KHULAFAURRASYIDIN

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Penulisan
Pada umumnya setiap penulisan ulang mengenai Sejarah Peradaban Islam pada masa-masa khulafaurrasyidin ataupun sejarah-sejarah lain adalah terbuka dan milik semua orang. Asalkan bisa memahami dan bisa mengaplikasikannya secara sistematis dan inofatif.
Tema besar penulisan makalah ini akan lebih banyak menelusuri mengenai akar-akar Sejarah Peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin. Karena nilai-nilai positif Sejarah Peradaban Khulafaurrasyidin tidak lagi dijadikan teladan oleh orang-orang Islam.
Fenomena yang sangat menyedihkan, mayoritas orang-orang Islam saat ini lebih banyak mengadobsi budaya/peradaban orang-orang non muslim. semua itu merupakan cerminan bagi potret perkembangan di masing-masing kawasan Dunia Islam yang terus menerus menunjukkan dinamikanya.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memperkaya nuansa dan pengembangan wawasan dalam studi Sejarah Peradaban Islam.
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, fungsi sebagai rasullah tidak dapat digantikan oleh siapa pun manusia di dunia ini, karena pemilihan fungsi tersebut adalah mutlak dari Allah SWT. Fungsi beliau sebagai kepala pemerintahan dan pemimpin masyarakat harus ada yang menggantinya. Selanjutnya pemerintahan Islam dipimpin oleh empat orang sahabat terdekatnya, kepemimpinan dari parasahabat Rasul ini disebut periode Khulafaurrasyidin (para pengganti yang mendapatkan bimbingan ke jalan lurus. Meskipun hanya berlangsung 30 tahun, masa Khalifah Khulafaurrasyidin adalah masa yang penting dalam sejarah Islam. Khulafaurrasyidin berhasil menyelamatkan Islam, mengkonsolidasi dan meletakkan dasar bagi keagungan umat Islam.

B.  Rumusan Masalah
1.     Bagaimana situasi pasca wafatnya Rasulullah SAW ?
2.    Apa saja prestasi-prestasi yang dicapai oleh khulafaurrasyidin ?
3.    Apa ibrah dari kepemimpinan khulafaurrasyidin ?
4.    Bagaimana gaya kepemimpinan khulafaurrasyidin ?

C.  Tujuan Penulisan
1.     Agar dapat memahami siruati pasca wafatnya Rasulullah SAW.
2.    Agar dapat memahami prestasi-prestasi yang dicapai oleh khulafaurrasyidin.
3.    Agar dapat memahami ibrah kepemimpinan khulafaurrasyidin.
4.    Agar dapat memahami gaya kepemimpinan khulafaurrasyidin.


D.  Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah metode library research. yang mana penulis menggunakan buku-buku dari perpustakaan sebagai bahan referensi dimana penulis mencari literatur yang sesuai dengan materi yang di kupas dalam makalah ini dan penulis menyimpulkan dalam bentuk makalah.


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Situasi Pasca Wafatnya Rasulullah SAW.
Pada tanggal 12 rabiul awal tahun 11 hijriah atau tanggal 8 juni 638 M, nabi Muhammad SAW wafat saat itu beliau berusia 63 tahun. Setelah Rasulullah wafat, situasi dikalangan umat Islam sempat kacau. Hal itu disebabkan rasulullah tidak menunjuk calon penggantinya secara pasti. Dua kelompok yang merasa paling berhak untuk dicalonkan sebagai pengganti Nabi Muhammad SAW. adalah kaum muhajirin dan kaum ansor.
Kaum muhajirin berpendapat bahwa merekalah yang paling tepat menggantikan posisi kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. mereka mengemukakan pendapat alasan bahwa kaum muhajirin merupakan adalah orang-orang pertama yang menerima Islam dan berjuang bersama Nabi Muhammad SAW untuk itu kaum muhajirin mengusulkan Abu Bakar As Siddiq sebagai pengganti Nabi Muhammad SAW. mereka memperkuat usul itu dengan kenyataan bahwa Abu Bakar As-Siddiq adalah orang yang menggantikan Nabi Muhammad SAW. menjadi Imam shalat ketika beliau sakit.
Di pihak lain, kaum Ansor berpendapat bahwa mereka adalah yang paling tepat menggantikan posisi kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa Islam dapat berkembang dan mengalami masa kejayaan setelah Nabi Muhammad SAW. hijrah ke Madinah dan mendapat pertolongan kaum Anshar. Kaum Anshar kemudian mengusulkan Sa’ad bin Ubadah sebagai pengganti Nabi Muhammad SAW.
Perbedaan pendapat antara dua kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara damai setelah Umar bin Khattab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya, Umat menegaskan bahwa yang paling berhak memegang kepemimpinan sepeninggal Rasulullah SAW. adalah orang-orang Quraisy. Alasan tersebut dapat diterima kedua belah pihak. Akhirnya, Umar bin Khattab memabait Abu Bakar As Siddiq menjadi Khalifah dan diikuti oleh Sa’ad bin Ubadah[1].
B.  Prestasi Khulafaurrasyidin
Khulafaur rasyidin berasal dari kata Khulafa’ dan ar-rasyidin. Kata Khulafa merupakan jamak dari kata khalifah yang berarti pengganti. Adapun kata ar-rasyidin berati mendapat petunjuk. Dengan demikian, khulafaurrasyidin memiliki arti para pengganti yang mendapat petunjuk. Khufaurrasyidin terdiri dari 4 sahabat utama Nabi Muhammad SAW, yaitu:

1.     Abu Bakar As Siddiq
2.    Umar bin Khattab
3.    Usman bin Affan
4.    Ali bin Abi Thalib
Setalah Nabi Muhammad SAW wafat, mereka menjadi contoh utama dalam menghayati dan mengamalkan ajaran Islam. Mereka melaksanakan prinsip-prinsip pemerintah Islam dengan baik[2].
1.   Prestasi yang dicapai oleh Kahlifah Abu Bakar As-Siddiq
Pada masa kepemimpinannya, khalifah Abu Bakar As-Siddiq melakukan beberapa usaha dan mencapai prestasi sebagai berikut[3]:
a.    Memerangi kaum murtad
Setelah suksesi Abu Bakar As-Siddiq, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed menyatakan murtad atau membangkan pada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa diantaranya menolak membayar zakat, walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memluk agama dan tradisi lamanya, yakni menyembah berhala. Sukuk-suku tersebut menyatakan bahwa mereka hanya memiliki perjanjian dengan nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, kematian Nabi Muhammad SAW menjadi alasan sehingga perjanjian tersebut tidak berlaku lagi
Rasa kesukuan dan sifat faternalisistik, yaitu tunduk secara membabi buta kepada pemimpinnya juga menjadi penyebab timbulnya gerakan murtad (riddah).
Para kepala suku yang masih lemah imannya mempelopori gerakan riddah. Khalifah Abu Bakar As-Siddiq memandang gerakan itu sangat berbahaya, maka khalifah Abu Bakar As-Siddiq bersikap tegas. Ketegasannya itu tersirat dalam salah satu ucapannya yaitu: “jika saja zakat itu seutas tali unta dan mereka tidak mau menunaikannya, niscaya tetap aku perangi mereka”. Di balik ketegasannya, kahlifah Abu Bakar As-Siddiq tetap berpesan kepada panglimanya untuk mengadakan pendekatan sacara persuasif atau damai. Sebagian kaum murtad ada yang menerima ajakan damai tersebut dan kembali tunduk kepada hukum Islam. Namun ada juga yang tidak mau berdamai dan memilih perang, mereka dipimpin oleh orang-oranf yang mengangkat dirinya sebagai Nabi. Mereka adalah nabi-nabi palsu yang berusaha menghancurkan Islam. Nabi-nabi palsu antara lain:
1.     Aswad al Ansi
2.    Tulaihah bin Khuwailid al-Asadi
3.    Malik bin Nuwairah
4.    Musailamah al Kazab
Aswad an Ansi memimpin suku Badui di Yaman. Mereka berhasil merebut Najran dan San’a. Akan tetapi, aswad al Ansi terbunuh oleh saudara gubernur Yaman. Khalifah Abu Bakar as Siddiq mengirimkan Zubair bin Awwam untuk menghancurkan mereka, ketika Zubair bin Awwan tiba di Yaman, Aswad al Ansi telah terbunuh, pasukan Islam kembali berhasil menguasai Yaman.
Tulaihah bin Khuwailid al-Asadi menganggap dirinya sebagai nabi, pengikutnya berasal dari bani Asad, bani Gatafan, bani Amir. Khalifah Abu Bakar As Siddiq mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Pertempuran terjadi di dekat sumur Buzakah pasukan Islam berhasil mengalahkan mereka.
Malik bin Nuwairah merupakan pemimpin bani Yarduk dan Bani Tamim. Sepeninggal Nabi Muhammad SAW, mereka tidak mengakui Islam. Pasukan Khalid bin Walid kemudian bergerak menuju perkampungan mereka. Dalam pertempuran yang sangat sengit, Malik bin Nuwairah terbunuh. Para pengikutnya kacau balau dan cerai berai.
Musailamah al Kazab mengaku dirinya sebagai nabi ia didukung oleh bani Hanifah di Yamamah. Ia mengaeini Sajah yang mengaku nabi di kalangan Kristen. Mereka berhasil menyusun pasukan besar yang berkekuatan 40.000 orang. Khalifah Abu Bakar as Siddiq mengirimkan Ikrimah bin Abu Jahal dan Syurahbil bin Hasanah. Pada mulanya pasukan Islam terdesak, akan tetapi pasukan bantuan segera datang di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Pasukan Islam bertempur dengan gagah berani. Pasukan Musailamah al Kazab berhasil dikalahkan, 10.000 orang murtad terbunuh. Sementara itu ribuan kaum muslimin gugur dalam perang ini, termasuk para penghapal al-Qur’an. Perang ini terkenal dengan sebutan peramg Yamamah dan merupakan yang paling besar di antara perang melawan kaum murtad lainnya.
Setelah Musailamah al Kazab berhasil dikalahkan pasukan muslim bergerak menuju Bahrain, Oman, dan Yaman. Ditempat-tempat tersebut kaum murtad berhasil dikalahkan. Serangkaian perang melawan kaum murtad itu disebut Riddah. Perang tersebut berhasil dimenangkan kaum muslimin dengan gemilang.
b.    Menyusun Kitab (Kodifikasi Al-Qur’an)
Hasil karya masa khalifah Abu Bakar As Siddiq yang masih dapat kita rasakan hingga sekarang adalah adanya mushaf Al-Qur’an. Ketika itu Al-Qur’an tertulis dalam berbagai benda yang berserakan di berbagai tempat. Usaha itu dilaksanakan atas saran Umar bin Khattab yang saat itu menjadi penasihat utama khalifah Abu Bakar As Siddiq.
Pada mulanya khalifah Abu Bakar As Siddiq merasa enggan melakukan tugas ini karena Nabi Muhammad SAW. tak pernah mencontohkannya. Akan tetapi, umar bin Khattab mengemukakan beberapa alasan, salah satunya adalah banyaknya para penghapal Al-Qur’an yang meninggal dalam perang Yamamah.
Khalifah Abu Bakar As Siddiq bersedia mewujudkan pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an. Beliau menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai pemimpin proyek mulia ini. Zaid bin Tsabit adalah sekretaris Rasulullah SAW, semasa hidupnya. Jika ada wahyu yang turun, Zaid bin Tsabit menulisnya dengan bimbingan Rasulullah SAW. wahtu tersebut kemudian dihafalkan oleh para sahabat. Selain itu, ada juga sahabat yang menyalinnya ke pelepah kurma, bebatuan atau tulang belulang. Mereka kemudian mengajarkan kepada kaum Muslimin di daerah lain.
Setelah usaha pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an selesai, mushaf disimpan khalifah Abu Bakar As Siddiq, mushaf itu yang menjadi pedoman pembelajaran Al-Qur’an kepada segenap kaum muslimin saat itu. Setelah khalifah Abu Bakar As Siddiq wafat, mushaf tersebut disimpan oleh Habsah binti Umar, yakni putri Umar bin Khattab dan salah seorang istri Rasulullah.

c.    Perluasan wilayah Islam
Setelah situasi sosial politik masyarakat Islam dirasa stabil, khilafah Abu Bakar As Siddiq, mulai menyebarkan Islam ke wilayah yang lebih luas lagi. Perluasan wilayah tersebut bukan berarti penjajahan, sebab khalifah Abu Bakar As Siddiq selalu menekankan kepada para panglimanya untuk mengadakan pendekatan damai.
Ada 3 (tiga) hal yang menjadi pegangan utama para Da’i atau tentara Islam saat memasuki daerah baru, antara lain sebagai berikut:
1)    Dianjurkan masuk Islam, maka jiwa serta hartanya akan dilindungi.
2)   Boleh tidak masuk Islam, tetapi membayar Jizyah (pajak perlindungan yang sangat ringan). Maka jiwa hartanya akan dilindungi.
3)   Jika menentang, mereka akan diperangi.
Ketiga hal itulah yang membuat para Da’i atau tentara Islam disambut dengan suka cita ketika memasuki wilayah baru. Bahkan banyak rakyat suatu daerah sangat mengaharapkan kedatangan Da’i atau tentara Islam. Hal itu menunjukan bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.
Berbagai wilayah yang menjadi penyebaran Islam adalah wilayah yang dikuasai kekaisaran persian dan benzantium. Persia menguasai wilayah yang luas meliputi Irak, bagian barat suriah (syam) dan bagian utara jazirah Arab. Sejumlah kabilah Arab tunduk dibawah kekuasaan mereka. Khalifah Abu Bakar As Siddiq mengirimkan dua panglima untuk menundukan wilayah tersebut, yaitu Khalid bin Walid dan Musanna bin Haritsah. Mereka mampu menguasai Hirah dan beberapa kota lainnya, yaitu Anbar, Daumatul Jandal dan Fars. Peperangan ini dihentikan setelah khalifah Abu Bakar As Siddiq memerintahkan Khalid bin Walid berangkat menuju Suriah. Ia dierintahkan untuk membantu pasukan Muslim yang kesulitan menghadapai pasukan Benzantium yang sangat besar. Kkomando pasukan kemudian dipegang oleh Musanna bin Haritsah.
Kekaisaran Biantium menjadikan kota Damaskus, Suriah sebagai pusat pemerintahan di wilayah Arab dan sekitarnya.
Untuk menghadapi kekaisaran Bizantium / romawi, Khalifah Abu Bakar As Siddiq mengirimkan beberapa pasukan, yaitu :
1)    Pasukan Yazid bin Abu Sofyan ke Damaskus
2)   Pasukan Amru bin As ke Palestina
3)   Pasukan Syurahbil bin Hasanah ke Yordania
4)   Pasukan Abu Ubaidah bin Jarrah ke Hims
Pasukan Islam ketika itu berjumlah 18.000. adapun pasukan Romawi berjumlah 240.000 orang. Menghadapi jumlah yang sangat besar itu pasukan kaum muslimin mengalami kesulitan. Khalifah Abu Bakar As Siddiq segera memerintahkan Khalid bin Walid berangkat menuju Syam. Khalid bin Walid melakukan perjalanan bersejarah selama 18 hari melewati padang sahara yang belum pernah dilewatinya. Ia segera bergabung dengan pasukan muslim yang ada di sana.
Pertemputan akhirnya pecah di pinggir sungai Yarmuk. Oleh karena itu perang ini disebut perang Yarmuk ketika perang tengah berkecamuk, datanglah kabar bahwa Khalifah Abu Bakar As Siddiq meninggal dunia. Beliau digantikan oleh Umar bin Khattab. Khalid bin Walid kemudian digantikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Peperangan ini akhirnya dimenangkan oleh kaum muslim dan menjadi kunci utama runtuhnya kekuasaan Bizantium di tanah Arab.
2.  Prestasi Khalifah Umar bin Khattab
Umar bin Khattab tidak termasuk pemeluk Islam pada masa awal, pada periode Mekah, Umar bin Khattab merupakan musuh utama umat Islam. Saat itu, ada dua nama Umar dikalangan pembesar Quraisy yang sangat diakui umat Islam. Yang pertama adalah Umar bin Khattab, sedangkan yang kedua adalah Umar bin Hisyam atau yang lebih dikenal dengan Abu Jahal. Keduanya merupakan tokoh yang memusuhi Islam dan juga berperang.
Rasulullah SAW kemudian memohon kepada Allah SWT agar mengislamkan salah satu Umar. Permohonan Rasulullah dikabulkan dengan Islamnya Umar bin Khattab. Sejak saat itu Rasulullah SAW, dan kaum muslim tidak perlu beribadah dan berdakwah secara sembunyi-sembunyi lagi. Bahkan disaar kaum muslim melakukan hijrah secara diam-diam, Umar bin Khattab melakukan secara terbuka, ketika ada orang kafir Quraisy yang berusaha menghalanginya, ia mengucapkan kata-kata yang sangat terkenal, “ketahuilah besok saya akan hijrah ke kota Mekah, barang siapa yang anakanya ingin menjadi yatim atau istirinya ingin menjadi janda, silahkan menghalangi saya”.
Umar bin Khattab merupakan orang yang sangat cerdas, beliau adalah satu-satunya sahabat Nabi Muhammad SAW yang tidak serta merta menerima keputusan Nabi Muhammad SAW. terhadap suatu masalah. Akan tetapi jika keputusan itu berdasarkan wahyu dari Allah SWT dan bukan pemikiran Nabi Muhammad SAW. Umar bin Khattab akan langsung menaatinya. Umar  bin Khattab juga sangat tegas dalam membedakan kebenaran dan kebatilan. Karena ketegasannya tersebut Rasulullah SAW. memberikan gelar Al-Faruq kepada Umar bin Khattab. Al-Faruq artinya pemisah atau pembeda. 
Beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh Umar bin Khattab saat menjadi khalifah adalah[4]:
a.    Perluasan wilayah
Pengembangan dakwah dan perluasan wilayah sudah dilakukan sejak masa Abu Bakar. Para ahli sejarah menyatakan bahwa imperium Islam sesungguhnya berdiri pada masa khalifah Umar bin Khattab. Pada masa itu perluasan wilayah Islam terjadi secara besar-besaran dan dikenal sebagai periode futuhat al Islamiyah, secara berturut-turut pasukan Islam berhasil menguasai Suriah, Persia, dan Mesir.
Pada waktu itu, Suriah merupakan pusat perdagangan yang penting. Sehingga Umar bin Khattab berusaha merebut mati-matian. Wilayah Suriah memiliki beberapa kota yang menjadi pusat kekuatan Romawi Timur (Bizantium) yang beragam Kristen. Beberapa kota tersebut adalah Damaskus, Yordania, Yerusalem, Hilms, dan Antiokia.
Pengepungan Damaskus telah dimulai sejak Khalifah Abu Bakar As Siddiq. Pasukan Islam dipimpin oleh Khalid bin Walid. Penduduk Dasmaskus bertahan di dalam benteng. Mereka mengharapkan bantuan Heraklius dari Hilms. Akan tetapi bantuan tersebut tidak pernah datang. Sehingga kesempatan ini Khalid bin Walid beserta perwiranya berani menaiki benteng dan turun membuka pintu gerbang. Pasukan Islam segera masuk, akhirnya kota Damaskus bisa ditaklukkan. Begitu juga kota Suriah bisa dikuasai kaum muslimin.
Selama kekhalifan Abu Bakar As Siddiq telah terjadi peperangan antara kaum muslimin dan tentara Persia. Ketika itu kekaisaran Persia merupakan kekuatan yang sangat besar di dunia selain ke kaisaran Bizantium.
Kekaisaran Persia juga dikenal sebagai Dinasti Sasania. Kekaisaran ini memiliki beberapa kerajaan bawahan. Diantaranya adalah kerajaan Gassan dan Kerajaan Hirah di wilayah Irak. Pada masa Khalifah Abu Bakar As Siddiq terjadi perang Hafir yang menyebabkan kerajaan Gassan dan kerajaan Hirah jatuh ketangan kaum muslimin.
Ketika itu, pasukan muslim dipimpin oleh Khalid bin Walid karena adanaya suatu yang mendesak Khalid bin Walid diperintahkan menuju Suriah oleh Au Bakar As Siddiq. Kepemimpinannya di Irak kemudian dipegang oleh Musanna bin Haritsah.
Kepergian Khalid bin Walid dimanfaatkan oleh orang-orang persia. Mereka menyerang pasukan Musanna bin Haritsah. Terjadilah perang jembatan pada tanggal 26 November 634 M. Dari 9.000 orang, pasukan muslim hanya tersisa 3.000 orang. Akhirnya khalifah Umar bin Khattab marah. Beliau memerintakan serangan balasan dan mengkoordinasikan pasukan muslim. Pasukan bantuan didatangkan untuk membantu Musanna bin Haritsah. Pasukan persia dipimpin oleh Mehran. Musanna bin Haritsah gugur, tetapi kaum muslimin menang dalam perang tersebut.
Perluasan wilayah ke Mesir kaum muslimin dipimpin oleh Amru bin Ash. Atas perintah khalifah Umar bin Khattab berangkatlah 4.000 pasukan Islam ke Mesir. Amru bin Ash mencapai perbatasan Mesir pada bulan Desember 639 M. Mula-mula Ameu bin Ash merebut kota Al-Farama di Mesir timur, kemudian sampai ke benteng Babilion. Benteng Babilion merupakan pusat kekuatan kekaisaran Bizantium. Setelah bertempur kaum muslimin berhasil menguasai Benteng Babilion dan wilayah Mesir yang lain.
Kemenangan-kemenangan umat Islam menjadikan wilayah Islam pada masa khalifah Umar bin Khattab meluas hingga Afrika Utara, Armenia dan sebagian wilayah Eropa Timur.
Khalifah Umar bin Khattab telah membagi wilayah Islam menjadi beberapa provinsi serta menunjuk gubernur untuk memerintah wilayah tersebut, misalnya:
1)    Sa’ad bin Abi Waqas menjadi Gubernur di Kuffah
2)   Amru bin Ash menjadi Gubernur di Mesir
3)   Mu’awiyah bin Abi Sofyan menjadi Gubernur di Damaskus.
b.    Menata administrasi dan keuangan pemerintah
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab megang pemerintahan, beliau membentuk Baitul Mal dan Dewan Perang. Baitu Mal bertugas mengurusi keuangan negara. Keluar masuknya keuangan, baik di pusat maupun di provinsi-provinsi diawasi dengan kuat.
Dewan perang bertugas mencatat administrasi ketentaraan. Para tentara dan pengawal pemerintahan digaji dari Baitul Mal. Khalifah Umar bin Khattab merupakan khalifah yang pertama kali memperkenalan sistem penggajian bagi pegawai pemerintahan.
c.    Penetapan kalender Hijriah
Khalifah Umar bin Khattab telah mencetusan sistem kalender Hijriah. sebelum  kalender hijriah ditetapkan orang-orang menggunakan kalender Masehi.
Sistem itu banyak digunakan oleh orang-orang Nasrani. Agar berbeda dengan orang-orang Nasrani, kaum mislim berkeinginan untuk mempunyai sistem kalender sendiri. Khalifah Umar bin Khattab menetapkan tahun Islam adalah pada saat Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekah ke Madinah. Pereiode dakwah sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah disebut periode mekkah, sedangkan periode dakwah setelah Nabi Muhammad SAW hijrah disebut pereiode Madinah. Demikian pula pembagian surah-surah Al-Qur’an yang turun sebelum hijrah disebut surah Makiyah, sedangkan surah Al-Qur’an yang turun setelah hijrah disebut surah Madinah.

3.  Prestasi Khalifah Usman Bin Affan.
Abu Lu’luah adalah seorang bangsa Persia, Karena mempunyai dendam pribadi pada Khalifah Umar bin Khattab, maka Abu Lu’luah membunuh Khalifah Umar bin Khattab saat menjadi Imam shalat dengan cara ditikam. Menjelang fawatnya, Khalifah Umar bin Khattab membentuk dewan yang akan mencari penggantinya.
 Pada mulanya umar masih ragu, dan ia berkata kalaupun saya menunjuk seorang pengganti, karena dulu orang yang lebih baik dari saya juga menunjuk pengganti, ataupun kalau saya biarkan, karena dulu orang yang lebih baik dari saya juga membiarkan. “ tetapi sesudah difikirkan matang-matang, bahwa kalau dibiarkan begitu saja ia khawatir keadaaan akan menjadi kacau. Dalam berperang dengan persia dan romawi semua orang arab sudah ikut serta sehingga setiap kabilah mengaku dirinya seperti kaum Muhajirin dan Anshar, berhak memilih Khalifah. Malah di antara mereka ada yang mengaku berhak mencalonkan pemimpinnya sebagai khalifah. Jika umar tidak memberikan pendapat,  pengakuan seperti itu akan sangat membahayakan kedaulatan yang baru tumbuh. Karenanya ia membentuk Majlis Syura yang terdiri dari enam orang,  yaitu[5]:
a.    Usman bin Affan
b.    Ali bin Abi Thalib
c.    Thalhah Bin Ubaidah
d.    Zubair bin Awwan
e.    Abdurrahman bin Auf
f.     Sa’ad bin Abi Waqas
Dewan tersebut diberi tugas memilih salah seorang dari mereka untuk menjadi khalifah. Ketua dewan dipegang oleh Abdurrahman  bin Auf. Pemilihan dilakukan dengan cara Musyawarah untuk mufakat dan mencari suara terbanyak. Jika terjadi suara yang seimbang, keputusan diserahkan kepada Abdurrahman bin Umar sebagai Hakimnya.
Mayoritas suara memilih Usman bib Affan sebagai Kahlifah pengganti Umar bin Khattab. Saat menjadi Khalifa Usman bin Affan berusia 70 tahun. Beliau menjadi Khalifah selama 12 tahun.Selama Usman bin Affan memegang kekuasaan banyak prestasi-prestasi yang berhasil yang diraihnya, antara lain[6]:
a.    Renovasi Masjid Nabawi
Khalifah Usman bin Affan merenovasi masjid Nabawi yang dulu telah dibangun oleh Khalifah Umar bin Khattab, Khalifah Usman bin affan merenovasi Masjid Nabawi dengan cara memperluas, memperindah bentuk dan coraknya.
b.    Membuat angkatan laut
Pada waktu Khalifah Usman bin Affan memgang kekuasaan, wilayah islam sudah mencapai Afrika, Siprus hingga Konstantinopel. Untuk menjaga wilayah-wilayah tersebut, Mua’wiyah bin abi sofyan yang waktu itu menjabat Gubernur Suriah mengusulkan dibentuk Angkatan Laut. Usul itu disambut baik oleh Usman bin Affan.
c.    Kodifkasi mushaf Al-Qur’an
Usaha kodifikasi (pembukuan) Al-qur’an sudah dimulai sejak masa khalifah Abu Bakar As-siddiq. Ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah terkumpul pada masa itu disimpan oleh Hafsah binti Umar (istri Nabi).
Pada masa pemerintahan Usman bin Affan, wilayah Islam sudah sangat luas. Hal itu menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perbedaan pembelajaran Al-qur’an. Perbedaan itu meliputi susunan surah-surahnya atau lafal (dialognya). Salah seorang sahabat yang bernama Huzaifah bin Yaman melihat perselisihan diantara tentara islam ketika menaklukkan Armenia dan Azrbaijan. Masing-masing pihak menganggap cara membaca Al-qur’an yang dilakukan adalah yang paling benar.
Perselisihan tersebut kemudian dilaporkan oleh Huzaifah bin Yaman kepada Khalifah Usman bin Affan.
Kemudian Khalifah Usman bin Affan membentuk sebuah penitia penyusunan Al-Qur’an. Panitia ini diketuai oleh Zaid bin Sabit. Anggotanya adalah Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin haris. Tugas yang harus dilaksanakan oleh panitia tersebut adalah menyalin ayat-ayat Al-Qur’an dalam sebuah buka yang disebut mushaf.
Salinan kumpulan Al-qur’an itu disebut mushaf. Oleh panitia Al-mushaf diperbanyak sejumlah 4 buah. Sebuah tetap di madinah.
Sedangkan empat al-mushap yang lainnya dikirim ke:
1)    Makkah
2)   Suriah
3)   Basrah
4)   Kuffah
Naskah Al-Qur’an yang tinggal di Madinah disebut Mushaf Al-Imam atau Mushaf Usmani.
d.    Perluasan wilayah
Wilayah islam makin luas, pada masa kekuasaan khalifah Usman bin Affan. Wilayah Azerbaijan berhasil ditaklukkan pasukan muslim di bawah pimpinan said bin Ash dan Huzaifah bin Yaman. Sedangkan salam bin Rabi’ah al-bahiy berhasil menaklukkan wilayah Armenia.

4.  Prestasi khalifah ali bin abi thalib
Dikalangan kaum muslim dibeberapa daerah, terutama di basrah, mesir, dan kuffah, pada masa akhir kepemimpinan khalifah usman bin affan terjadi fitnah besar-besaran. Fitnah tersebut sengaja disebarkan oleh kaum munafik yang dipimpin oleh abdullah bin saba. Fitnah tersebut berhasil menghasud beberapa pihak untuk memberontak dan menuntut mundurnya khalifah usman bin affan.
Suatu ketika para pemberontak berhasil menyerbu rumah khalifah usman bin affan dan membunuhnya. Saat Kejadian tersebut, khalifah usman bin affan sedang menjalani puasa sunah dan membaca Al-qur’an.
Muslimin dalam kesedihan yang sangat mendalam, dan dalam kebingungan setelah kematian usman. Selama lima hari berikutnya mereka tanpa pemimpin. Sejarah sedang kosong buat madinah, selain pemberontakan yang selama itu pula membuat kekacauan dan menanamkan ketakutan di hati orang.
Kaum pemberontak mengadakan pendekatan kepada Ali bin Abi thalib dengan maksud mendukungnya sebagai khalifah, dipelopori oleh al-gafiqi  dari pemberontakan mesir sebagai kelompok besar. Tetapi ali menolak. Setelah kematian khalifah usman tak ada lagi oarang yang pantas menjadi khalifah dari pada Ali bin abi thalib. Dalam kenyataannya ali memang merupakan tokoh yang paling populer saat itu. Disamping itu, memang tak ada seorang pun yang mengklaim atau mau tampil mencalonkan diri menjadi khalifah untuk menggantikan usman bin affan termasuk mu’awiyah bin abi sofyan selain nabi ali bin abi thalib. Di samping itu mayoritas umat muslimin di madinah dan kota-kota besar lainnya sudah memberikan pilihan kepada Ali, kendati ada juga beberapa kalangan, kebanykan dari bani umayyah yang tidak mau membai’at ali, dan sebagian dari mereka ada yang pergi ke suria.[7]
Sepeninggal Usman bin Affan dalam kondisi kacau, kaum muslimin meminta Ali bin Abi Thalib untuk menjadi khalifah. Akan tetapi muawiyah menolak usulan tersebut, karena keluarga besar khalifah usman bin affan (muawiyah bin abi sofyan) menuntut pembunuh khalifah usman bin affan ditangkap terlebih dahulu.
Sedangkan pihak ali berpendapat bahwa masalah kepemimpinan sebaiknya diselesaikan terlebih dahulu, setelah itu barulah pembunuh khalifah Usman bin affan dicari bersama-sama. Perbedaan pendapat tersebut menjadi awal pecahnya persatuan kaum muslimin saat itu. Akhirnya Ali bin abi thalib tetap diangkat sebagai khalifah.
Prestasi-prestasi khalifah ali bin abi thalib adalah sebagai berikut[8]:
a.    Memajukan dalam bidang ilmu bahasa
Pemerintahan wilaya islam pada  masa khalifah ali bin abi thalib sudah mencapai india. Akan tetapi pada saat itu, penulisan huruf ijayyah belum dilengkapi dengan tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhammad dan syaddah, sehingga menyebabkan banyaknya kesalahan-kesalahan bacaan teks Al-qur’an dan hadits di daerah-daerah yang jauh dari jazirah Arab.
Untuk menghindari kesalahan fatal dalam membaca Al-qur’an dan hadits, khalifah ali bin abi thalib memerintahkan abu aswad ad-duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tata bahasa Arab.
b.    Membenahi keuangan negara (baitul mal)
Harta pejabat yang diperolehnya dengan cara yang tidak benar disita oleh khalifah ali bin abi thalib. Harta tersebut kemudian disimpan di baitul mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
c.    Mengganti pejabat yang kurang cakap
Para pejabat yang kurang cakap dalam bekerja, semuanya diperbaiki dan diganti oleh khalifah ali bin abi thalib. Akan tetapi, pejabat-pejabat tersebut banyak yang dari keluarga khalifah usman bin affan (bani umayyah). Akibatnya makin banyak kalangan bani umayyah yang tidak menyukai khalifah ali bin abi thalib.
d.    Bidang pembangunan
Pembangunan kota Kuffah telah menjadi perhatian khusus bagi khalifah ali bin abi thalib. Pada awalnya, kota Kuffah disiapkan untuk pusat pertahanan oleh Mu’awiyah bin abi Sofyan. Akan tetapi kota Kuffah kemudian berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu nahwu, dan ilmu pengetaahuan lainnya. Perselisihan antar pendukung khalifah ali bin abi thalib  dan Mu’awiyah bin abu Sofyan mengalami berakhirnya pemerintahan islam di bawah khulafaurrasyidin. Para ahli sejarah menyatakan bahwa pemerintah islam yang paling mendekati masa pemerintahan rasulullah saw.




C.  Ibrah Kepemimpinan Khulafaurrasyidin
Di dalam buku yang ditulis oleh H.Darsono dan T.Ibrahim, dijelaskan bahwa ibrah kepemimpinan dari khulafaurrasyidin adalah dengan meneladani prestasi-prestasi yang dicapai oleh khulafaurrasyidin.
Khalifah Abu Bakar as Siddiq merupakan salah satu sosok pemimpin yang tegas dan teguh memegang kebenaran. Khalifah Abu Bakar as Siddiq segera memberantas suatu gerakan yang dinilai menyalahi Islam, tanpa memberi kesempatan gerakan tersebut berkembang.
Khalifah Umar bin Khattab merupakan salah satu pemimpin yang meletakkan dasar-dasar demokrasi dalam Islam. Beliau benar-benar memperhatikan dan mengutamakan kepentingan rakyat. Dalam pemerintaan beliau memilih pejabat yang benar-benar dapat dipercaya. Khalifah Umar bin Khattab juga selalu membuka diri untuk menerima suara langsung dari rakyatnya.
Khalifah Usman bin Affan merupakan salah satu pemimpin yang lemah lembut dan sangat memperhatiikan kepentingan rakyatnya. Beliau lebih suka mengadakan pendekatan persuasif jikan terjadi gejolak.
Adapun khalifah Ali bin Abi Thalib adalah seorang pemimpin yang disiplin, tegas, dan keras dalam membela kebenaran. Dalam kondisi tertentu, khalifah Ali bin Abi Thallib lebih mengutamakan kebenaran yang diyakini dari pada persatuan. Khalifah Ali bin Abi Thalib juga sangat menjunjung tinggi keputusan yang sudah menjadi kesepakatan mayoritas.[9]

D.  Gaya Kepemimpinan Khulafaurrasyidin
Di dalam buku paket yang ditulis oleh H.Darsono dan T.Ibrahim, dijelaskan juga gaya kepemimpinan khulafaurrasyidin yang terdiri atas empat sahabat Nabi Muhammad SAW. mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Khalifah Abu Bakar As Siddiq mempunyai karakter lembut dan tegas. Dalam suasana negara yang kacau, pemimpinan yang berkarakter seperti khalifah Abu Bakar As Siddiq sangat diperlukan. Dengan kelembutannya, khalifah Abu Bakar As Siddiq dapat menginsyafkan orang-orang yang terbujuk berbuat makar. Sementara itu, orang-orang yang bersikap merongrong dihadapai secara tegas oleh khalifah Abu Bakar As Siddiq.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, situasi negara lebih aman. Dalam kondisi itu, perlu pemimpin yang mempunyai karakter seperti Umar bin Khattab, yaitu cerdas, tegas, dan mengutamakan kepentingan rakyat. Kecerdasan Umar bin Khattab sangat diperlukan untuk membangun dasar-dasar kemasyarakatan yang Islami.
Situasi negara pada masa khalifah Usman bin Affan benar-benar sudah aman. Kemakmuran sudah tercapai di segenap lapisan masyarakat. Dalam kondisi seperti itu, karakter pemimpin yang saleh, penyantun, dan sabar sangat diperlukan. Dengan karakter seperti khalifah Usman bin Affan tersebut, kemakmuran rakyat dapat tercapai, baik jasmani maupun rohani.
Pada masa peralihan kekuasaan dari khalifah Usman bin Affan kepada khalifah Ali bin Abi Thalib, kekacauan kembali terjadi. Dalam kondisi negara seperti itu, karakter pemimpin yang tegas dan mengutamakan kebenaran sangat diperlukan. Khalifah Ali bin Abi Thalib mempunyai karakter yang tepat. Ketegasan khalifah Ali bin Thalib dalam membela kebenaran mirip dengan khalifah Umar bin khattab[10].



BAB III
TELAAH
A.  TELAAH SUBSTANSI (ISI)
1.     Biografi Khulafaurrasyidin
Pada bab pembahasan atau pada buku modul “Sejarah Kebudayaan Islam untuk Mts” tidak dijelaskan nasab khulafaurrasyidin yang terdiri empat sahabat utama Nabi Muhammad saw. pada penjelasan ini kami akan menjelaskan biografi singkat khulafaurrasyidin yang telah kami kutib dari buku “Perjalanan hidup empat khalifah rasul yang agung” yang ditulis oleh Al-Hafiz Ibnu Katsir, sebagaimana berikut ini:
a.    Abu Bakar As Siddiq
1)    Nasab
Nama Abu Bakar As Siddiq sebenarnya adalah Abdullah bin Ustman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta’im bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Quraisy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya, Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai.
Dan ibunya adalah Ummu al-Khair, salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah bani Taim.
2)   Ciri Fisik dan karakter akhlak Abu Bakar
Abu bakar adalah seorang yang bertubuh kurus dan berkulit putih. Aisyah ra. Menerangkan ciri fisik bapaknya dengan mengatakan, “beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang (sehingga kainnya selalu melorot dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar, memiliki urat tangan yang tampak menonjol, dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai daun pacar (hinai) maupun daun pohon al-katm” begitulah karakter fisik beliau.
Sedangkan karakter akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, murah hati, penyabar, memiliki azzimah (keinginan yang kuat) faqih, paling mengerti dengan garis keturunan (nasab) Arab dan berita-berita tentang mereka, sangat bertawakal kepada Allah dan yakin akan swgala janjiNya, bersifat wara’ dan jauh dari segala subhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapakan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah. Begitulah karakter akhlaq Abu Bakar.[11]
b.    Umar bin Khattab
1)    Nasab
Beliau adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Adi bin Abdul Uzza bin riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ai, Abu Hafs al-Adawi.
Adapun ibunya bernama Hantamah binti Hisyam bin al-Mughirah, kakak dari Abu Jahal bin Hisyam.
2)   Ciri-ciri fisik dan karakter akhlaq Umar
Beliau adalah seorang lelaki yang tinggi, kepala bagian depannya botak, mampu bekerja dengan dua tangannya (secara seimbang), kedua matanya hitam, berkulit kuning, ada yang mengatakan berkulit putih hingga menjadi kemerah-merahan. Giginya putih bersih mengkilat, selalu mewarnai janggutnya dan merapikan rambutnya dengan menggunakan inai (pacar)
Beliau adalah orang yang sangat tawaddu kepada Alla, kehidupan dan makannya sangat sederhana. Beliau terkenal sangat tegas dalam urusan agama Allah, selalu menambal bajunya dengan kulit, membawa ember diatas kedua pundaknya, tetapi bersama itu semua, beliau memiliki wibawa yang sangat besar, selalu mengendarai keledai tanpa pelana, jarang tertawa dan tidak pernah begurau dengan siapa pun. Cincinnya bertuliskan sebuah peringatan  “cukuplah kematian menjadi peringatan bagimu hai umar”
c.    Usman bin Affan
1)    Nasab
Beliau adalah Usman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayah bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf bin Qusai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadr bin Kananah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan.
Ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Hubaib bin Abdusy Syams dan neneknya bernama Ummu Hakim al-Baidha binti Abdul Muththalib, bibi Rasulullah dari pihak bapak.
2)   Ciri fisik dan karakter akhlaq Usman bin Affan
Beliau adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai jenggot yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendian yang besar, berbahu bidang, berambut lebat, bentuk mulutnya bagus, kulitnya berwarna sawo matang. Dikatakan bahwa pada wajah beliau terdapat bekas cacar.
Beliau memiliki akhlaq yang mulia, sangat pemalu, dermawan dan terhormat. Beliau mengutamakan keluarga dan kerabatnya di jalan Allah, sebagai suatu bentuk menjinakan hati mereka dengan harta benda dunia yang fana, dengan harapan hal itu dapat mendorong mereka untuk mendahulukan yang abadi, sebagaimana yang dilakukan Rasululallah SAW. dimana beliau terkadang memberikan harta kepada suatu kaum dan tidak memberikan kaum yang lain karena khawatir mereka akan dimasukan oleh Allah ke dalam neraka. Sebagian kaum memprotes beliau karena perlakuan tersebut seagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Khawarij terhadap Rasulullah saw atas pembagian harta rampasan perang Hunain.
d.    Ali bin Thalib
1)    Nasab
Nama lengkap beliau adalah, Ali bin Abi Thalib bin Abdi Manaf bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah Abu al-Hasan dan Husain.
Ibu beliau bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai.
2)   Ciri Fisik dan karakter akhlaq Ali bin Abi Thalib
Beliau memiliki kulit berwarna sawo matang, bola mata beliau besar dan berwarna kemerah-merahan, berperut besar dan berkepala botak. Berperawakan pendek dan berjanggut lebat. Dada dan kedua pundak beliau padat dan putih, beliau memiliki bulu dada dan bahu yang lebat, berwajah tampan dan memiliki gigi yang bagus, ringan langkah saat berjalan.
Mengenai akhlaq Ali bin Abi Thalib, dijelaskan dalam buku “Ali bin Abi Thalib sampai kepada Hasan dan Husain” yang ditulis oleh Ali Audah. Bahwa, hidup beliau sangat rendah hati, ia tak pernah merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain, atau memperlakukan orang sebagai bawahannya. Ia juga mengerjakan pekerjaan rumah bersama istrinya. Ia tidak pernah tinggal diam jika ada orang bekerja untuk kepentingan umum, dan sebagai pemuda terlihat ia sangat menghormati para sahabat yang lebih tua[12].

2.    Masa Pemerintahan Khulafaurrasyidin
Pada buku modul Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah yang ditulis oleh Ali Mahfudz tidak dijelaskan masa pemerintahan khulafaurrastidin. Dalam buku yang ditulis oleh Al-Hafizh Ibnu Katsir yang berjudul Perjalanan Empat Khalifah Rasul yang Agung di jelaskan sebagai berikut ini[13]:
a.    Abu Bakar As Siddiq
Masa kekhalifahan abu bakar berlangsung selama 2 tahun 3 bulan yaitu dari 11-13 H / 632-634 M. Beliau wafat pada usia 63 tahun, persis dengan usia nabi muhammad saw. Akhirnya allah mengumpulkan jasad mereka dalam satu tanah, sebagai mana Allah mengumpulkan mereka dalam kehidupan.
b.    Umar bin Khattab
Al- Waqidi ra. Berkata, aku diberitahukan oleh abu bakar bin ismail bin muhammad bin sa’ad dari ayahnya, dia berkata, umar ditikam pada rabu 25 dzulhijjah 23 H.
Masa kepemimpinannya selama 10 tahun 5 bulan 21 malam yaitu 13-24 H / 634-644 H, sedangkan pelantikan utsman terjadi pada hari senin pada tanggal 3 muharram. Ketika aku sebutkan hal ini pada utsman bin akhnas, dia berkata ‘engkau keliru’. Umar wafat 25 dzulhijjah dan utsman dilantik pada malam terakhir dari bulan Dzulhijjah. Dengan demikian, ia memulai kekhalifahannya pada awal Muharram 24 H.
Abu Ma’syar berkata, ”Umar terbunuh pada tanggal 25 bulan Dzulhijjah tepat dipenghujung tahun 23 H. Masa kekhalifahannya adalah 10 tahun 6 bulan 4 hari. Setelah itu Utsman dibai’at menjadi khalifah.
Ibnu Jarrir berkata, “aku diberitahu oleh Hisyam bin Muhammad dia berkata, ‘Umar terbunuh pada tiga hari tersisa dari bulan Dzulhijjah dam masa kekhalifahannya adalah 10 tahun 6 bulan 4 hari.  
c.    Ustman bin Affan
Masa khalifah Utsman bin Affan adalah 12 tahun kurang 12 hari (11tahun 11 bulan dan 17 hari) yaitu 24-36 H / 644 – 656 M. Beliau dibai’at pada awal bulan Muharram 24 H dan terbunuh pada tanggal 18 Dzulhijjah 35 H. Usia beliau telah mencapai lebih dari 80 tahun. Shalih bin Kaisan berkata, “beliau wafat pada usia 80 tahun beberapa bulan.” Ada pula yang berkata, “84 tahun.” Qatadah berkata, “beliau meninggal pada usia 88 tahun, atau 90 tahun.” 
d.    Ali bin Abi Thalib
Masa kekhalifahan Ali 5 tahun kurang 3 tahun. Ada yang mengatakan 4 tahun 9 bulan 3 hari. Ada yang mengatakan 4 tahun 8 bulan 23 hari, semoga Allah meridhai beliau.
Khalifah Ali terbunuh pada malam jum’at waktu sahur pada tanggal 17 ramadhan 40 H. Ada yang mengatakan pada bulan Rabi’ul Awwal. Namun pendapat pertama lebih sahih dan populer.
Ali ditikam pada Jum’at 17 Ramadhan 40 H, tanpa ada perselisihan. Ada yang mengatakan beliau wafat pada hari beliau ditikam, ada yang mengatakan pada ahad 19 Ramadhan.
Al-Fallas berkata, “ada yang mengatakan, beliau ditikam pada malam 21 Ramadhan, dan wafat pada malam 24 dalam usia 58 atau 59 tahun.
Ada yang mengatakan, wafat dalam usia 63 tahun. Itulah pendapat yang masyhur, demikian dituturkan oleh Muhammad bin hanafiyyah, abu Ja’far al-Baqir, abu Ishaq as-Sabi’i dan abu Bakar bin Ayyasy. Sebagian ulama lain mengatakan, wafat dalam usia 63 atau 64 tahun. Diriwayatkan dari abu ja’far al-Baqir, “Wafat dalam Usia 65 tahun.”



B.  Telaah Formatif
1.     Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK/KD)
Standar Kompetensi (SK) : 1. Memahami sejarah perkembangan Islam pada Masa     Khulafaurrasyidin.
Kompetensi Dasar (KD)   : 1. 1. Menceritaan berbagai prestasi yang dicapai oleh khulafaurrasidin.
1. 2. Mengambil Ibrah dari prestasi-prestasi yang   dicapai oleh Khulafaurrasidin.
                                            1.   3.  Meneladani gaya kepemimpinan Khulafaurrasidin
Dari analisi kami mengenai Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dengan mataeri yang ada pada buku modul Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah, materinya telah sesuai dengan SK dan KD yang telah ada.
2.    Metode
Menurut kami metode yang pas untuk materi khulafaurrasyidin ini adalah metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi.

3.    Bahasa
Adapun bahasa yang digunakan dalam buku modul Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah kelas VII sudah baik dan mudah dipahami.

4.    Media
Menurut kami media yang cocok untuk menjelaskan materi khulafaur-rasyidin ini adalah slide yang ditampilkan dengan LCD, film dan gambar yang berkaitan dengan khulafaurrasridin.

5.    Alokasi waktu
Menurut kami untuk menjelaskan materi tentang khulafaurrasyidin agar hasilnya maksimal memerlukan 2 kali pertemuan atau 4x40 menit. Karna jika hanya dibahas 2x40 menit (1 kali pertemuan) dikhawatirkan siswa tidak dapat memahami secara baik materinya.

6.    Evaluasi
Untuk soal-soal yang ada pada buku modul Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah kelas VII, sudah sesuai artinya bisa digunakan untuk mengevaluasi hasil pembelajaran peserta didik.




BAB IV
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Pada masa kepemimpinan khalifah Abu Bakar As-Siddiq melakukan beberapa usaha dan mencapai prestasi sebagai berikut :
1.     Memerangi kaum murtad
2.    Menyusun Kitab (Kodifikasi Al-Qur’an)
3.    Perluasan wilayah Islam
Beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh Umar bin Khattab saat menjadi khalifah adalah:
1.     Perluasan wilayah
2.    Menata administrasi dan keuangan pemerintah
3.    Penetapan kalender Hijriah
Selama Usman bin Affan memegang kekuasaan banyak prestasi-prestasi yang berhasil yang diraihnya, antara lain:
1.     Renovasi Masjid Nabawi
2.    Membuat angkatan laut
3.    Kodifkasi mushaf Al-Qur’an
4.    Perluasan wilayah
Prestasi-prestasi khalifah ali bin abi thalib adalah sebagai berikut:
1.     Memajukan dalam bidang ilmu bahasa
2.    Membenahi keuangan negara (baitul mal)
3.    Mengganti pejabat yang kurang cakap
4.    Bidang pembangunan

B.  Saran
Kami menyadari makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar menjadi masukan dan perbaikan bagi penulis sehingga kedepannya makalah ini menjadi lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA
Ali Mahfudz. 2013. Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah. Surakarta: Udo Brother.
Muhammad Husain Haekal. 2012. Usman bin affan Sampai Kepada Hasan dan Husen. Cet ke-10. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.
Ali Audah. 2008. Ali bin Abi Thalib Sampai kepada Hasan dan Husen. Cet  ke-6. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.
Darsono dan Ibrahim. 2013. Tongggak Sejarah Kebudayaan Islam 1 untuk kelas VII Madrasah Tsanawiyah. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Ibnu Katsir. 2002. Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung. jakarta: Darul Haq.




[1] Ali Mahfudz, “Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah” (Surakarta: Udo Brother, 2013) hlm. 6-7
[2] Ali Mahfudz, “Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah” (Surakarta: Udo Brother, 2013) hlm. 7
[3] Ibid, . . Hlm.7-10
[4] Ali Mahfudz, “Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah” (Surakarta: Udo Brother, 2013) hlm. 14-16
[5] Muhammad Husain Haekal, Usman bin affan Sampai Kepada Hasan dan Husen. Cet ke-10. (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2012) Hlm. 3.
[6] Ali Mahfudz, “Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah” (Surakarta: Udo Brother, 2013) hlm. 16-18
[7]Ali Audah, Ali bin Abi Thalib Sampai kepada Hasan dan Husen. Cet  ke-6. (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2008) Hlm. 187.
[8] Ali Mahfudz, “Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah” (Surakarta: Udo Brother, 2013) hlm. 22-23
[9] Darsono dan Ibrahim, “Tongggak Sejarah Kebudayaan Islam 1 untuk kelas VII Madrasah Tsanawiyah” (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2013) Hlm. 69-70
[10] Darsono dan Ibrahim, “Tongggak Sejarah Kebudayaan Islam 1 untuk kelas VII Madrasah Tsanawiyah” (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2013) Hlm. 70-71
[11] Ibnu Katsir, “Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung”, (Jakarta: Darul Haq, 2002), Hlm. 5-6
[12] Ali Audah, Ali bin Abi Thalib Sampai kepada Hasan dan Husen. Cet  ke-6. (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2008) Hlm. 34
[13] Ibnu Katsir, “Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung”, (Jakarta: Darul Haq, 2002), Hlm. 26, 232, 435, dan 575.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah tentang: BAIK DAN BURUK

LANDASAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI DALAM PENDIDIKAN

Makalah tentang Rabi'ah al-Adawiyah