Makalah tentang Rabi'ah al-Adawiyah
Rabi’ah al-Adawiyah
A.
Pendahuluan
Ajaran Islam berdasarkan pada landasan aqidah, syari’ah, dan
al-akhlak al-karimah, akhlak yang mulia. Ajaran tersebut secara lengkap
tercermin pada perilaku nabi Muhammad
SAW. (w. 11 H/632 H), yang dapat disebut sebagai Al-Qur’an hidup. Nabi Muhammad
merupakan figur sentral yang menjadi teladan umat Islam dalam kehidupan sosial,
intelektual, dan penghayatan nilai-nilai spiritual. Keterlibatan nabi Muhammad
dalam kehidupan sosial politik tidaklah terpisah dari penghayatan nilai-nilai
spiritual; bahkan keikut sertaan beliau dalam kehidupan sosial, politik, dan
ekonomi itu bertujuan untuk mengintegrasikan keduanya dalam titik pusat
spiritual yang dalam; yakni penghayatan terhadap nilai-nilai ketuhanan
rabbaniyah atau rabbiyah, rabbaniyah atau rabbiyah adalah dua istilah Al-Qur’an
yang menggambarkan hidup dengan semangat ketuhanan. Dengan kata lain, yaitu
hidup dengan semangat mencapai ridha Allah yang terwujud dalam pola hidup
kesalehan dan penuh dedikasi kepada cita-cita mewujudkan al-akhlaq al-karimah
atau kehidupan bermoral.
Dengan kata lain, esensi ajaran Islam terletak pada al-akhlaq
al-karimah, yakni akhlak mulia; dan akhlak mulia itu merupakan esensi tasawuf.
Mempelajari tasawuf berarti mempelajari akhlak dan mempelajari akhlak berarti
mempelajari tasawuf. Dalam kurikulum UIN/IAIN/STAIN keduanya digabungkan
menjadi satu, yakni akhlak tasawuf. Jika akhlak menempati posisi sentral dalam
ajaran Islam. Jika kedudukan akhlak dalam kehidupan seorang muslim sangat
strategis, demikian juga kedudukan tasawuf dalam kehidupan seorang muslim, jadi
tasawuf merupakan jantung ajaran Islam, tentu saja tasawuf yang dimaksud sesuai
dengan Al-Qur’an dan al-Sunnah. Dapat ditambahkan sebagai catatan bahwa tidak
semua amaliah tasawuf sama sebangun dengan ajaran Islam. Hanya tasawuf yang
berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Nabi saja yang identik dengan akhlak Islam.
Tasawuf berkembang menjadi cabang ilmu keislaman tersendiri yang
menekankan penyucian jiwa dan pendekatan diri kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.
Seluruh ibadah dalam Islam yang diatur di dalam syari’ah bertujuan menyucikan
jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah. Kaum sufi – orang menjalani kehidupan
tasawuf – tidak hanya melakukan ibadah secara formal sesuai dengan ketentuan
syariah, tetapi juga berusaha menangkap rahasia syari’ah yang dapat membawa
mereka lebih dekat lagi kepada Allah, mereka memberi perhatian yang sangat
besar terhadap kualitas dan kuantitas terhadap ibadah formal itu dengan
berbagai latihan yang telah diatur sedemikian rupa agar kesucian jiwa dan
kedekatan diri mereka kepada Allah dapat mereka rasakan. Filsafat yang
mendasarinya menurut, Harun Nasution adalah hakikat berikut, pertama, Tuhan
bersifat immateri, bukan fisiknya yang bersifat materi. Kedua, Allah Mahasuci.
Yang dapat diterima Tuhan untuk
mendekati-Nya adalah jiwa yang suci, dengan demikian manusia dapat mendekati
Allah adalah manusia yang jiwanya suci karena Allah Mahasuci.[1]
Dalam akhlak tasawuf banyak tokoh-tokoh terkenal para ulama tasawuf
yang patut kitaketahui dan sangat menarik unutk kita bahasa adapun dari sekian banyak tokoh yang mungkin
diantaranya adalah: Hasan al Basri, Rabiatul Adawiyah, Zunnun al Misri, Ibnu
Arabi, Abu Yazid Al Bustami, Al Hallaj, Nuruddin al Raniri, Hamka, dan ulama
lainnya.
Dalam
makalah ini kami akan membahas,tentang biografi singkat Hasan al basri,
karya-karya dan konsep ajarannya.
B.
Pembahasan
1.
Biografi singkat Rabi’ah al-Adawiyah (95/713-185/801)
Sufi yang terkenal dengan maqam Mahabbah
(Cinta Ilahi). Nama lengkapnya adalah Rabi’ah binti Isma’il al-adawiyah.
Pemberian nama Rabi’ah dilatarbelakangi oleh sensibilitas keluarganya, sebagai
anak keempat dari empat bersaudara, disamping tiga orang putri lainnya, dari
keluarga miskin di Basrah. Sedemikian miskinnya hingga minyak lampu untuk
menerangi saat kelahirannya pun orang tuanya tidak punya.
Keadaan keluarganya yang miskin mnyebabkan rabi’ah menjadi hamba
sahaya dengan pengalaman penderitaan yang silih berganti. Kemampuannya
menggunakan alat musik dan menyanyi selalu dimanfaatkan oleh majikannya untuk
mencari harta dunia. Rabi’ah sadar betul dengan keadaannya yang dieksploitasi
oleh majikannya tersebut, sehingga selain terus menerus mengerjakan
tugas-tugasnya sebagai seorang pembantu rumah tangga (Budak) selalu memohon petunjuk
dari Allah SWT.[2]
Rabi’ah Al-dawiyah yang seumur yang seumur hidupnya tidak pernah
menikah, dipandang mempunyai saham yang besar dalam memperkenalkan konsep cinta
(al-hubb) khas sufi ke dalam
mistisisme dalam Islam. Sebagai seorang wanita zahibah. Dia selalu menampik setiap lamaran beberapa pria salah.
Dalam salah satu riwayat diakatakan, dia adalah seorang hamba yang
kemudian dibebaskan. Dalam hidup selanjutnya ia banyak beribadah, bertaubat,
dan menjauhi kehidupan duniawi. Ia hidup dalam kemiskinan dan menolak segala
bantuan yang diberikan orang lain kepadanya. Bahkan didalam Doa’anya ia tidak
meminta hal-hal yang bersifat materi dari Tuhan. Ia betul-betul hidup dalam
kehidupan zubd dan hanya ingin berada dekat pada Tuhan.
Sebagaimana halnya para zahid
sebelum dan semasanya, diapun selalu diliputi tangis dan rasa sedih.
Al-Sya’rani, misalnya dalam Al-Tabaqat
al-Kubro menyatakan bahwa “dia sering menagis dan bersedih hati, jika ia
diingatkan tentang neraka, maka beberapa dia jatuh pingsan; sementara tempat
sujudnya selalau basah oleh air matanya” dan diriwayatkan bahwa Rabi’ah
terus-menerus salat sepanjang malam setiap harinya.
Menurut riwayat dari Imam Sya’rani, pada suatu masa adalah seorang
yang menyebut-nyebut azab siksa neraka dihadapan Rabi’ah, maka pingsanlah
beliau lantaran mendengar hal itu, pingsan didalam menyabut-nyebut istighfaar memohon ampunan Tuhan. Tiba-tiba
setelah beliau siuman dari pingsannya dan sadar akan dirinya, beliaupun berkata
“saya mesti meminta ampun lagi dari pada cara meminta ampun saya yang pertama[3]
Kalau fajar tiba, dia tidur beberapa saat sampai fajar lewat.
Diriwayatkan pula bahwa setiap bangun tidur dia berkata: “Duh jiwa! Berapa lama
kamu tertidur dan sampai dimana kamu tertidur, sehingga hampir saja kau
tertudur tanpa bangkit lagi kecuali oleh terompet hari kebangkitan!”
demikianlah hal ini dilakukan setiap hari hingga ia meninggal dunia.[4]
Beliau sezaman dengan Sufyan Sauri , murid yang terkenal dari Hasan
Basri. Pada suatu hari didengarnya Sufyan mengeluh: “Wahai sedihnya hatiku”,
yaitu kesediha sufi yang telah diwariskan oleh gurunya. Mendengar itu
berkatalah Rubi’ah: “kesedihan kita masih sedikit sekali!. Karena kalau
benar-benar kita bersedih, kita tidak ada didunia ini!”
Itulah sedikit tentang biografi Rabi’ah al-Adawiyah seorang zahid
yang meningal dunia dalam tahun 185 H. (796 M), Orang-orang mengatakan bahwa ia
dikuburkan didekat kota Jerussalem.
2.
Karya-karya Rabi’ah al-Adawiyah
Karya-karya Rabi’ah al-Adawiyah merupakan aliran Muhabbah atau al-hubb yang berhubungan tantang cinta.
Beberapa karya yang diciptakan oleh Rabi’ah al-Adawiyah baik berupa larik syair
ataupun ucapannya yang berhubungan tentang rasa cintanya kepada Allah memang
sangat menunjukan dan membuktikan bahwa cintanya hanya untuk Allah. Selain itu
ia juga betul-betul hidup dalam zuhd, diantara
ucapannya yang terkenal tentang zuhd adalah,
sebagaiman diriwayatkan oleh al-Hujwiri dalam kitabnya Kasyf al-Mahjub:
“suatu ketika
aku membaca cerita bahwa seorang hartawan berkata kepada Rabi’ah: “mintalah
kepadaku segala kebutuhanmu!” Rabi’ah menjawab: “aku ini begitu malu meminta
hal-hal duniawi kepada Pemiliknya. Maka bagaimana bisa aku meminta hal itu
kepada orang yang bukan pemiliknya.”[5]
Selain
ucapannya diatas, dia juga pernah berucap tentang cintanya kepada Allah,
baginya Allah merupakan zat yang dicintai, bukan sesuatu yang harus dicintai,
adapun ucapannya adalah sebagai berilut:
“Aku mengabdi kepada Tuhan bukan karena aku takut masuk neraka....
bukan pula karena ingin masuk surga... tetapi aku mengabdi karena cintaku
kepada-Nya. Tuhanku, jika ku puja Engkau, karena takut neraka, bakarlah aku
didalamnya; dan jika kupuja Engkau karena mengharap surga, jauhkanlah aku dari
padanya; tetapi jika Engkau kupuja semata-mata karena Engkau, maka janganlah
sembuntikan kecantikan-Mu yang kekal itu dariku”[6]
Diantara
ucapan-ucapannya yang menggambarkan tentang konsep zuhd yang dimotivasi rasa cinta adalah:
“Wahai Tuhan! Apa pun bagiku dunia yang Engkau karuniakan kepadaku,
berikanlah semua kepada musuh-mushMu. Dan apapun yang akan Engkau berikan
kepada ku kelak di akhirat, berikanlah semua kepada teman-temanMu. Bagiku,
Engkau pribadi sudah cukup”
Tampak
jelas bahwa rasa cinta Rabi’ah al-Adawiyah kepada Allah begitu penuh meliputi
dirinya, sehingga sering membuat tidak sadarkan diri karena hadir bersama
Allah, seperti terungkap dalam larik syairnya:
Kujadikan Kau teman berbincang dalam kalbu
Tubuhku pun biar berbincang dengan temanku
Dengan temanku tubuhku berbincang selalu
Dalam kalbu
terpancang selalu Kekasih cintaku
Dalam
lariknya yang lain, lebih tampak lagi cintanya Rabi’ah al-Adawiyah terhadap
Allah. Dalam mengungkapkan rasa cintanya ini, dia bersenandung:
Aku cinta Kau dengan dua model cinta
Cinta rindu dan cinta karena Kau layak dicinta
Adapun inta rindu, karena hanya Kau kukenang selau,
Bukan selainMu
Adapun karena Kau layak dicinta, karena kau singkapkan
tirai sampai Kau nyata bagiku
Bagiku, tidak ada puji untuk ini dan itu.
Tapi sekalian puji hanya bagiMu selalu.
Selanjautnya,
dalam larik syairnya yang lain, dia mengungkapkan isi hatinya sebagai berukut:
Buah hatiku, cintaku hanya padaMu
Beri ampunlah para pembuat dosa yang datang ke hadiratMu
Engkaulah harapanku, kebahadiaan dan kesenanganku
Hatiku telah enggan mencintai selain dari diriMu[7]
Serta fatwa beliau yang berbunyi:
Engkau durhaka kepada Tuhan didalam batin
Tetapi dilidah engkau menyebut taat kepanya
Demi umurku. Ini buatan yang ganjil amat
Jika cinta sejati, tentu kau turut apa perintah
Karena pecinta, ke yang dicintai taat dah patuh
Itu lah kiranya beberapa karya beliau yang seakan menjelaskan
kecintaannya kepada Allah SWT.
3.
Konsep ajaran tasawuf Rabi’ah al-Adawiyah
Setelah mengetahui biografi dan karya-karya Rabi’ah al-Adawiyah
maka dapat diketahui bahwasannya konsep ajaran beliau atau isi pokok ajaran
tasawuf beliau adalah tentang cinta (al-habb)
atau Muhabbah.
a.
Pengertian Muhabbah
Kata
Muhabbah berasal dari kata ahabba,
yuhibbu, muhabatan, yang secara harfiah berarti mencintai secara mendalam,
atau kecintaan atau cinta yang mendalam. Dalam Mu’jam al-Falsafi, Jamil Shaliba mengatakan muhabbah adalah lawan dari al-baghd,
yakni cinta lawan dari benci . Al-Muhabbah
dapat pula berarti al-wadud yakni
yang sangat kasih atau penyayang.selain itu al-Muhabbah
dapat pula berarti kecenderungan ke[ada sesuatu yang sedang berjalan, dengan
tujuan untuk memperoleh kebutuhan yang bersifat material maupun spiritual,
seperti cinta sesorang yang sedang kasmaran pada sesuatu yang dicintainya,
orang tua pada anaknya, seseorang pada sahabatnya, atau seorang pekerja kepada
pelerjaannya.
Menurut
al-Qusyairi al-Muhabbah adalah merupakann hal (keadaan) jiwa yang mulia yang
bentuknya, adalah disaksikannya (kemuttlakannya) Allah SWT, oleh hamba,
selanjutnya yang dicintainya itu juga menyatakan cinta kepada yang
dikasihinya-Nya dan yang seorang hamba mencintai Allah SWT.
Selanjutnya
Harun Nasution mengatakan bahwa mahabbah adalah
cinta dan cinta yang dimaksud adalah cinta kepada Tuhan. Lebih lanjut Harun
Nasution mengatakan. Pengertian yang diberikan kepada muhabbah anatara lain sebagia berikut:
1)
Memeluk
kepatuhan kepada Tuhan dan membenci melawan kepadaNya.
2)
Menyerahkan
seluruh diri kepada yang dikasihi.
3)
Mengosongkan
hati dan segalan-galanya kecuali dari yang dikasihi, yaitu Tuhan.
Dilihat
dari segi tingkatan, mahabah sebagai dikemukan al-Sarraj, sebagai dikutip Harun
Nasution, ada tiga macam, yaitu mahabah orang biasa, mahabah orang shidiq,
mahabbah orang yang arif. Mahabbah orang biasa mengambil bentuk selalu
mengingat Allah dengan zikir, suka menyebut nama Allahdan memperoleh kesenangan
dengan Tuhan. Senantiasa memuji Tuhan.
Mahabah
orang shidiq adalah cinta orang yang kenal pada Tuhan, pada kebesaranNya, pada
kekuasaanNya, pada ilmu-ilmuNya dan lain-lain.
Dan
mahabbah orang yang arif adalah cinta orang yang tahu betul pada Tuhan, yang
dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Akhirnya
sifat-sifat yang dicintai masuk kedalam diri yang mencintai. Dengan uraian
tersebut kita dapat memperoleh pemahaman bahwa mahabbah adalah suatu keadaan
jiwa yang mencintai Tuhan sepenuh hati, sehingga yang sifat-sifat yang dicintai
Tuhan sepenuh hati masuk kedalam diri yang dicintai. Tujuannya dalah untuk
memperoleh kesenangan batiniah yang sulit dilukiskan dengan kata-katak, tetapi
hanya dapat dirasakan oleh jiwa.
Sementara
itu adapula pendapat yang mengatakan bahwa al-Muhabbah
adalah satu istilah yang hampir selalu berdampingan dengan ma’rifah, baik
dalam kedudukan maupun dalam pengertiannya. Kalau ma’rifah adalah merupakan
tingkat pengetahuan kepada Tuhan melalui mata hati (al-qalb), maka mahabbah adalah perasaan kedekatan dengan Tuhan
melalui cinta (Roh).[8]
b.
Alat untuk mencapai mahabbah
Dapatkah
manusia mencapai mahabbah seperti dijelaskan di atas? Para ahli tasawuf
menjawabnya dengan menggunakan pendekatan psikologi, yaitu pendekatan yang
melihat adanya potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia. Harun Nasution,
dalam bukunya Falsafah dan Mistisis Islam
mengatakan, bahwa alat untuk memperoleh
Ma’rifah oleh sufi disebut . dengan
mengutip pendapat al-Qusyairi, Harun Nasution mengatakan, bahwa dalam diri
manusia ada tiga alat yang dapat dipergunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Pertama, al-qalb/hati sanubari, sebagai
alat untuk mengetahi sifat-sifat Tuhan. Kedua,
roh sebagai alat untuk mencintai Tuhan. Ketiga,
sir yaitu alat untuk melihat Tuhan. Sir lebih halus dari pada roh, dan roh
lebih halus dari pada qalb. Kelihatannya sir bertempat di roh, dan roh
bertempat di qalb, dan sir timbul dan dapat iluminasi dari Allah, kalau qalb
dan roh telah suci secu-sucinya dan sekosong-kosongnya, tidak berisi apapun.
Dengan
keterang tersebut, dapat diketahui bahwa alat untuk mencintai Tuhan adalah roh,
yaitu roh yang sudah dibersihkan dari dosa dan maksiat, serta dikosongkan dari
kecintaan kepada segala sesuatu, melainkan hanya diisi oleh cinta kepada Tuhan.
Roh
yang digunakan untuk mencintai Tuhan itu telah dianugrahkan Tuhan kepada
manusia sejak kehidupannya dalam kandungan ketika umur empat bulan. Dengan
demikian alat untuk mahabbah itu sebenarnya telah diberikan Tuhan. Manusia
tidak tahu sebenarnya hakikat roh itu. Yang mengetahui hanyalah Tuhan. Allah
berfirman:
štRqè=t«ó¡o„ur Ç`tã Çyr”9$# (
È@è% ßyr”9$# ô`ÏB ÌøBr& ’În1u‘ !$tBur OçFÏ?ré& z`ÏiB ÉOù=Ïèø9$# žwÎ) WxŠÎ=s% ÇÑÎÈ
Artinya:
“dan mereka bertanya kepadamu tentang
roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu
diberi pengetahuan melainkan sedikit".” (QS. Al-Isra’: 85)
Selanjutnya
di dalam hadis pun diinformasikan bahwa manusia itu diberikan roh olrh Tuhan,
pada saat manusia berusia empat bulan di dalam kandungan. Hadis tersebut
berbunyi:
“sesungguhnya manusia dilakukan penciptaannya dalam kandungan
ibunya, selama empat puluh hari dalam bentuk nutfah (segumpah darah), kemudian
menjadi alaqah (segumpul daging yang menempel) pada waktu yang juga 40 hari,
kemudian dijadikan mudghah (segumpal daging yang telah berbentuk) pada yang juga
empat puluh hari, kemudian Allah mengutus malaikat untuk menghembuskan roh
kepadanya. (HR.
Bukhari-Muslim)
Dari
kedua dalil diatas selain menginformasikan bahwa manusia dianugrahi roh oleh
Tuhan, juga menunjukan bahwa roh itu pada dasarnya memiliki watak tunduk dan
patuh pada Tuhan. Roh, yang wataknya demikian itulah yang digunakan para sufi
untuk mencintai Tuhan.
KESIMPULAN
Nama lengkap
Rabi’ah al-Adawiyah adalah Ummu Al-Khair Rabi’ah Binti Isma’il Al-Adawiyah
Al-Qisiyah. Beliau lahir di Basrah pada tahun 96 H/713 M. meningal dunia dalam
tahun 185 H. (796 M), Orang-orang mengatakan bahwa ia dikuburkan didekat kota
Jerussalem.
Karya-karya
Rabi’ah al-Adawiyah merupakan aliran Muhabbah atau al-hubb yang berhubungan tantang cinta. Beberapa karya yang diciptakan
oleh Rabi’ah al-Adawiyah baik berupa larik syair ataupun ucapannya yang
berhubungan tentang rasa cintanya kepada Allah memang sangat menunjukan dan
membuktikan bahwa cintanya hanya untuk Allah.
konsep
ajaran beliau atau isi pokok ajaran tasawuf beliau adalah tentang cinta (al-habb) atau Muhabbah.
DAFTAR PUSTAKA
Asmaran. 2002. Pengantar Tasawuf edisi Revisi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Asmaran. 1994. Pengantar Studi Tasawuf Edisi Revisi. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Azra, Azyumardi. 2008. Ensiklopedia Tasawuf. Bandung: Angkasa.
Hamka. 1994. Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya.
Jakarta: PT Pustaka Panjimas.
Nata, Abuddin. 2011.
Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Syahrin Harahap dan Hasan Bakti
Nasution. 2003. Ensiklopedi Aqidah Islam.
Jakarta: kencana
[1]
Azyumardi Azra, ”Ensiklopedia Tasawuf”, (Bandung,
Angkasa, 2008), hlm. Pengantar dewan redaksi
[2]
Syahrin Harahap dan Hasan Bakti Nasution, “Ensiklopedi
Aqidah Islam”, (jakarta, kencana, 2003), hlm. 347
[3] Hamka, “Tasauf. Perkembangan dan Pemurniannya”, (Jakarta: PT Pustaka
Panjimas, 1994), hlm. 73.
[4] Asmaran, “Pengantar Tasawuf edisi Revisi”, (Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 274.
[5]
Ibid hlm. 275
[6]
Asmaran, “Pengantar Studi Tasawuf Edisi
Revisi”, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1994), hlm. 269.
[8] Abuddin
Nata, “Akhlak Tasawuf”, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 207.
Ratu Pelangi Ialah Sebuah Situs Game Online Yang Banyak Di Minati Dari Berbagai Kalangan Masyarakat .
BalasHapusRatu Pelangi Kini Telah Memiliki 8 Jenis Game Yang Siap Mengguncang Hari" Anda Dalam Bermain Game Betting Online .
Ratu Pelangi Juga Juga Mempunyai Minila Deposit Dan Withdraw Yang Bisa DI Jangkau Oleh Berbagai kalangan , Baik Dari Kalangan Atas Atau pun Dari Kalangan Menengah Ke Bawah , Yakni Rp:25,000,-.
Games" Yang Terdapat Pada Ratu Pelangi :
- BandarQ
- Poker
- AduQ
- Domino99
- Capsa Susun
- Bandar Poker
- Sakong
- Bandar66
Ratu Pelangi Juga Akan Membagikan Beberapa Bonus Yang Akan Menanjakan Anda Sebagai Member Dari Ratu Pelangi .
Bonus Spesial Ratu Pelangi :
- Bonus Refferal Seumur Hidup
- Bonus Rollingan Terbesar
Salam Ratu Pelangi . ^^
CONTACT FORM
*BBM : E37271BF
*WHATSAPP : +6281395521057
*LINE : PELANGIQQ
*WHATSAPP : +6281231804952