.
Guru
sebagai pembeharu.
Guru memerjemahkan pengalaman yang telah lalu kedalam khidupan
yang lebih bermakna bagi peserta didik.
Unsur yang hebat dari manusia adadal kemampuan untuk belajar dari
pengalaman orang lain. Kita menyadari bahwa manusia normal dapat menerima
pendidian, dengan memiliki kesempatan yang
cukup, ia dapat mengambil bagian dari pengalaman yang bertahun-tahun,
proses belajar serta prestasi manusia dan mewujudkan yang terbaik dalam suatu kepribadian yang unik dalam jangka
waktu tertentu.
g.
Guru
sebagai model dan teladan
Sebagai teladan, tentu saja peribadi dan apa yang dilakukan guru
akan mendapat sorotan pesrta didik serta oarang di sekitar lingungannya yang menganggap atau mengakuinya
sebagai guru. misalnya seperti;
1)
Sikap
dasar; postur yang aan nampak dalam masalah-masalah penting, keberhasilan,
kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan antara manusia, agama pekerjaan
permainan dan diri.
2)
Bicara
dan gaya bicara; penggunaan bahasa sebagi alat berfikir.
3)
Kebiasaan
bekerja ; gaya seseorang yang dipakai seseorang dalam bekerja yang iut mewarnai
kehidupannya.
4)
Sikap
melalui pengalaman dan kesalahan ;
pengertian hubungna antara luasnya pengalaman dan nilai serta tidak
munginnya mengelak dari kesalahan.
h.
Guru
sebagai pribadi
Sebagi individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus
memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ujian berat dalam hal
ini adalah rangsangan yang merangsang emosi.
Sebagai pribadi yang hidup ditengah-tengan masyarakat, guru perlu
juga memiliki kemampuan berbaur dengan masyarakat dengan kemampuannya, antara
lain kegiatan olahraga, keagamaan, dan kepemudaan.
i.
guru
sebagai peneliti
Pembelajaran adalah seni yang dalam pembelajarannya memerlukan
penyesuaian-penyesuaian dengan kondosi
lingkungan. Untuk itu diperluan berbagai
penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. oleh karena itu guru adalam seorang pencari atau peneliti.
j.
Guru
sebagai pendorong kreativitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran,
dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukan proses kreativitas
tersebut. Kreativitas merupakan suatu
yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan disekitar
kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan suatu yang sebelumnya tidak adan dan tida
dilakukan seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
k.
Guru
sebagai pembangkit pandangan
Dunia ini panggung sandiwaran yang pennuh dengan berbagai kisah
mulai dengan kisah nyata sampai yang direkanyasa. Dalam hal ini guru dituntut
untuk memberikan dan memelihara pandangan tetentang peserta didiknya. Mengenban
fugsi ini guruharus trampll dalam berkomuni asi dengan peserta didik di segala
umur, sehinggaa setiap langkah dri proses pendididkan yang dikelolanya
dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini. Guru tahu bahwa iya tidak dapat
menbangkitkan pandangan tentang kebesaran kepada peserta didik jika iya sendiri
tidak memilinya oleh karena itu, para guru perlu dibekali dengan ajaran tentang
hakikat manusia dan setelah mengenalnya akan mengenal pula kebesaran alah.
l.
Guru
sebagai rutin
Guru bekerja dengan ketrampilan dan kebiasan tertentu serta
kegiatan rutin yang amat diperlukan dan sering kali memberatkan. Jika kegiatan
tersebut tidak dikerjakan dengn baik, maka bisa bisa mengurangi atau merusak
keefetifan guru pada semua peranannya. Disamping itu, jka kegiatan rutin
tersebut idak disukai, bisa merusak dan merubah sikap umumnya terhadap
pembelajaran. sebagai contoh, dalam setiap egiatan pembelajaran guru harus
membuat persiapan tertulis, jika guru membenji atau tidak menyenangi atau tidak
menyenangi tugas ini makan akan merusak pembelajaran
m.
Guru
sebagai pemindah kemah
Hidup ini selalu perubah dan guru adalah seorang pemindah kemah,
yang suka memindah-mindahkan, dan membantu peserta didik meninggalkan hal lama
menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami.
Guru berusaha geras untuk mengetahui asal peserta didik,
kepercayaan, dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan, serta membantu menjauhi
dan meninggalkan untuk mendapatkan cara-caraa baru yang lebih sesuai.
Untuk menjalan kan fungsi ini guru harus memahami mana yang tidak
bernmanfaan dan barang kali membahayakan perkembangan peserta didik dan
memeahami mana yang bermanfaat.
Guru dan peserta didik bekerja sama mempelajari cara baru, dan
meningalkan kepribadian yang telah membantunya mencapai tujuan dan menggantinya
sesuai dengan tutuntan masa kini. Proses ini menjadi suatu transaksi bagi guru
dan peserta didik dalam pembelajaran.
n.
Guru
sebagai pembawa cerita
Sedah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan
keberadaan serta bagaima perubahan dari keberadaan itu. Tidak mungkin bagi
manusia hanya muncul dalm lingkunganya, dan berhubungan ddengan lingkungan
tanpa mengetahui asal usulnya, ia benar-benar ingi tahu tentang awal
keberadaannya. Serta ingintahu apa, bagai manan dan mengapa ia terjadi di dunia
ini. Semua ini diperoleh melalui cerita.
Cerita berlangsung secara lisan hingga mencapai era kristalisasi
kata kata yang tertulis, telah memberikan keberhasilan generasi baru dan
generasi berikutnya, serta dengan kesabaran melengkapi manusia dengan catatan
tentang pewarisnya.
Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur.
Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama
dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan
oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka.
o.
Guru
sebagai aktor
Sebagi seorang aktor, guru harus melakukan apa yang ada dalam
naskah yang telah di susun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan
kepada penonton. Penampilan yang bagus dari seorang aktor akan mengakibatkan
para penonton tertawa, mengikuti dengan sungguh sungguh, dan juga bisa menangis
terbawa oleh penampilan sang aktor. Untuk bisa berperan sesuai dengan tuntutan
naskah, ia harus menganalisis dan melihat kemampuanya sendiri, persiapanya,
memperbaiki kelemahan, menyempurnakan aspek aspek baru dari setiap penampilan,
mempergunakan pakaian, tatarias sebagaimana yang diminta, dan kondisinya
sendiri untuk menghadapi ketegangan emosinya dari malam kemalam serta mekanisme
fisik yang harus ditampilkan.
p.
Guru
sebagai emansipator
Dengan kecerdikanya, guru mampu memahami potensi peserta didik,
menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak”
stagnasi kebudayaan. Ketika masyarakat membicarakan rasa tidak senang kepada
peserta didik tertentu, guru harus mengenal kebutuhan peserta didik. Dia tahu
bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik
dari “ self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan, dan dari perasaan
tertolak dan rendah diri. Dalam hal ini, guru harus mampu melihat sesuatu yang
tersirat disamping yang tersurat, serta mencari kemungkinan pengembanganya.
q.
Guru
sebagai evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling
komplek, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel
lain yang mempuyai arti apabila berhubungan dengan kontek yanghampir tidak
mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran
tanpa penilaian karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil
belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh
peserta didik.
Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip prinsip
dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau nontes. Teknik apapun yang
dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi
tiga tahap, yaitu : persiapan, pelaksanaaan, dan tindak lanjut.
r.
Guru
sebagai pengawet
Salah satu tugas pendidikan adalah mewariskan kebudayaan dari
generasi kegenerasi berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih
banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun masa depan. Hal ini disebabkan oleh
keberhasilan tugas pendidikan yang lain, yaitu pembekalan individu agar mampu
berpartisipasi dalam masyarakat dan mampu memberikan sumbangan bagi kehidupan
dimasa depan.
s.
Guru
sebagai kulminator
Tidak ada manusia yang mengetahui kapan kehidupan dimulai dan kapan
di akhiri, demikian pula dengan kegiatan belajar. Beberapa pertanyaan di
ajukan, misalnya, apakah kehidupan dimulai sejak sebelum konsepsi atau sejak
manusia dilahirkan ? Dalam hal belajar, kita tidak tahu kapan seorang anak
belajar berjalan, berbicara dan sebagainya. Kita juga tidak tahu persis, kapan
kita memahami suatu konsep, dan kapan belajar membuat suatu kesimpulan.
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap
dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancanganya peserta didik akan
melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik
bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Disini peran sebagi kulminator terpadu
dengan peran sebagi evaluator. [4]
2.
Tugas
guru dalam pengelolaan proses pembelajaran di sekolah
Tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya
sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif
didalam kelas, yang lazim disebut proses belajar mengajar. Guru juga bertugas
sebagai administrastor, evalator, konselor, dan lain-lain sesuai dengan sepuluh
kompetensi (kemampuan) yang dimilkinya. Namun uraian kali ini kami batasi
masalah proses belajar mengajar sebagaimana telah tertuang dalam topik bahasan.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan
disekolah. Agar tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar, maka
perlu pengadministrasian kegiatan-kegiatan belajar mengajar, yang lazim disebut
administrasi kurikulum. Bidang pengadministrasian ini sebenarnya merupakan
pusat dari semua kegiatan di sekolah (M. Moh. Rifai, 1986: 114). Menurut James
B. Brow seperti yang dikutip oleh Sardiman A.M. (1990:142), mengemukakan bahwa
tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi
pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan
mengevaluasi kegiatan siswa.
Tugas guru dalam proses belajar mengajar meliputi tugas paedagogis
dan tugas administrasi. Tugas paedagogis adalah tugas membantu, membimbing dan
memimpin. (Moh. Rifai, 1989:135) mengatakan bahwa:
Di dalam situasi pengajaran, gurulah yang memimpin dan bertanggung
jawab penuh atas kepemimpinan yang dilakukan itu. Ia tidak melakukan
instruksi-instruksi dan tidak berdiri dibawah instruksi manusia lain kecuali
dirinya sendiri. Setelah masuk dalam situasi kelas.
Jadi setelah masuk kelas tugas guru adalah sebagai pemimpin dan
bukan semata-mata mengontrol atau mengkritik.
Mengenai tugas guru dalam pengelolaan pengajaran dalam buku
Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Kurikulum 1984 Pendidikan Kejuruan
disebutkan sebagai berikut:
a.
Membuat
program pengajaran.
b.
Mengorganisasi
kelas dan siswa, meliputi:
1)
Mengetur
ruangan dan perabot pelajaran di kelas.
2)
Mengatur
siswa dalam belajar.
3)
Memilih
metode belajar mengajar.
c.
Menggunakan
sarana dan lingkungan sebagai sumber belajar (1985: 22)
Sementara Guru, seperti dikutip Hadari Namawi, merumuskan tugas
guru dalam pengelolaan pengajaran sebgai berikut:
a.
Merumuskan
tujuan instruksional.
b.
Mengenal
dan dapat menggunakan metode mengajar.
c.
Mampu
memilih, menyusun dan menggunakan prosedur instrusional yang relevan dengan
materi dan muid.
d.
Mampu
melaksanakan program belajar mengajar yang dinamis.
e.
Mengenal
dan memahami kemampuan anak didik.
f.
Mampu
merencanakan dan melaksanakan program remedial (Hadari Namawi, 1982: 124).[5]
C.
Usaha
Preventif Masalah Pengelolaan Kelas
Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakaukan oleh
guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar
berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan
yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisisk maupun kondisi
sosio-emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan
keamanan untuk belajar. Tindakan lain dapat berupa tindakan korektif terhadap
tingkah laku peserta didik yang menyimpang dan merusak kondisis optimal bagi
proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
Dimensi korektif dapat berbagi dua yaitu tindakan yang seharusnya
segera diambil guru pada saat terjadi gangguan (dimensi tindakan) dan tindakan
penyembuhan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang terlanjur terjafi agar
penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut. Dimensi pencegahan dapat merupakan
tindakan guru dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan, dan
lingkungan sosio-emosional.
1.
Kondisi
Dan Situasi Belajar Mengajar
a.
Kondisi
fisik
Lingkungan fisisk tempat belajar mempunyai pengaruh penting
terhadap hasil perbuatan belajar.lingkungan fisisk yang menguntungkan dan
memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitasproses perbuatan
belajar peserta didik dan mempunyai pengaruh positif akan meliputi hal-hal di
bawah ini.
1)
Ruangan
Tempat Berlangsungnya Proses Belajar Mengajar
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua bergerak leluasa
tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara peserta didik yang satu
dengan yang lainnya pada saat melakukakan aktivitas belajar. Besarnya ruangan
kelas sangat tergantung pada berbagai hal anata lain.
·
Jenis
kegiatan, apakah kegiatan pertemuan tatap muka dalam kelas ataukah kerja di
ruangan praktikum.
·
Jumlah
perserta didik yang melakukan kegiatan-kegiatan bersama secara klasikal akan
berbeda dengan kegiatan dalam kelompok kecil. Kegiatan klasikal secara relatif
membutuhkan ruangan rata-rata yang lebih per orang bila dibandingkan dengan
kebutuhan ruangan untuk kegiatan kelompok.
Jika ruangan tersebut mempergunakan hiasan pakailah hiasan-hiasan
yang mempunyai nilai pendidikan yang dapat secara tidak langsung mempunyai
‘daya sembuh’ bagi pelanggar disiplin. Misalnya dengan kata-kata yang baik,
anjuran-anjuran, gambar tokoh sejarah, peraturan yang berlaku, dan sebagainya.
2)
Pengaturan
Tempat Duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan
terjadinya tatap muka, dimana dengan demikian guru sekaligus dapat mengontrol
tingkah laku peserta didik. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi
kelancaran pengaturan proses belajar megajar. Beberapa pengaturan tempat duduk
diantaranya:
·
Berbaris
berjajar,
·
Pengelompokanyang
terdiri atas 8 sampai 10 orang,
·
Setengah
lingkaran seperti dalam teater, dimana disamping guru, bisa langsung bertatap
muka dengan peserta didik juga mudah bergerak untuk segera memberi bantuan
kepada peserta didik,
·
Berbentuk
lingkaran,
·
Individual
yang biasanya terlihat diruang baca, diperpustakaan atau ruangan praktik
laboratium,
·
Adanya
dan tersedianya ruang yang sifatnya bebas dikelas di samping bangku tempat
duduk yang diatur.
·
Dengan
sendirinya penataan tempat duduk dapat diataur sesuai dengan kebutuhan.
3)
Ventilasi
dan Pengaturan Cahaya
Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela
harus cukup besar sehingga memungkinkan panas cahaya matahari masuk, udara
sehat dengan ventilasi yang baik, sehingga semua peserta didik didalam kelas
dapat menghirup udara segar yang cukup mengandung O2 (oksigen), peserta didik
harus dapat melihat tulisan dengan jelas, tulisan dipapan, pada bulliten board,
buku bacaan, dan sebagainya. Kapur yang digunakan sebaiknya kapur yang bebas
dari abu dan selalu bersih. Cahaya harus datang dari sebelah kiri, cukup terang
akan tetapi tidak menyilaukan.
4)
Pengaturan
Penyimpanan Barang-Barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah
dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan
belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan
diruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi, dan
sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggugerak kegiatan peserta didik. Cara pengambilan barang dari tempat
khusus, penyimpanan dan sebagainya hendaknya diataur sedemikian rupa sehingga
barang-barang tersebut segera dapat digunakan.
Tentu saja masalah pemeliharaan barang-barang tersebut sangat
penting, dan secara periodik harus dicek dan recek. Hal yang tak kalah
pentingnya adalah pengamanan barang-barang tersebut dari pencurian, pengaman
terhadap barang yang mudah meledak atau terbakar. Alat pengaman harus selalu
tersedia seperti alat pemadam kebakaran, P3K, dan sebagainya.
b.
Kondisi
Sosio-Emosional
Suasana sosio-emosional dalam kelas akan mempengaruhi yang cukup
besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan peserta didik merupakan
efektivitaf tercapainya tujuan pengajaran.
1)
Tipe
Kepemimpinan
Peranan guru, tipe kepemimpinan guru, atau administrator akan
mewarnai suasana emosional didalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih berat
pada otoriter akan mengahasilkan sikap peserta didik yang submissive atau
apatis. Tapi dipihak lain juga akan menumbuhkan sikap yang agresif.
Kedua sikap peserta didik yaitu apatis dan agresif ini merupakan
sumber problem pengelolaan, baik sikapnya yang individual maupun kelompok kelas
sebagai keseluruhan. Dengan tipe kepemimpinan yang otoriter peserta didik hanya
akan aktif kalau ada guru dan kalau guru yang mengawasi maka semua aktivitas
menjadi menurun. Aktivitas proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru
dan menuntut sangat banyak perhatian pada guru.
Tipe kepemimpinan yang cenderung pada laissez-faire biasaya tidak
tidak produktif walaupun ada pemimpin. Kalau guru ada peserta didik lebih
banyak melakukan kegiatan yang sifatnya yang ingin diperhatikan.dalam
kepemimpinan tipe ini malahan biasanya aktivitas peserta didik lebih produktif
kalau gunanya tidak ada. Tipe ini biasanya lebih cocok pada peserta didik yang
innerdirected dimana peserta didik tersebut aktif, penuh kemauan, berinisiatif,
dan tidak selalu menuggu pengarahan. Akan tetapi kelompok peserta didik semacam
ini biasanya tidak cukup banyak.
Tipe kepemimpinan guru yang
lebih menekankan kepada sikap demokratis lebih memungkinkan terbinanya
sikap persahabatan gru dan peserta didik dengan dasar saling memahami dan
saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang
menguntungkan bagi terciptanya kondisi proses belajar mengajar yang optimal,
peserta didk akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun
tanpa diawasi guru.dalam kondisi semacam ini biasanya problem pengelolaan bisa
dibatasi sedikit mungkin.
2)
Sikap
Guru
Sikap guru dalam menghadapi peserta didik yang melanggar peraturan
sekolah hendaknya tetap sabar, daan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan
bahwa tingkah laku peserta didik akan dapat diperbaiki. Kalau guru terpaksa
membenci, bencilah tingkah laku peserta didik dan buka benci peserta didik.
Terimalah peserts didik dengan hangat kalau ia insyaf akan
kesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak dan ciptakan satu kondisi yang
menyebabkan peserta didik sadar akan kesalhannya dan ada dorongan untuk
memperbaiki kesalahannya.
3)
Suara
Guru
Suara guru walaupun bukan faktor yang besar tetapi turut mempunyai
pengaruh dalam belajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi
atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh peserta didik secara jelas
dari jarak yang agak jauh akan membosankan dan pelajaran tidak akan
diperhatikan. Suasana semacam ini mengundang tingkah laku yang tidak
diinginkan.
Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara
yang penuh kedengarannya rileks akan mendorong peserta didik percobaan terarah,
dan sebagainya. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan
peserta didik ynag mendengarnya.
4)
Pembinaan
Raport
Sekali
lagi ingin kita tekankan bahwa pembinaan hubungan baik dengan peserta didik
dalam masalah pengelolaan sangat penting. Dengan hubungan baik guru peserta
didik diharapkan peserta didik senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat,
bersikap optimistik, serta realistik dalam kegiatan belajar yang sedang
dilakukannya.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengelolaan
pembelajaran adalah suatu usaha yang
sengaja dilakukan oleh guru/pengajar yang melibatkan peserta didik dalam
mengelola pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien.
Peranan
guru dalam pengelolaan pembelajaran, antar lain: guru sebagai pendidik, guru
sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, guru sebagai pelatih, guru sebagai
penasehat, guru sebagai pembeharu, guru sebagai model dan teladan, guru sebagai
pribadi, guru sebagai peneliti, guru sebagai pendorong kreativitas, guru
sebagai pembangkit pandangan, guru sebagai rutin, guru sebagai pemindah kemah ,
guru sebagai pembawa cerita, guru sebagai aktor, guru sebagai emancipator, guru
sebagai evaluator, guru sebagai pengawet, dan guru sebagai kulminator.
B.
Kritik dan Saran
Makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna.
Untuk itu penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian,
agar menjadi masukan dan perbaikan bagi penulis sehingga kedepannya makalah ini
menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
E. Mulyasa. 2011. Menjadi Guru
Profesional, cet. 10 Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Kokom Komalasari. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan
Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
Suryosubroto. 1997. Proses
Belajar Mengajare Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain.
2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
[1]
Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan Zain, “Strategi Belajar Mengajar”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Hal. 173
[2] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain, “Strategi Belajar Mengajar”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Hal. 174.
[3] Kokom Komalasari, “Pembelajaran Kontekstual Konsep dan
Aplikasi”, (Bandung, Refika Aditama, 2013), Hal. 3
[4] E. Mulyasa, “Menjadi Guru
Profesional, cet. 10” (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2011).
H.35-65
[5] Suryosubroto, “Proses Belajar
Mengajare Di Sekolah”, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 1997) hlm: 6.
Komentar
Posting Komentar