Gerakan dan Bacaan Sholat Menurut Tuntunan Hadist Nabi SAW
Kepada seluruh pembaca yang budiman, mohon maaf apabila dalam artikel ini terdapat kesalahan, juga diharapkan kepada para pembaca sekalian harap teliti terlebih dahulu sebelum menjadikan artikel ini sebagai referensi sehingga meminimalisir kesalahan di lain hari.
BAB I
Jika ada kritik dan saran silahkan sampaikan dengan baik pada kolom komentar di bagian bawah artikel ini.
Saya ucapkan terimakasih atas kunjungannya.
Terakhir saya ingin mengutip kata dari Syaidina Ali bin Abi Thalib yang artinya "Lihatlah apa yang dikatakan dan jangan pernah melihat siapa yang mengatakan"
Wassalam.
Dan untuk mendapat file makalah ini dalam bentuk .doc silakan download di bawah ini:
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penulisan
Agama Islam kaya akan tuntunan hidup bagi
umatnya. Selain sumber hukum utama yakni Al-Qur’an dan As-sunnah, Islam juga
mengandung aspek penting yakni fiqih. Fiqih Islam sangat penting dan dibutuhkan
oleh umat Islam, karena ia merupakan sebuah “manual bool” dalam menjalankan
praktik ajaran Islam itu sendiri, baik dari sisi ibadah, syariah, dan
sebagainya.
Di dalam Islam di kenal yang namanya 5 (lima)
rukun Islam, rukun Islam ini merupakan hal-hal yang wajib dilakukan oleh semua
manusia yang mengaku dirinya memeluk agama Islam. Adapaun isi dari kelima rukun
Islam itu yakni: Pertama, membaca dua kalimat syahadat. Kedua, mendirikan
sholat lima waktu. Ketiga, berpuasa dibulan ramadhan. Keempat, membayar
zakat. Dan kelima, haji bagi orang yang mampu.
Dalam kesempatan kali ini kami akan membahas
rukun Islam yang kedua dari segi gerakan dan bacaan sholat menurut tuntunan
hadits Nabi SAW. Adapaun pembahasannya meliputi: pengertian shalat, rukun
shalat, syarat wajib dan syarat sah shalat, dan gerakan dan bacaan shalat menurut
tuntunan hadits Nabi SAW.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian shalat ?
2.
Apa saja rukun shalat, syarat wajib, dan syarat sah shalat?
3.
Bagaimana gerakan dan bacaan shalat menurut tuntunan hadits Nabi SAW ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Agar dapat memahami pengertian shalat.
2.
Agar dapat memahami rukun syarat, syarat wajib, dan syarat syah shalat.
3.
Bagaimana gerakan dan bacaab shalat menurut tuntunan hadits Nabi SAW.
D. Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya pembahasan masalah yang
berhubungan dengan uraian masalah diatas, maka penulis membatasi pembahasan
makalah ini sesuai dengan yang terdapat dalam rumusan masalah. Adapun hal yang
tidak berhubungan dengan pembahasan diatas, penulis tidak menguraikannya dalam
makalah ini.
E.
Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam
makalah ini adalah metode library
research. yang mana penulis menggunakan buku-buku dari perpustakaan sebagai
bahan referensi dimana penulis mencari literatur yang sesuai dengan materi yang
di kupas dalam makalah ini dan penulis menyimpulkan dalam bentuk makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian shalat
Shalat
menurut lughat (secara bahasa)
berarti do’a, sedangkan menurut istilah syara’ shalat ialah seperangkat
perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu, dimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan salam.[1]
Diantara
ayat Al-Qur’an yang mewajibkan sekeligus memerintahkan kita shalat yaitu:
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan
shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu
berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman.”
(QS.
An-Nisaa (4)
: 103)
Shalat
itu dibagi pada yang wajib dan
sunnah. Shalat
yang paling penting adalah shalat lima waktu yang wajib dilakukan setiap hari.
Semua orang Islam sepakat bahwa orang yang menentang kewajiban ini atau
meragukannya, ia
bukan termasuk orang islam,
sekalipun
ia mengucapkan syahadat,
karena shalat termasuk salah satu rukun islam.[2]
B.
Rukun, syarat wajib dan syarat sah sholat
1.
Rukun Sholat
Rukun
shalat adalah bagian pokok dari sholat itu sendiri. Artinya, perbuatan dalam
shalat yang harus dikerjakan karena jika ditinggalkan shalatnya menjadi tidak
sah/batal. Rukun sholat itu ada 13 rukun, yaitu sebagai berikut:
a.
Niat (cukup didalam hati)
b.
Berdiri (jika mampu)
c.
Takbiratul Ikhram (takbir awal shalat)
d.
Membaca surat al-fatihah (kecuali makmum yang mendengar bacaan imam)
e.
Ruku` dan tuma`ninah (dengan sikap tenang sejenak)
f.
I`tidal dan tuma`ninah
g.
Sujud dan tuma`ninah
h.
Duduk diantara dua sujud dan tuma`ninah
i.
Duduk tasyahud akhir
j.
Membaca tasyahud akhir.
k.
Membaca shalawat kepada Nabi
l.
Membaca salam pertama menoleh ke kanan
m.
Tartib urutan tukunnya
2.
Syarat wajib sholat
Orang yang melaksanakan sholat lima waktu wajib memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a.
Beragama Islam
b.
Telah menerima dakwah Islam
c.
Suci dari darah haid dan nifas (bagi wanita)
d.
Berkal
e.
Balig
3.
Syarat sah sholat lima waktu
Sholat seseorang dikatakan sah apabila memnuhi hal-hal berikut ini:
a.
Suci dari hadas (baik hadas besar maupun kecil)
b.
Badan, pakaian, dan tempat sholat harus suci dari najis
c.
Menutup aurat
d.
Menghadap kiblat
e.
Telah tiba waktu sholat, tidak mendahuluinya[3]
C.
Bacaan dan gerakan sholat menurut tuntunan
hadits Nabi SAW
1.
Takbir
Mengangkat kedua tangan sebatas kedua pundak saat takbiratul ikram
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَسَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ
وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ
وَابْنُ نُمَيْرٍ كُلُّهُمْ عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عُيَيْنَةَ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى
قَالَ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ
أَبِيهِ قَالَ
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
افْتَتَحَ الصَّلَاةَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ مَنْكِبَيْهِ وَقَبْلَ
أَنْ يَرْكَعَ وَإِذَا رَفَعَ مِنْ الرُّكُوعِ وَلَا يَرْفَعُهُمَا بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Yahya at-Tamimi, Sa'id bin Manshur, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Amru
an-Naqid, dan Zuhair bin Harb, serta Ibnu Numair semuanya dari Sufyan bin
Uyainah dan lafazh tersebut milik Yahya, dia berkata, telah mengabarkan kepada
kami Sufyan bin Uyainah dari az-Zuhri dari Salim dari bapaknya dia berkata, "Saya
melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam apabila memulai shalat, maka
beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua pundak, dan
mengangkat tangan sebelum rukuk dan ketika berdiri dari rukuk, namun beliau
tidak mengangkat kedua tangannya antara dua sujud." (HR. Muslim)
Mengangkat kedua tangan hingga sebatas telinga
عَنْ وَاءِلَ ابْنِ حُجْرٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ
صل الله عليه و سلّم : حِينَ افْتَتَحَ الصّلَاةَ رَفَعَ يَدَيْهِ حِيَالَ أُذُنَيْهِ
قَالَ: ثُمَّ أَتَيْتُهُمْ فَرَ أَيْتُهُمْ يَرْ فَعُونَ اَيْدِيَهُمْ إِلَى صُدُورِهِمْ
فِي افْتِتَاحِ الصَّلَاةِ وَعَلَيْهِمْ بَرَانِسُ وَأَكْسِيَةٌ
Artinya: dari Wail bin Hujr, dia berkata, “saya
melihat Rasullah SAW sewaktu memulai shalat, beliau mengangkat kedua tangan
sejajar dengan kedua telinga beliau.” Katanya, “kemudian aku datang
kepada mereka, aku melihat mereka mengangkat tangan sampai ke dada mereka
sewaktu memulai shalat, sementara mereka memakai mantel yang menutup kepala dan
memakai pakaian” (HR. Abu Daud)
2.
Do’a Iftitah
عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ
كَبَّرَ ثُمَّ قَالَ { وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضَ حَنِيفًا } مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ { إِنَّ
صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا
شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ } اللَّهُمَّ
أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ لِي إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ
ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا
إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ
الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي
سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ
وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ
وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ وَإِذَا
رَكَعَ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ خَشَعَ
لَكَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعِظَامِي وَعَصَبِي وَإِذَا رَفَعَ قَالَ
سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا بَيْنَهُمَا وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
وَإِذَا سَجَدَ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَلَكَ أَسْلَمْتُ
سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ فَأَحْسَنَ صُورَتَهُ وَشَقَّ
سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ وَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ وَإِذَا سَلَّمَ
مِنْ الصَّلَاةِ قَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ
وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ
مِنِّي أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَالْمُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Artinya: Dari
Ali bin Abu Thalib radliallahu 'anhu dia berkata; "Apabila Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam hendak mengerjakan shalat, beliau bertakbir kemudian membaca; "Wajjahtu
Wajhiya Lilladzii Fatharas Samaawaati Wal Ardli Haniifam Muslima Wamaa Ana
Minal Musyrikin, Inna Shalaati Wa Nusukii Wa Mahyaaya Wa Mamaati Lillahi Rabbil
'Aalamin, Laa Syariikalahu Wa Bidzaalika Umirtu Wa Anaa Awwalul Muslimin.
Allahumma Antal Malik Laailaaha Illa Anta, Anta Rabbi Wa Anaa 'Abduka Dlalamtu
Nafsii Wa'taraftu Bidzanbii Faghfirlii Dzunuubi Jamii'a Innahu Laa Yaghfirud
Dzunuuba Illa Anta Wahdinii Liahsanil Ahlaaqi Laa Yahdii Li Ahsanihaa Illa Anta
Washrif 'Anni Sayyi`Ahaa Laa Yashrif Sayyi`Ahaa Illa Anta. Labbaika Wa Sa'daika
Wal Khairu Kulluhu Fii Yadaika Wass Syarru Laisa Ilaika Ana Bika Wa Ilaika
Tabaarakta Wa Ta'aalaita Astaghfiruka Wa Atuubu Ilaika”. (Aku
hadapkan muka-Ku ke hadirat Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan
tunduk dan menyerahkan diri, dan tidaklah aku termasuk golongan orang-orang
Musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah
Penguasa seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan demikian aku di
perintah, dan aku adalah dari golongan orang-orang Islam (yang menyerah diri).
Ya Allah, Enkau adalah Rabbku dan aku dalah hamba-Mu, aku telah berbuat aniaya
terhadap diriku sendiri dan mengakui kesalahanku, maka amnpunilah dosaku
semuanya, dan tiadalah yang dapat mengampuni dosaku itu melainkan Engkau.
Tunjukilah aku kepada akhlak yang baik, dan tak ada yang dapat menunjuki kepada
akhlak yang terbaik melainkan Engkau. Dan jauhkanlah aku dari akhlak yang
tercela, karena tidak ada yang dapat menjauhkanku dari akhlak yang tercela
melainkan Engkau, Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu, aku patuhi perintah-Mu,
kebaikan seluruhnya berada dalam kekuasaan-Mu, sedangkan kejahatan tidak dapat
di pakai untuk mendekatkan diri kepada-Mu. Aku ini hanya dapat hidup dengan-Mu
dan akan kembali kepada-Mu, Maha Berkah Engakau dan Maha Tinggi, aku meohon
ampunan dan bertaubat kepada-Mu)."
Apabila ruku', beliau membaca; "Allahumma Laka Raka'tu Wabika
Aamantu Walaka Aslamtu Khasya'a Laka Sam'ii Wa Basharii Wa Mukhhii Wa 'Idzaamii
Wa 'Ashabii (Ya Allah, kepada-Mu lah aku ruku', kepada-Mu lah aku
beriman, kepada-Mu lah aku tunduk, dan kepada-Mu lah pendengaranku,
penglihatanku, otakku, tulang belulangku dan urat sarafku tunduk)."
Apabila i'tidal beliau mengucapkan; "Sami'allahu Liman
Hamidah, Rabbanaa Walakal Hamdu Mil`Us Samaawaati Wal Ardli Wa Mil`U Maa
Bainahumaa Wamil`U Maa Syi`Ta Min Syai`In Ba'du” (Maha Mendengar Allah terhadap siapa saja yang
memuji-Nya, Wahai Rabb kami, hanya bagi Engkau jua segala pujian, sepenuh
langit, bumi, dan sepenuh isi langit dan bumi dan sepenuh apa yang Engkau
kehendaki setelah itu)."
Apabila sujud, beliau mengucapkan; "Allahumma Laka Sajadtu Wa
Bika Aamantu Walaka Aslamtu, Sajada Wajhiya Lilladzii Khalaqahu Wa Shawwarahu
Fa Ahsana Shuuratahu Wa Syaqqa Sam'ahu Wa Basharahu Wa Tabaarakallahu Ahsanul
Khaaliqin” (Ya Allah,
kepada-Mu lah aku bersujud, kepada-Mu lah aku beriman, kepada-Mu lah aku
tunduk, wajahku bersujud kepada Dzat yang telah menciptakannya dan membentuknya
dengan sebaik-baik bentuk, membuat pendengaran dan penglihatannya, dan Maha
Barakah Allah, sebaik-baik pencipta)."
Apabila selesai salam, beliau mengucapkan; "Allahummaghfirlii
Maa Qaddamtu Wa Maa Akhhartu Wamaa Asrartu Wamaa A'lantu Wamaa Asraftu Wamaa
Anta A'lamu Bihi Minni Antal Muqaddim Wal Mu`Akhhir Laa Ilaaha Illa Anta”
(Ya Allah, ampunilah daku, dan dosa-dosa yang telah lalu, dosa yang akan
datang, dosa yang samar dan dosa yang jelas, serta dosa yang hanya Engkau saja
yang mengetahuinya, Engkau lah yang mendahulukan dan mengundurkan, tiada ilah
selain Engkau)." (HR. Muslim)
Do’a iftitah
dengan bacaan "Subhaanaka Allahumma Wabihamdika”
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ كَبَّرَ ثُمَّ يَقُولُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ ثُمَّ
يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثَلَاثًا ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ
كَبِيرًا ثَلَاثًا أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ ثُمَّ يَقْرَأُ
Artinya: Dari
Abu Sa'id Al Khudri dia berkata; "Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bangun untuk shalat malam, beliau bertakbir kemudian mengucapkan: "Subhaanaka
Allahumma Wabihamdika Watabaarakasmuka Wa Ta'aala Jadduka Walaa Ilaaha
Ghairaka” (Maha suci Engkau, ya Allah, aku sucikan nama-Mu dengan
memuji-Mu, Maha berkah nama-Mu, Maha luhur keluhuran-Mu dan tidak ilah selain
Engkau)." kemudian membaca: "Laa Ilaaha Illallah”
(tidak ada ilah selain Allah) sebanyak tiga kali, kemudian membaca: "Allahu
Akbar Kabiira (Allah Maha besar benar-benar Maha besar)." sebanyak
tiga kali- (kemudian membaca): “A'uudzu Billahis Samii'il 'Aliim Minas
Syaithaanir Rajiim Min Hamzihii Wanafkhihi Wa Naftsihi” (Aku berlindung
kepada Allah, dzat yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui dari goda'an syetan
yang terkutuk, dari kegilaannya, dari kesombongannya dan syairnya yang
jelek)." kemudian beliau membaca (Al-Fatihah)." (HR. Abu Daud)
3.
Wajibnya membaca al Fatihah pada setiap rakaat
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ
وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ جَمِيعًا عَنْ سُفْيَانَ قَالَ أَبُو بَكْرٍ
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ
الرَّبِيعِ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
Arinya: Telah menceritakan kepada kami Abu
Bakar bin Abi Syaibah dan Amru an-Naqid serta Ishaq bin Ibrahim semuanya dari
Sufyan berkata Abu Bakar telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari
az-Zuhri dari Mahmud bin ar-Rabi' dari Ubadah bin ash-Shamit menyatakan hadits
tersebut marfu' kepada Nabi Shallallahu'alaihiwasallam, "Tidak sah
shalat seseorang yang tidak membaca al-Fatihah." (Hr. Muslim)
Membaca 'Amin' di belakang imam
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ سَلَمَةَ
عَنْ حُجْرٍ أَبِي الْعَنْبَسِ الْحَضْرَمِيِّ عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَرَأَ { وَلَا
الضَّالِّينَ } قَالَ آمِينَ وَرَفَعَ بِهَا صَوْتَهُ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Salamah dari Hujr
Abu Al 'Anbas Al Hadlrami dari Wa'il bin Hujr dia berkata; "Apabila
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca; "Walaadl dlaallin, beliau
mengucapkan; "Amiin" Sambil mengangkat suaranya.“ (HR. Abu Daud)
4. Tentang
Basmalah
Pendapat yang tidak mengeraskan Basmalah
حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا هِشَ�قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ
وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ كَانُوا يَفْتَتِحُونَ الْقِرَاءَةَ بِ{
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ }
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muslim
bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Qatadah dari Anas bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman, mereka semua memulai
bacaannya dengan “Alhamdulillahi Rabbil 'Aalamin”. (HR. Abu Daud)
Pendapat yang mengeraskan Basmalah
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قال: كَانَ
النَّبِيُّ صل الله عليه و سلّم لَا يَعْرِفُ فَصْلَ السُّوْرَةِ حَتَّى تَنَزَّلَ
عَلَيْهِ بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْمِ
Artinya: Dari Ibnu Abbas RA. Dia berkata, “Nabi
SAW tidak mengetahui pemisah surah, sehingga diturunkan kepada beliau .
Bismillaa hirramaa nirraahim” (HR. Abu Daud)
5.
Peletakan tangan
Meletakkan tangan kanan di atas
tangan kiri setelah takbiratul ihram
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جُحَادَةَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ وَائِلٍ
عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ وَمَوْلًى لَهُمْ أَنَّهُمَا حَدَّثَاهُ عَنْ أَبِيهِ
وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ
أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَفَعَ
يَدَيْهِ حِينَ دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ كَبَّرَ وَصَفَ هَمَّامٌ حِيَالَ أُذُنَيْهِ
ثُمَّ الْتَحَفَ بِثَوْبِهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى
فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ أَخْرَجَ يَدَيْهِ مِنْ الثَّوْبِ ثُمَّ
رَفَعَهُمَا ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ فَلَمَّا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ
حَمِدَهُ رَفَعَ يَدَيْهِ فَلَمَّا سَجَدَ سَجَدَ بَيْنَ كَفَّيْهِ
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Zuhair
bin Harb telah menceritakan kepada kami Affan telah menceritakan kepada kami
Hammam telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Juhadah telah menceritakan
kepadaku Abdul Jabbar bin Wail dari Alqamah bin Wail dan maula milik mereka
bahwa keduanya telah menceritakannya dari bapaknya, Wail bin Hujr "Bahwasanya
dia melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya ketika
masuk shalat, bertakbir." Hammam menggambarkannya, "Di
hadapanya, kemudian melipatnya pada bajunya kemudian meletakkan tangan kanannya
di atas tangan kirinya. Ketika dia ingin rukuk, maka beliau mengeluarkan kedua
tangannya dari bajunya, kemudian mengangkat keduanya, kemudian bertakbir, lalu
rukuk. Ketika beliau mengucapkan, 'Samiallahu Liman Hamidahu' maka beliau
mengangkat kedua tangannya. Ketika beliau sujud, maka beliau sujud di antara
kedua telapak tangannya.” (HR.
Muslim)
Meletakkan tangan diatas dada
عَنْ طَاوُسٍ قَالَ كَانَ
رَسُوْلُ الله صل الله عليه و سلّم يَضَعُ يَدَهُ الْيُسْرَى ثُمَّ يَشُدَّ بَيْنَهُمَا
عَلَى صَدْرِهِ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ
Artinya: dari Thawus,
dia berkata, “Rasulullah SAW meletakkan tangan kanan di atas tangan kirinya,
kemudian menarik keduanya di atas dada, sedang beliau dalam keadaan shalat” (HR.
Abu Daud)
Larangan melatakkan tangan pada lambung
حَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ عَنْ وَكِيعٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ
زِيَادٍ عَنْ زِيَادِ بْنِ صَبِيحٍ الْحَنَفِيِّ قَالَ صَلَّيْتُ إِلَى جَنْبِ
ابْنِ عُمَرَ فَوَضَعْتُ يَدَيَّ عَلَى خَاصِرَتَيَّ فَلَمَّا صَلَّى قَالَ هَذَا
الصَّلْبُ فِي الصَّلَاةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَنْهَى عَنْهُ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hannad
bin As Sarri dari Waki' dari Sa'id bin Ziyad dari Ziyad bin Shabih Al Hanafi
dia berkata; saya shalat di samping Ibnu Umar, lalu aku meletakkan kedua
tanganku pada kedua lambungku (bertolak pinggang), seusainya shalat, dia
berkata; "Ini adalah salib dalam shalat, dan Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam melarang perbuatan seperti ini." (HR. Abu Daud)
6.
Ruku’
Mengangkat tangan saat ruku’
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ قَالَا
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ
قَالَ
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ مَنْكِبَيْهِ
وَإِذَا رَكَعَ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ
وَزَادَ
Artinya: telah menceritakan kepada kami Qutaibah dan
Ibnu Abu Umar keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan bin
Uyainah dari Az Zuhri dari Salim dari Ayahnya ia berkata; "Aku melihat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika membuka shalat mengangkat kedua
tangannya hingga sejajar dengan kedua pundaknya. Beliau juga mengangkat tangan
ketika rukuk dan mengangkat kepalanya dari rukuk." (HR. Tirmidzi)
Meletakkan tangan diatas kedua lutut saat
rukuk
عن مُصْعَبْ بن سَعْدٍ قال: صَلَيْتُ إِلَي جَنْبِ أَبِي
فَجَعَلْتُ يَدَيَّ بَيْنَ رُكْبَتَيَّ فَنَهَانِي عَنْ ذَلِكَ فَعُدْتَ فَقَالَ: لَاتَصْنَعْ
هَذَا، فَإِنَّا كُنَّا نَفْعَلَهُ فَنُهِيْنَا عَنْ ذَلِكَ وَأُمِرْنَا أَنْ نَضَعَ
أَيْدِيَنَا عَلَى الرُّكَبِ
Artinya: dari Mush’ab bin Sa’ad, dia berkata, ”Aku
pernah mengerjakan shalat disamping bapakku, lalu aku meletakkan kedua tanganku
antara kedua lututku, maka ia melarangku mengerjakan cara yang demikian itu.
Lalu saya kembali (mengulanginya), ia berkata (ayahku), janganlah kamu
melakukan cara ini, lalu kami dilarang melakukannya dan kami diperintahkan
supaya meletakkan tangan diatas lutut.” (HR. Abu Daud)
Bacaan dalam Ruku dan Sujud
عن شُعْبَةُ قَالَ: قُلْتُ لِسُلَيْمَانَ أَدْعُوْ فِي
الصَّلَاةِ إِذَا مَرَرْتُ بِايةِ تَخَوُّفٍ؟ فَحَدَّثَنِى عنْ سَعْدِ عُبَيْدَتَ عنْ
مُسْتَوْرِدٍ عنْ صِلَةَ بْنِ زُفَرَ عنْ حُذَيْفَةَ أَنَّهُ صَلَّى مَعَ النَّبِيِّ
صل الله عليه و سلّم فَكَانَ يَقُوْلُ فِي رُكُوْعِهِ: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ
وَفِي سُجُوْدِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَى، وَمَا مَرَّ بِايةِ رَحْمَةٍ إِلاَّ
وَقَفَ عِنْدَهَا فَسَأَلَ وَلَا بِايةِ عَذَابٍ إَلَّا وَقَفَ عِنْدَهَا فَتَعَوَّذَ.
Artinya: Dari Syu’bah, dia berkata, ”aku
berkata kepada Sulaiman, Apabila aku membaca ayat yang mengandung kekhawatiran
(atau ketakutan), apakah aku harus berdo’a dalam shalat?” dari Hudzaifah, bahwasannya
dia pernah shalat dengan Nabi SAW, lalu beliau dalam rukuknya, ”Subhaana
Rabbiyal ’Azimii (Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung)” dalam sujud membaca ”Subhaana
Rabbiyal A’laa (Maha Suci Tuhanku yang Maha Luhur)”. Beliau tidak melewati
ayat tentang rahmat, melainkan beliau pasti berhenti pada ayat itu, lalu
berdo’a dan setiap kali melewati ayat tentang adzab, beliau juga pasti berhenti
pada ayat itu, lalu memohon perindungan.” (HR. Muslim)
Bacaan dalam ruku’ dan Sujud
عَنْ عَاءِشَةَ أَنْ النَّبِيِّ صل الله عليه و سلّم
كَانَ يَقُوْلُ فِي رُكُوْعِهِ وَ سُجُوْدِهِ: سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلَا
ءِكَةَ وَالرُّوْحِ
Artinya: Dari Aisyah RA, bahwasannya Nabi SAW
mengucapkan dalam ruku’ dan sujudnya, ”Subbuhul Qudduusun, rabbul
malaa’ikati waruuhi” (Maha Suci Allah, Tuhan kami, Tuhan Malaikat dan
Jibril”). (HR. Muslim)
Shalatnya orang yang tidak menegakkan tulang
sulbinya saat rukuk dan sujud
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ النَّمَرِيُّ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ
سُلَيْمَانَ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ أَبِي مَعْمَرٍ عَنْ أَبِي
مَسْعُودٍ الْبَدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَا تُجْزِئُ صَلَاةُ الرَّجُلِ حَتَّى يُقِيمَ ظَهْرَهُ فِي الرُّكُوعِ
وَالسُّجُودِ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Hafsh
bin Umar An Namari telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Sulaiman dari
'Umarah bin Umair dari Abu Ma'mar dari Abu Mas'ud Al Badri dia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak sempurna shalat
seseorang sehingga ia meluruskan punggungnya ketika ruku' dan sujud.“ (HR.
Abu Daud)
7.
I’tidal
Apa yang dibaca saat
mengangkat kepala dari rukuk
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ
وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ عُبَيْدِ بْنِ الْحَسَنِ عَنْ ابْنِ أَبِي
أَوْفَى قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ
ظَهْرَهُ مِنْ الرُّكُوعِ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ اللَّهُمَّ
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا
شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu
Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah dan Waki'
dari al-A'masy dari Ubaid bin al-Hasan dari Ibnu Abi Aufa dia berkata, "Dahulu
Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam apabila beliau mengangkat punggungnya
dari rukuk maka beliau mengucapkan, 'Sami'allahu Liman Hamidahu, Allahumma
Rabbana laka al-Hamdu Mil'u as-Samawati wa Mil'u al-Ardh wa Mil'u Ma Syi'ta Min
Sya'in Ba'du. (Semoga Allah mendengar kepada orang yang memujiNya.
Yami, segala puji bagimu sepenuh langit dan bumi serta sepenuh sesuatu yang Engkau
kehendaki setelah itu)”. (HR. Muslim)
8.
Cara meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَال
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدَ
وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا نَهَضَ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ
رُكْبَتَيْهِ
Dari Wa'il bin Hujr dia berkata; “saya
melihat apabila Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sujud, beliau meletakkan
kedua lututnya sebelum kedua tangannya, dan apabila bangkit, beliau mengangkat
kedua tangannya sebelum kedua lututnya." (HR. Abu Daud)
9. Sujud
Mengangkat tangan saat turun sujud
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَأَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُكَبِّرُ وَهُوَ يَهْوِي
قَالَ أَبُو عِيسَى
هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَهُوَ قَوْلُ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِنْ التَّابِعِينَ قَالُوا يُكَبِّرُ
الرَّجُلُ وَهُوَ يَهْوِي لِلرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ
dari Abu Hurairah berkata; "Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bertakbir ketika sedang turun (sujud)." Abu Isa
berkata; "Hadits ini derajatnya hasan shahih. ini adalah pendapat ahli
ilmu dari kalangan sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan orang-orang
setelah mereka dari kalangan tabi'in. Mereka berkata; "Seorang laki-laki
hendaknya bertakbir ketika rukuk dan sujud." (HR. Tirmidzi)
Anggota sujud
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ
وَسُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَمْرِو
بْنِ دِينَارٍ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ قَالَ حَمَّادٌ أُمِرَ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةٍ وَلَا يَكُفَّ شَعْرًا وَلَا
ثَوْبًا
Artinya: Telah
menceritakan kepada kami Musaddad dan Sulaiman bin Harb keduanya berkata; telah
menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari 'Amru bin Dinar dari Thawus dari
Ibnu Abbas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "aku
di perintah" sedangkan Hammad mengatakan; Nabi kalian shallallahu 'alaihi
wasallam di perintah supaya melakukan sujud atas tujuh anggota badan, dan
supaya seseorang tidak menahan rambut dan kainnya ketika sujud." (HR.
Abu Daud)
Tujuh anggota sujud
عَنِ الْعَبَّاسِ ابْنِ عَبْدِالْمُطَّلِبِ أَنَّهُ سَمِعَ
رَسُولُ الله صل الله عليه و سلّم يَقُوْلُ: إِذَا سَجَدُ الْعَبْدُ سَجَدَ مَعَهُ
سَبْعَةُ اَرَابٍ وَجْهُهُ وَكَفَّاهُ وَرُكْبَتَاهُ
وَقَدَمَاهُ
Artinya: Dari Abbas bin Abbdul Muthallib RA,
bahwasannya dia pernah mendengar Rasullah SAW bersabda, ”Apabila seorang
hamba bersujud, sujudlah bersamanya anggota badan, yakni: Muka, Kedua telapak
tangan, kedua lutut, dan kedua telapak kakinya.” (HR. Muslim)
Sujud pada
hidung dan jidad
حَدَّثَنَا ابْنُ
الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا صَفْوَانُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ يَحْيَى
بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُئِيَ عَلَى جَبْهَتِهِ
وَعَلَى أَرْنَبَتِهِ أَثَرُ طِينٍ مِنْ صَلَاةٍ صَلَّاهَا بِالنَّاسِ حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ نَحْوَهُ
Artinya: Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Sufwan
bin Isa telah menceritakan kepada kami Ma'mar dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu
Salamah dari Abu Sa'id Al Khudri bahwa “Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam terlihat pada dahi dan ujung hidung beliau terdapat bekas tanah dari
mengerjakan shalat bersama orang-orang." Telah menceritakan kepada
kami Muhamad bin Yahya telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq dari Ma'mar
seperti hadits di atas." (HR. Abu Daud)
Menampakkan ketiak dan merenggangkan lengan saat sujud
أَخْبَرَنَا يَحْيَى
بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ مُضَرَ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ رَبِيعَةَ عَنْ
ابْنِ هُرْمُزَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَالِكٍ ابْنِ بُحَيْنَةَ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا صَلَّى فَرَّجَ بَيْنَ
يَدَيْهِ حَتَّى يَبْدُوَ بَيَاضُ إِبْطَيْهِ وَقَالَ اللَّيْثُ حَدَّثَنِي
جَعْفَرُ بْنُ رَبِيعَةَ نَحْوَه
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami
Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Bakar bin Mudlar dari Ja'far
bin Rabi'ah dari Ibnu Hurmuz dari 'Abdullah bin Malik bin Buhainah, “bahwa
jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat, beliau membentangkan kedua
lengannya hingga tampak putih ketiaknya." Al Laits berkata, telah
menceritakan kepadaku Ja'far bin Rabi'ah seperti itu." (HR. Bukhari)
Sifat (Cara) Sujud
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صل الله عليه و سلّم قال: اع ْتَدِلُوْا فِي السُّجُوْدِ، وَلَا
يَفْتَرِشْ أَحَدُكُمْ ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ الْكَلْبِ
Artinya: Dari Anas RA, bahwasannya Nabi SAW
bersabda, ”Sempurnakanlah dalam bersujud, dan janganlah salah seorang dari
kamu membentangkan kedua lengannya, sebagaimana anjing.” (HR. Abu Daud)
10.
Duduk Iq'a` antara dua sujud
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ
ابْنِ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ طَاوُسًا يَقُولُ
قُلْنَا لِابْنِ عَبَّاسٍ فِي الْإِقْعَاءِ عَلَى الْقَدَمَيْنِ فِي السُّجُودِ
فَقَالَ هِيَ السُّنَّةُ قَالَ قُلْنَا إِنَّا لَنَرَاهُ جُفَاءً بِالرَّجُلِ
فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ هِيَ سُنَّةُ نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Ma'in telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Muhammad dari Ibnu Juraij
telah mengabarkan kepadaku Abu Az Zubair bahwa “dia mendengar Thawus
berkata; kami bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai duduk iq`a' (duduk bersimpuh)
di atas kedua tumit di antara sujud." Ibnu Abbas menjawab; "itu
termasuk sunnah". Kata Thawus; "kami berkata; "Sesungguhnya
kami melihatnya kurang sopan." Ibnu Abbas menjawab; "Itu adalah
sunnah Nabimu shallallahu 'alaihi wasallam.“ (HR. Abu Daud)
Doa antara dua sujud
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَسْعُودٍ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ
حَدَّثَنَا كَامِلٌ أَبُو الْعَلَاءِ حَدَّثَنِي حَبِيبُ بْنُ أَبِي ثَابِتٍ عَنْ
سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Mas'ud telah menceritakan kepada kami Zaid bin Al Khubbab telah menceritakan
kepada kami Kamil Abu Al 'Ala` telah menceritakan kepadaku Habib bin Abu Tsabit
dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
mengucapkan diantara dua sujudnya "Allahumma Ghfir Li Warhamni
Wa'afini Wahdini Warzuqni" (ya Allah anugerahkanlah untukku
ampunan, rahmat, kesejahteraan, petunjuk dan rizki).“ (HR. Abu Daud)
11. Cara bangkit
dari rakaat ganjil
عنْ أَبِى قِلَابَةَ قَالَ: جَاءَ نَا أَبُوْ سُلَيُمَانَ
مَالِكُ بْنُ الْحُوَيْرِثْ إِلَى مَسْجِدِنَا فقال: وَ الله إِنِّي لأُصَلِّي وَمَا
أُرِيْدُ الصَلَاةَ وَلَكِنِّي أُرِيْدُ أَنْ أُرِيَكُمْ كَيْفَ رَأَيْتُ رَسُوْلُ
الله صل الله عليه و سلّم يُصَلِّي ؟ قَالَ: فَقَعَدَ فِيْ الرَّكْعَةِ الأُوْلَى حِينَ
رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ السَّجَدَةِ الاَخِرِةِ
Artinya: Dari Abu Qilabah, dia berkata, ”Abu
Sulaiman Malik bin Huwarits datang ke masjid kami, lalu berkata, ”Demi Allah
sesungguhnya aku akan mengerjakan shalat bersamamu, sebenarnya aku tidak mau
mengerjakan shalat, akan tetapi aku bermaksud akan memperhatklan kepada kalian
bagaimana cara Rasullah SAW mengerjakan Shalat,” kata Abu Qilabah, ”maka
dia duduk (istirahat) pada rakaat pertama, ketika bangkit dari sujud akhir.” (HR.
Abu Daud)
Mengangkat tangan saat bangkit rakaat kedua
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ
الْمُحَارِبِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ عَاصِمِ بْنِ
كُلَيْبٍ عَنْ مُحَارِبِ بْنِ دِثَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ
كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ
Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu
Syaibah dan Muhammad bin 'Ubaid Al Muharibi keduanya berkata; telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail dari 'Ashim bin Kulaib dari
Muharib bin Ditsar dari Ibnu Umar dia berkata; "Apabila Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bangkit dari raka'at kedua, beliau bertakbir sambil
mengangkat kedua tangannya.” (HR. Abu Daud)
12. Duduk tasyahud
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ عَنْ عَاصِمِ
بْنِ كُلَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ قُلْتُ لَأَنْظُرَنَّ
إِلَى صَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ يُصَلِّي
فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَقْبَلَ
الْقِبْلَةَ فَكَبَّرَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى حَاذَتَا بِأُذُنَيْهِ ثُمَّ
أَخَذَ شِمَالَهُ بِيَمِينِهِ فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَهُمَا مِثْلَ
ذَلِكَ قَالَ ثُمَّ جَلَسَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ يَدَهُ
الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَحَدَّ مِرْفَقَهُ الْأَيْمَنَ عَلَى
فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَقَبَضَ ثِنْتَيْنِ وَحَلَّقَ حَلْقَةً وَرَأَيْتُهُ يَقُولُ
هَكَذَا وَحَلَّقَ بِشْرٌ الْإِبْهَامَ وَالْوُسْطَى وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ
Artinya: Telah menceritakan kepada kami
Musaddad telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Al Mufadlal dari 'Ashim bin
Kulaib dari ayahnya dari Wa'il bin Hujr dia berkata; kataku; "Sungguh
aku melihat bagaimana tata cara shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam!." yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri, lalu
menghadap kiblat, bertakbir, mengangkat kedua tangan sehingga sejajar dengan
kedua telinga, setelah itu tangan kanan beliau memegang tangan kirinya, sewaktu
beliau hendak ruku', beliau mengangkat kedua tangannya seperti tadi."
Katanya melanjutkan; "Kemudian beliau duduk, yaitu menduduki kaki
kirinya dan meletakkan tangan kiri di atas paha kirinya sambil merenggangkan
siku yang kanan terhadap paha sebelah kanan dan menggenggam kedua jari
(kelingking dan manis) dan membentuk suatu lingkaran. Aku melihat beliau
melakukan seperti ini Bisyr membentuk lingkaran dengan ibu jari dan jari tengah
serta menunjuk dengan jari telunjuk.“ (HR. Abu Daud)
Bacaan
Tasyahud
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ كُنَّا إِذَا
جَلَسْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الصَّلَاةِ
قُلْنَا السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ قَبْلَ عِبَادِهِ السَّلَامُ عَلَى فُلَانٍ
وَفُلَانٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
تَقُولُوا السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلَامُ وَلَكِنْ
إِذَا جَلَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ
وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ
فَإِنَّكُمْ إِذَا قُلْتُمْ ذَلِكَ أَصَابَ كُلَّ عَبْدٍ صَالِحٍ فِي السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ أَوْ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ثُمَّ لِيَتَخَيَّرْ
أَحَدُكُمْ مِنْ الدُّعَاءِ أَعْجَبَهُ إِلَيْهِ فَيَدْعُوَ بِهِ
Artinya: Dari Abdullah bin Mas'ud dia berkata;
"Apabila kami selesai duduk-duduk bersama bersama Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dalam shalat, maka kami ucapkan; "As Salaamu 'alallah
qabla 'ibaadihis salaam'ala fulaanin wa fulaan (selamat sejahtera bagi Allah
sebelum hamba-bamba-Nya, selamat sejahtera bagi fulan dan fulan)." Maka
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian
mengatakan "As Salaamu 'alaallah, karena Allah adalah dzat sumber
keselamatan, akan tetapi jika salah seorang dari kalian duduk hendaklah
mengucapkan; 'At Tahiyyati Lillah Was Shalawaatu Wat Thayyibaat, As
Salaamu 'Alaika Ayyuhan Nabiiyyu Warahmatullahi Wa Barakaatuh As Salaamu
'Alaina Wa 'Alaa Ibaadillahis Shalihin (Segala kesejahteraan milik
Allah semata, begitupun segala kasih-sayang dan hal-hal yang baik, selamat
sejahtera kiranya terlimpah kepadamu wahai Nabi, begitupun rahmat Allah serta
berkah-berkah-nya. Selamat sejahtera terlimpah pula atas kami dan atas
hamba-hamba Allah yang Shalih) " apabila kalian mengucapkan seperti ini,
maka kalian dapat mencapai semua hamba yang Shalih baik yang di langit maupun
yang di bumi, -atau sabdanya- di antara langit dan bumi. ' "Asyhadu
Allaa Ilaaha Illallah Wa Asyhadu Ann Namuhammadan 'Abduhu Wa Rasuuluh
(Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah selaian Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya) ", kemudian hendaklah salah
seorang dari kalian memilih do'a yang menarik hatinya dan berdo'a dengan do'a
itu." (HR. Abu Daud)
Membaca shalawat atas Nabi
Shallallahu 'alaihi wa Sallam setelah syahadat
عَنْ كَعْبِ بْنِ
عُجْرَةَ قَالَ قُلْنَا أَوْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَرْتَنَا أَنْ
نُصَلِّيَ عَلَيْكَ وَأَنْ نُسَلِّمَ عَلَيْكَ فَأَمَّا السَّلَامُ فَقَدْ
عَرَفْنَاهُ فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ
حَمِيدٌ مَجِيدٌ حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا ابْنُ بِشْرٍ عَنْ مِسْعَرٍ عَنْ الْحَكَمِ بِإِسْنَادِهِ
بِهَذَا قَالَ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ
حَمِيدٌ مَجِيدٌ قَالَ أَبُو دَاوُد رَوَاهُ الزُّبَيْرُ بْنُ عَدِيٍّ عَنْ ابْنِ
أَبِي لَيْلَى كَمَا رَوَاهُ مِسْعَرٌ إِلَّا أَنَّهُ قَالَ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَاقَ
مِثْلَه
dari Ka'b
bin 'Ujrah dia berkata; kami bertanya -atau- mereka bertanya; "Wahai
Rasulullah, Anda memerintahkan kami untuk bershalawat dan salam kepada anda,
kami telah mengetahui tentang salam, lalu bagaimana cara kami bershalawat
kepada anda?" beliau bersabda: "Ucapkanlah; 'Allahumma Shalli
'Ala Muhammadin Wa'alaa Aalii Muhammad, Kamaa Shallaita 'Alaa Ibrahim. Wabaarik
'Alaa Muhammad Wa'alaa Aali Muhammad, Kamaa Barakta 'Alaa Ibrahim Fil 'Alamiina
Innaka Hamidum-Majiid (Ya Allah, curahkanlah kesejahteraan kepada
Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau curahkan kepada keluarga
Ibrahim. Ya Allah, curahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad, sebagaimana Engkau curahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji Lagi Maha Agung)." (HR. Abu Daud)
13. Duduk tawaruk pada rakaat keempat
عَنْ أَبِي
حُمَيْدٍالسَّاعِدِيَّ فِي عَشَرَةٍ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُمْ أَبُو قَتَادَةَ قَالَ أَبُو حُمَيْدٍ أَنَا
أَعْلَمُكُمْ بِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالُوا فَاعْرِضْ فَذَكَرَ الْحَدِيثَ قَالَ وَيَفْتَحُ أَصَابِعَ رِجْلَيْهِ
إِذَا سَجَدَ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَيَرْفَعُ وَيَثْنِي رِجْلَهُ
الْيُسْرَى فَيَقْعُدُ عَلَيْهَا ثُمَّ يَصْنَعُ فِي الْأُخْرَى مِثْلَ ذَلِكَ
فَذَكَرَ الْحَدِيثَ قَالَ حَتَّى إِذَا كَانَتْ السَّجْدَةُ الَّتِي فِيهَا
التَّسْلِيمُ أَخَّرَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ مُتَوَرِّكًا عَلَى شِقِّهِ
الْأَيْسَرِ زَادَ أَحْمَدُ قَالُوا صَدَقْتَ هَكَذَا كَانَ يُصَلِّي وَلَمْ
يَذْكُرَا فِي حَدِيثِهِمَا الْجُلُوسَ فِي الثِّنْتَيْنِ كَيْفَ جَلَسَ
Artinya: dari
Abu Humaid As Sa'idi dia berkata; saya pernah mendengarnya berkata di
tengah-tengah sepuluh sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam -Ahmad
berkata; telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin 'Amru bin 'Atha` dia berkata;
aku mendengar Abu Humaid As Sa'idi berkata di tengah-tengah sepuluh sahabat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di antaranya adalah Abu Qatadah, Abu
Humaid berkata; "Aku lebih mengetahui tentang shalat Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam." Mereka berkata; "kalau demikian, jelaskanlah."
Kemudian Abu Humaid menyebutkan hadits tersebut, katanya; "… kemudian
beliau membuka jari-jari kedua tangannya apabila sujud, lalu mengucapkan:
"Allahu Akbar" Setelah itu, beliau mengangkat kepala dan melipat kaki
kirinya serta mendudukinya, beliau mengerjakan seperti itu di raka'at yang
lain." Kemudian dia menyebutkan lanjutan dari hadits tersebut, katanya;
"…dan ketika beliau duduk (tahiyyat) yang terdapat salam, beliau merubah
posisi kaki kiri dan duduk secara tawaruk (duduk dengan posisi kaki kiri masuk
ke kaki kanan) di atas betis kiri." Ahmad menambahkan; "Sepuluh
sahabat tersebut berkata; "Benar kamu, demikianlah beliau biasa
melaksanakan shalat." keduanya tidak menyebutkan dalam kedua hadits
tersebut tentang cara duduk dalam rala'at kedua." (HR. Abu Daud)
14. Menunjukdalam shalat
حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ عَنْ مَالِكٍ عَنْ مُسْلِمِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ
عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُعَاوِيِّ قَالَ رَآنِي عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ عُمَرَ وَأَنَا أَعْبَثُ بِالْحَصَى فِي الصَّلَاةِ فَلَمَّا انْصَرَفَ
نَهَانِي وَقَالَ اصْنَعْ كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَصْنَعُ فَقُلْتُ وَكَيْفَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ قَالَ كَانَ إِذَا جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ
كَفَّهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخْذِهِ الْيُمْنَى وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا
وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ الَّتِي تَلِي الْإِبْهَامَ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى
عَلَى فَخْذِهِ الْيُسْرَى
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Al
Qa'nabi dari Malik dari Muslim bin Abu Maryam dari Ali bin Abdurrahman Al
Mu'awi dia berkata; Abdullah bin Umar melihatku, ketika aku sedang
mempermainkan kerikil dalam shalat, seusai shalat, dia melarangku sambil berkata;
"Perbuatlah seperti yang di perbuat oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam." kataku; 'Bagaimana yang biasa di perbuat Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam?" dia menjawab; "Apabila beliau duduk dalam
shalat, beliau meletakkan telapak tangan kanannya di atas paha kanannya dan
menggenggam semua jari jemarinya seraya menunjuk dengan jari yang dekat ibu
jari (jari telunjuk) dan meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha
kirinya.” (HR. Abu Daud)
15.
Doa setelah syahadat
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ
بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ حَدَّثَنِي حَسَّانُ بْنُ عَطِيَّةَ حَدَّثَنِي
مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عَائِشَةَ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنْ التَّشَهُّدِ
الْآخِرِ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ
الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal
telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim telah menceritakan kepada
kami Al Auza'i telah menceritakan kepadaku Hasan bin 'Athiyah telah
menceritakan kepadaku Muhammad bin Abu Aisyah bahwa dia mendengar Abu Hurairah
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila
kalian selesai dari tasyahud akhir, hendaklah memohon perlindungan kepada Allah
dari empat perkara, yaitu; dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, fitnah
kehidupan dan kematian serta dari kejahatan Dajjal." (HR. Abu Daud)
Do’a setelah Tasayahhud
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صل الله عليه
و سلّم أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ بَعْدَ التَّشَهُّدِ: اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ
مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَ أَعُوذُ بِكَ
مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ، وَ أَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَلْمَمَاتِ
Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, dari Nabi SAW,
bahwasannya setelah membaca tasyahhud beliau mengucapkan, “Allahumma
Innii ‘Auudzu Bika Min ‘Azaabi Jahanna, Wa A’uudzu Bika Min ‘Adzaabil Qabri, Wa
A’uudzu Bika Min Fitnatid Dajjal, Wa A’uudzuu Bika Min Fitnatil Mahyaa Wal
Mamaati (Wahai Allah, aku berlindung kepada engkau dari siksa
neraka, aku berlindung kepada engkau dari siksa kubur, aku berlindung kepada
engkau dari fitnah dajjal. Aku berlindung kepada engkau dari fitnah hidup dan
mati ), (HR. Abu Daud)
16.
Salam
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُسَلِّمُ عَنْ
يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ خَدِّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
Artinya: Dari Abdullah bahwa “Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam biasa memberi salam ke arah kanan dan ke arah kiri
sehingga terlihat putih pipi beliau (beliau mengucapkan): " Assalaamu
'alaikum wa rahmatullah, Assalaamu 'alaikum wa rahmatullahi (semoga keselamatan
dan rahmat Allah tetap atas kalian, semoga keselamatan dan rahmat Allah tetap
atas kalian)." (HR. Abu Daud)
Ucapan Salam
عَنْ وَاءِلٍ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صل الله عليه
و سلّم فَكَانَ يُسَلَّمُ عَنْ يَمِينِهِ (اَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ (الله وَبَرَكَةُ) وَ عَنْ شِمَالِهِ (اَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
الله
Artinya: Dari Wail, dia berkata, “saya pernah mengerjakan shalat
bersama nabi SAW, beliau biasa memberi salam ke kanan beliau (dengan
mengucapkan), Asslamu ‘alaikum wa rahmatullaahi wa barakatu (Semoga
keselamatan, rahmat Allah dan berkahnya tetap atas kalian), dan ke sebelah kiri
beliau (dengan mengucapkan) Asslamu ‘alaikum wa rahmatullaahi (semoga
kesejahteraan dan rahmat Allah tetap atas kalian).” (HR. Muslim)
17. Bacaan samar dalam shalat
dzuhur
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ قَيْسِ بْنِ
سَعْدٍ وَعُمَارَةَ بْنِ مَيْمُونٍ وَحَبِيبٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ فِي كُلِّ صَلَاةٍ يُقْرَأُ فَمَا أَسْمَعَنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْمَعْنَاكُمْ وَمَا أَخْفَى
عَلَيْنَا أَخْفَيْنَا عَلَيْكُمْ
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il
telah menceritakan kepada kami Hammad dari Qais bin Sa'd dan 'Umarah bin Maimun
serta Habib dari 'Atha` bin Abu Rabah bahwa Abu Hurairah berkata; "Di
dalam shalat itu ada yang di baca, dan apa yang Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam perdengarkan kepada kami, maka kami pun akan perdengarkan kepada
kalian, dan apa yang beliau samarkan (dalam bacaan) kepada kami, maka kami pun akan
menyamarkan kepada kalian.” (HR. Abu Daud)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat
menurut lughat (secara bahasa)
berarti do’a, sedangkan menurut istilah syara’ shalat ialah seperangkat
perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu,dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Rukun sholat terdiri dari tigas belas (13) rukun,
syarat wajib sholat terdiri dari lima (5) syarat, dan syarat sah sholat terdiri
dari lima (5) syarat.
Mengenai bacaan dan gerakan sholat menurut tuntunan
Nabi SAW telah kami cantumkan di bagian pembahasan, yang dimana menurut
keyakinan kami masih banyak lagi hadits mengenai hal ini yang belum kami
temukan dan kami cantumkan.
B. Saran
Makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna.
Untuk itu penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian,
agar menjadi masukan dan perbaikan bagi penulis sehingga kedepannya makalah ini
menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Sunarto dkk. 1992. Terjemah Shahih Bukhari, Semarang: CV. Asy
Syifa’.
Ahmat Syaikhu. 2004. Fiqih. Palangka
Raya: Departemen Agama.
Arif Hanafi. 2009. Buku
Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII Semester Ganjil. Propinsi Jawa Tengah: Departemen
Agama Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Azzam.adib Bisri Musthofa. 1993. Terjemah Sahih Muslim Jilid I. Semarang:
CV. Asy Syifa’.
Muhammad Jawad Mughniyah. 2001. Fiqih Lima Mazhab.
Jakarta: Lentera,
Muhammad Nashiruddin Al-Albani. 2006. Shahih Sunan Abu Daud seleksi
Hadits Shahih dari kitab Sunan Abu Daud Buku 1. Jakarta Selatan:
Pustaka
Muhammad Nashiruddin Al-Albani. 2007. Shahih Sunan Tirmidzi seleksi
Hadits Shahih dari kitab Sunan Tirmidzi Buku 1. Jakarta Selatan:
Pustaka.
[1] Ahmat Syaikhu. Fiqih.
Departemen Agama, Palangka Raya: 2004. Hal 9.
[2] Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih
Lima Mazhab. Lentera, Jakarta: 2001. Hal 71.
[3] Sumber: Arif
Hanafi,S.Ag.M.Pd, Buku Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII Semester
Ganjil, Departemen Agama Madrasah Tsanawiyah (MTs) Propinsi Jawa Tengah
2009. Hal.24-25
Komentar
Posting Komentar