PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
Kepada seluruh pembaca yang budiman, mohon ma'af apabila dalam artikel ini terdapar kesalahan, juga diharapkan kepada para pembaca sekalian harap teliti terlebih dahulu sebelum menjadikan artikel ini sebagai referensi sehingga meminimalisir kesalahan di lain hari.
Jika ada kritik dan saran silahkan sampaikan dengan baik pada kolom komentar di bagian bawah artikel ini.
Saya ucapkan terimakasih atas kunjungannya.
Terakhir saya ingin mengutip kata dari Syaidina Ali bin Abi Thalib yang artinya "Lihatlah apa yang dikatakan dan jangan pernah melihat siapa yang mengatakan"
Wassalam.
Dan untuk mendapat file makalah ini dalam bentuk .doc silakan download di bawah ini:
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latarbelakang Penulisan
Psikologi yang dalam Istilah lama disebut ilmu jiwa itu
berasal dari kata bahasa Inggris Psychologi.
Kata Psychology merupakan dua
akar kata yang bersumber dari bahasa Greece
(Yunani), yaitu: 1) psyche yang
berarti jiwa; 2) logos yang berarti
ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa.[1]
Pada dasarnya, para ahli sepakat mengambil kesimpulan
bahwa psikologi perkembangan adalah sebuah studi yang mempelajari secara
sistematis perkembangan perilaku manusia secara ontogeni, yaitu mempelajari
struktur jasmani, perilaku, maupun fungsi mental manusia sepanjang rentang
hidupnya (life span) dari masa konsepsi hingga menjelang akhir hayat. [2]
Banyak hal yang dibahas dalam psikologi seperti:
perkembangan kepribadian, persepsi, motivasi, emosi, belajar, ingatan,
berfikir, dan lain-lain.
Namun dalam makalah ini kami tidak akan membahas semua
hal diatas. Kami hanya akan membahas tentang perkembangan anak pra-sekolah dan
sekolah dasar serta implikasinya dalam pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkembangan
anak ?
2. Bagaimana tahap pertumbuhan
anak ?
3. Bagaimana perkembangan anak
masa pra-sekolah ?
4. Bagaimana pekembangan anak
masa sekolah dasar ?
5. Bagaimana implikasi
perkembangan anak masa pra-sekolah dan masa sekolah dasar dalam pendidikan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian
perkembangan anak.
2. Untuk menjelaskan tahap
pertumbuhan anak ?
3. Untuk menjelaskan
perkembangan anak masa pra-sekolah ?
4. Untuk menjelaskan
pekembangan anak masa sekolah dasar ?
5. Untuk menjelaskan implikasi
perkembangan anak masa pra-sekolah dan masa sekolah dasar dalam pendidikan ?
D. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam
makalah ini adalah metode library research. Yang mana penulis
menggunakan buku-buku dari perpustakaan sebagai bahan referensi dimana penulis
mencari literatur yang sesuai dengan materi yang di kupas dalam makalah ini dan
penulis menyimpulkan dalam bentuk makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan Anak
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini
tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan
pada segi material, melainkan pada segi fungsional.
Menurut Yusuf Syamsu (2001: 15), perkembangan adalah
perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat
kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara
sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah)
maupun psikis (rohaniah).
Adapun menurut Oemar Hamalik (2004: 84), perkembangan
merujuk kepada perubahan yang progresif dalam organisme bukan saja perubahan
dalam segi fisik (jasmaniah) melainkan juga dalam segi fungsi, misalnya
kekuatan dan koordinasi.
Dengan demikian, kita dapat mengartikan bahwa
perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif daripada
fungsi-fungsi. Dikatakan sebagai perubahan fungsi-fungsi ini, karena perubahan
ini disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya
fungsi itu, dan di samping itu disebabkan oleh perubahan-perubahan tingkah
laku. Dari sini kita dapat merumuskan pengertian perkembangan pribadi, yaitu
suatu perubahan kualitatif dari setiap fungsi kepribadian akibat dari
pertumbuhan dan belajar.
Psikologi perkembangan adalah teori yang mempelajari
perkembangan manusia dari lahir sampai dewasa atau tua. Psikologi perkembangan
berarti juga upaya mengamati segala perubahan yang terjadi secara sistematis
dalam diri seseorang, mulai dari konsepsi (pertemuan sel telur dengan sperma)
sampai kematian.
Adapun psikologi perkembangan anak (early childhood
development), hanya mempelajari perkembangan manusia sejak lahir hingga usia
enam atau delapan tahun.
Berdasarkan hasil penelitian di bidang neurologi terbukti
bahwa 50% kapasitas kecerdasan anak terbentuk pada kurun waktu empat tahun
pertama sejak kelahirannya. Pada saat anak mencapai usia delapan tahun, maka
perkembangan otak anak telah mencapai 80% perkembangan otak berada pada rentang
usia tersebut.
Pada saat anak dilahirkan ia sudah dibekali Tuhan dengan
struktur otak yang lengkap, namun baru mencapai kematangannya pada saat setelah
di luar kandungan. Bayi yang baru dilahirkan memiliki 100 miliar neuron dan
bertriliun-triliun sambungan antarneuron. Melalui persaingan alami akhirnya
sambungan-sambungan yang tidak atau jarang digunakan akan mengalami atrofi.
Pemantapan sambungan terjadi apabila neuron mendapatkan informasi yang mampu
menghasilkan letupan-letupan listrik. Letupan ini merangsang bertambahnya
produksi myelin yang dihasilkan oleh zat perekat Semakin banyaknya zat myelin
yang diproduksi maka semakin banyak dendrite yang tumbuh, sehingga akan semakin
banyak synapse yang berarti lebih banyak neuron-neuron yang menyatu membentuk
unit-unit.
Kualitas kemampuan otak dalam menyerap dan mengolah
informasi tergantung dari banyaknya neuron yang membentuk unit-unit. Otak
manusia bersifat hologram yang dapat mencatat, menyerap, menyimpan,
memproduksi, dan merekonstruksi informasi. Kemampuan otak yang dipengaruhi oleh
kegiatan neuron ini tidak bersifat spontan, tetapi dipengaruhi oleh mutu dan
frekuensi stimulasi yang diterima indra. Stimulasi pada tahun-tahun pertama
kehidupan anak sangat memengaruhi struktur fisik otak anak, dan hal ini sulit
diperbaiki pada masa-masa kehidupan selanjutnya. Implikasinya adalah bahwa anak
yang tidak mendapatkan stimulasi psikososial seperti jarang disentuh atau
jarang diajak bermain akan mengalami berbagai penyimpangan perilaku.
Penyimpangan ini dalam bentuk hilangnya citra diri yang berakibat pada rendah
diri, sangat penakut, dan tidak mandiri, atau sebaliknya terlalu agresif.
Stimulasi psikososial untuk merangsang pertumbuhan anak
tidak akan memberi arti bagi masa depan anak jika derajat kesehatan dan gizi
anak tidak menguntungkan. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara
pengasuhan dan pemberian makan serta stimulasi anak pada usia dini yang sering
disebut critical period ini. Gizi vang tidak seimbang maupun gizi buruk serta
derajat kesehatan anak vang rendah akan menghambat pertumbuhan otak, dan pada
gilirannya akan menurunkan kemampuan otak dalam mencatat, menyerap,
memproduksi, dan merekonstruksi informasi.
Di samping itu, rendahnya derajat kesehatan dan gizi anak
akan menghambat pertumbuhan fisik dan motorik anak yang juga berlangsung sangat
cepat pada tahun-tahun pertama kehidupan anak. Gangguan yang terjadi pada
pertumbuhan fisik dan motorik anak, sulit diperbaiki pada periode berikutnya,
dan jika kondisi ini terus berlanjut, dapat mengakibatkan cacat permanen.
Konsep di atas menuntut adanya pengintegrasian aspek
psikososial dan pendidikan, gizi dan kesehatan dalam proses tumbuh kembang
anak, atau dengan kata lain anak mendapatkan layanan dasar secara holistis.
Dalam perkembangan anak, pada saat-saat tertentu dapat terjadi kemandekan
tugas-tugas perkembangan (discontinuity), misalnya karena sakit, namun setelah
masa ini berlalu ada tugas perkembangan vang bisa dikejar dan ada pula yang
tidak dapat dikejar sama sekali.[3]
B. Tahap Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan yang dimaksud tidak hanya pada bagian luar
tubuh saja tetapi juga pada organ dalam tubuh, termasuk otak, jantung, dan
hati. Tahap pertumbuhan sejak konsepsi sampai usia 18 tahun secara singkat
dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Masa pralahir atau masa
konsepsi, yaitu masa mudghah, yaitu
sejak pembuahan hingga kehamilan delapan minggu. Secara genetis pertumbuhan
manusia diawali dari bertemunya sperma dan sel telur. Pada masa ini juga
mengalami pertumbuhan yang cepat dalam pembentukan janin hingga menjadi bayi
yang ada dalam kandungan ibu, pada masa kehamilan.
2. Masa bayi, yaitu masa sejak lahir sampai usia satu tahun. Pada masa
ini pertumbuhan bayi sangat cepat dan signifikan. Setiap hari bentuk dan ukuran
bayi dapat dilihat pertumbuhannya secara fisik, panjangnya, berat, dan tinggi
badannya.
3. Masa balita, yaitu mulai usia 1-3 tahun.
4. Masa prasekolah, yaitu anak berusia 4-5 tahun.
5. Masa sekolah dasar, yaitu anak berusia 6-12 tahun.
6. Masa remaja, yaitu masa pada saat anak berusia 12-18 tahun.
Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak ditentukan oleh
faktor-faktor bawaan dan lingkungan serta interaksi kedua faktor ini. Dalam
prosesnya kedua faktor ini saling berinteraksi dengan faktor psikologis manusia
sehingga terbentuklah manusia seperti apa yang kita lihat. Pertama, faktor
genetik atau bawaan merupakan potensi dasar yang dibawa oleh manusia, dan
kedua, faktor lingkungan memberikan kesempatan faktor genetik tersebut
berkembang secara optimal.
Stimulasi yang diberikan akan berpengaruh secara optimal
pada anak jika diberikan tepat pada saat munculnya masa peka pada anak dan
sesuai dengan kondisi anak dalam semua aspek tumbuh kembang.[4]
C. Perkembangan Anak Pra-sekolah
(Usia 4-5 Tahun)
Perkembangan merupakan proses yang teratur yang berkaitan
dengan reorganisasi perilaku dan perubahan kualitatif pada diri seseorang.
Perkembangan anak usia dini merupakan bagian dari perkembangan manusia secara
keseluruhan. Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik motorik,
kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Perkembangan anak diperoleh melalui
kematangan dan belajar. Perkembangan karena faktor belajar dapat terjadi dalam
berbagai situasi lingkungan di mana terjadi interaksi anak dengan manusia lain
dan lingkungan alam sekitar. Belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan
tingkah laku yang bersifat permanen sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungan. Memahami perkembangan anak, maka perlu memahami karakteristik
masing-masing perkembangan.
Banyak para ahli mengemukakan ciri-ciri anak usia dini,
di antaranya Snowman (1993) yang telah memaparkan ciri-ciri anak usia dini
antara usia 3-6 tahun, sebagai berikut[5]:
1. Ciri Fisik Anak Pra-Sekolah
Penampilan maupun gerak
gerik anak taman kanak-kanak mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam
tahapan sebelumnya Anak pra-sekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki
penguasaan (control) terhadap tubuhnya, sangat menyukai kegiatan yang dilakukan
sendiri. Otot-otot besar pada anak taman kanak-kanak lebih berkembang dari
kontrol jari dan tangan. Oleh karena itu, biasanya anak belum terampil dalam
kegiatan yang rumit seperti mengikat tak sepatu. Anak masih sering mengalami
kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada objek-objek yang kecil
ukurannya, itu sebabnya koordinasi tangan dan matanya masih kurang sempurna.
Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak
masih lunak. Oleh karena itu, hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan
teman-temannya. Orang tua atau guru harus senantiasa mengawasi dengan cermat
dan telaten.
2. Ciri sosial anak usia dini
Paten (1932), mengamati tingkah laku sosial anak usia
dini ketika mereka sedang bermain bebas sebagai berikut:
a. Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesung-guhnya. Ia mungkin
berdiri di sekitar anak lain dan memandang. temannya tanpa melakukan kegiatan
apa pun.
b. Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan
berbeda dengan apa yang dimainkan oleh teman yang ada di dekatnya. Mereka tidak
berusaha untuk saling bicara.
c. Tingkah laku onlooker. Anak menghabiskan waktu dengan mengamati. Kadang memberi
komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk
bermain bersama.
d. Bermain parallel. Anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak
sepenuhnya bermain bersama dengan anak yang lain. Mereka menggunakan alat
mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara yang tidak saling bergantung.
e. Bermain asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tetapi tanpa organisasi.
Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya
sendiri-sendiri.
f. Bermain kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi, ada
pimpinannya. Masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan
bersama, misalnya perang-perangan, sekolah-sekolahan, dan lain-lain. Sejalan
dengan perkembangan kognitif anak.
3. Ciri emosional anak usia
dini
Hurlock (1992: 116),
mengemukakan pola-pola emosi umum pada awal masa kanak-kanak sebagai berikut:
a. Amarah. Penyebab amarah yang
paling umum ialah pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan,
dan serangan yang hebat dari anak lain.
b. Takut. Pembiasaan, peniruan,
dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam
menimbulkan rasa takut seperti cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio, dan
televisi dengan film-film yang menakutkan.
c. Cemburu. Anak menjadi
cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orangtua beralih kepada orang
lain di dalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir.
d. Ingin tahu. Anak mempunyai
rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya, juga mengenai tubuhnya
sendiri dan tubuh orang lain.
e. Iri hati. Anak-anak sering
iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain.
f. Gembira. Anak-anak merasa
gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang tiba-tiba atau yang
tidak diharapkan, bencana yang ringan, membohongi orang lain, dan berhasil
melakukan tugas yang dianggap sulit.
g. Sedih. Anak-anak merasa
sedih karena kehilangan segala sesuatu yang dicintai atau yang dianggap penting
bagi dirinya, apakah itu orang, binatang, atau benda mati seperti mainan.
h. Kasih sayang. Anak-anak
belajar mencintai orang lain, binatang, atau benda yang menyenangkannya.
4. Ciri kognitif anak usia dini
ciri-ciri perkembangan sosial dan emosional anak usia 4-6
tahun menurut Steinberg dkk. (1995: 48) sebagai berikut:
a. Lebih menyukai bekerja
dengan dua atau tiga teman yang dipilih sendiri, bermain dalam kelompok dan
senang bekerja berpasang-pasangan.
b. Mulai mengikuti dan mematuhi
aturan serta berada pada tahap heteronomous morality. Artinya pada masa ini
anak sudah mampu menilai kebenaran atau kebaikan perilaku dengan
mempertimbangkan akibat-akibat dari perilaku.
c. Dapat membereskan alat
mainan.
d. Rasa ingin tahu yang besar,
mampu bicara dan bertanya apabila diberi kesempatan, dapat diajak diskusi.
e. Mulai dapat mengendalikan
emosi diri.
f. Mempunyai kemauan untuk
berdiri sendiri-sendiri.
D. Perkembangan Anak pada Masa
Sekolah Dasar (usia 6-12 tahun)
Sampai dengan Gestaltwandel pertama (Zeller, 1952;
Hetzer, 1961) sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas lebih
lamban berkembangnya daripada badan bagian bawah. Anggota-anggota badan masih
relatif pendek, kepala relatif besar, perutnya masih besar dan ada gigi susu.
Sesudah Gestaltwandel pertama bila anak sudah mencapai
bentuk anak sekolah maka ia akan lebih menyerupai bentuk orang dewasa daripada
misalnya anak umur 2 tahun. Bertambahnya berat badan sebagian besar merupakan
akibat bertambahnya jaringan urat daging. Dalam keseluruhannya maka keadaan
jasmani anak menjadi lebih stabil dan lebih kuat. Sebagai akibat bertambahnya
differensiasi dan myelinisasi (myeline = suatu zat seperti lemak dalam sungsum tulang
belakang dan urat syaraf) dalam susunan urat syaraf maka kecakapan-kecakapan
motorik bertambah banyak. Pada umur 5 tahun keseimbangan badan anak sudah
berkembang cukup baik, anak sudah pandai berjalan, dapat naik tangga, meloncat
dari tanah dengan kedua kakinya bersama-sama dan sering juga sudah dapat
bersepeda.
Sesudah Gestaltwandel pertama, jadi sesudah usia 6 tahun.
pertumbuhan badan menjadi agak lambat,
daripada waktu-waktu sebelumnya. Sampai umur 12 tahun anak bertambah panjang 5
sampai 6 cm tiap tahunnya. Sampai umur 10 tahun dapat dilihat bahwa anak
laki-laki agak lebih besar sedikit daripada anak wanita, sesudah itu maka
wanita lebih unggul dalam panjang badan, tetapi sesudah ±15 tahun anak
laki-laki mengejarnya dan tetap unggul daripada anak wanita.
Berat badan anak bertambah lebih banyak daripada panjang
badannya. Pada akhir periode ini diketemukan lebih banyak perbedaan individual
di antara anak-anak; sekarang nampak lebih banyak perbedaan fisik yang khas
daripada dulu.
Seperti telah diketemukan di muka maka pada permulaan
masa sekolah, jadi sekitar 6 tahun, kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada
dan panggul lebih besar. Dalam hal ini hampir tidak ada perbedaan-perbedaan
karena jenis seks. Pada umumnya ada relasi yang tetap dalam perkembangan tulang
dan jaringan. Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan dapat
diharapkan bahwa kemampuan seperti lari, meloncat dan melempar akan bertambah
dalam masa ini. Dari itu juga dapat nampak anak makin bertambah cepat larinya.
Juga mereka makin pandai meloncat dengan bertambahnya usia. Dalam hal ini
sekali lagi ada perbedaan pada masing-masing anak.
Pada umur 6 tahun keseimbangan badannya relatif
berkembang baik, anak makin dapat menjaga keseimbangan badannya (paling senang
berjalan di atas dinding, pagar dan sebagainya). Penguasaan badan seperti
membongkok, melakukan macam-macam latihan senam serta aktivitas olah raga
berkembang dalam masa anak sekolah. Juga berkembang koordinasi antara mata dan
tangan (visio-motorik) yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar dan
menangkap.
Kekuatan badan dan kekuatan tangan pada anak laki-laki
bertambah dengan pesat antara usia 6 dan 12 tahun. Dalam masa ini juga ada
perubahan dalam sifat dan frekuensi motorik kasar dan halus. Ternyata bahwa
kecakapan motorik ini makin disesuaikan dengan ’’keleluasaan” lingkungan.
Gerakan motorik sekarang makin tergantung daripada aturan formal dan aturan
yang telah ditentukan dan bersifat kurang spontan. Gerakan yang sangat banyak
dilakukan oleh anak makin berkurang pada akhir masa ini.
Hal yang perlu selalu dibicarakan adalah gejala bentuk
badan yang dianggap mempunyai hubungan yang langsung dengan beberapa sifat
kepribadian tertentu. Sheldon membuat pembagian ke dalam 3 macam tipe', yaitu
tipe endomorf (pendek dan gemuk), ektomorf (panjang dan kurus) dan mesomorf
(urat-urat daging kuat dengan proporsi yang baik). Verdonck (1972) berusaha
untuk membenarkan tipologi konstitusi tubuh Sheldon tersebut dengan penelitian
yang mendalam terhadap anak-anak yang ada dalam yayasan-yayasan.
Verdonck menemukan adanya hubungan antara tipe konstitusi
tubuh tadi dengan tingkah laku tertentu. Ia menunjukkan adanya hubungan sebab
akibat langsung antara bentuk tubuh dan tingkah laku tangan. Dia dapat
menunjukkan bahwa tipe-tipe tersebut mempunyai pre-disposisi untuk belajar
tingkah laku-tingkah laku tertentu. Jadi dapat disimpulkan di sini bahwa suatu
tipe tertentu tadi tidak langsung berhubungan dengan suatu tingkah laku,
melainkan mempunyai lebih banyak kemungkinan untuk mengembangkan beberapa
bentuk tingkah laku tertentu. Hal tersebut dianggap tidak hanya dapat terjadi
pada orang dewasa, melainkan sudah memegang peranan penting dalam masa
kanak-kanak.[6]
E. Implikasi dari Perkembangan
Anak pada Masa Pra-Sekolah dan pada Masa Sekolah Dasar dalam Pendidikan.
1. Implikasi perkembangan anak
masa pra-sekolah dalam pendidikan
Dari berbagai sumber yang didapat, penulis berkesimpulan
bahwa Implikasi perkembangan anak masa pra-sekolah dalam pendidikan di sini
lebih mengarah pada tugas-tugas perkembangan pada masa pra-sekolah. Yang mana
tugas-tugas tersebut adalah sebagai berikut[7]:
a. Belajar mengenal perbedaan
jenis kelamin. Melalui observasi (pengamatan) anak dapat melihat tingkah laku,
bentuk fisik dan pakaian yang berbeda antara jenis kelamin yang satu dengan
yang lainnya.
b. Mencapai kestabilan
jasmaniah fisiologis. Keadaan jasmani anak sangat labil apabila dibandingkan
dengan orang dewasa, anak cepat sekali merasakan perubahan suhu sehingga temperatur
badannya mudah berubah.
c. Membentuk konsep-konsep
(pengertian) sederhana kenyataan sosial, dan alam. Pada mulanya dunia ini bagi
anak merupakan suatu keadaan yang kompleks dan membingungkan. Lama kelamaan
anak dapat mengamati benda-benda atau orang-orang di sekitarnya.
d. Belajar mengadakan hubungan
emosional dengan orang tua. saudara, dan orang lain. Anak mengadakan hubungan
dengan orang-orang yang ada di sekitarnya menggunakan berbagai cara, yaitu
isyarat, menirukan dan menggunakan bahasa.
e. Belajar mengadakan hubungan
baik dan buruk, yang berartil mengembangkan kata hati. Anak kecil dikuasai oleh
hedonisme naif, dimana kenikmatan dianggapnya baik, sedangkan penderitaan
dianggapnya buruk (hedonisme adalah aliran yang menyatakan bahwa manusia dalam
hidupnya bertujuan mencari kenikmatan dan kebahagiaan).
2. Implikasi perkembangan anak
masa sekolah dalam pendidikan
Sejalan dengan
pemaparan di atas, di sini penulis juga berkesimpulan bahwa Implikasi
perkembangan anak masa sekolah dalam pendidikan di sini lebih mengarah pada
tugas-tugas perkembangan pada masa sekolah. Yang mana tugas-tugas tersebut
adalah sebagai berikut[8]:
a. Belajar memperoleh
keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
b. Belajar membentuk sikap yang
sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.
c. Belajar bergaul dengan
teman-teman sebaya.
d. Belajar memainkan peranan sesuai
dengan jenis kelaminnya.
e. Belajar keterampilan dasar
dalam membaca, menulis, dan berhitung.
f. Belajar mengembangkan konsep
sehari-hari.
g. Mengembangkan kata hati.
h. Belajar memperoleh kebebasan
yang bersifat pribadi.
i. Mengembangkan sikap yang
positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Perkembangan merupakan
perubahan yang bersifat kualitatif daripada fungsi-fungsi. Dikatakan sebagai
perubahan fungsi-fungsi ini, karena perubahan ini disebabkan oleh adanya proses
pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan di samping itu
disebabkan oleh perubahan-perubahan tingkah laku.
Tahap pertumbuhan sejak
konsepsi sampai usia 18 tahun secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut:
Masa pralahir atau masa konsepsi, masa bayi, masa balita, yaitu mulai usia 1-3
tahun, masa prasekolah, yaitu anak berusia 4-5 tahun, masa sekolah dasar, yaitu
anak berusia 6-12 tahun, dan masa remaja, yaitu masa pada saat anak berusia
12-18 tahun.
Perkembangan pada masa pra-sekolah
mencakup perkembangan fisik motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional.
- Saran
Makalah ini mungkin sangat
jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis selalu mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca sekalian, agar menjadi masukan dan perbaikan bagi penulis sehingga
kedepannya makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Susanto. Perkembangan Anak Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai Aspeknya)
Cetakan ke-2. Jakarta: Kencana. 2012
F.J.Monks.
A.M.P.Knoers. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam berbagai bagianya. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. 2001.
Hamdanah.
Psikologi Perkembangan. Malang:Setara Press. 2009
Syamsu
Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaha
Rosdakarya. 2011.
Yudrik Jahja. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. 2011.
[1]
Hamdanah, Psikologi
Perkembangan, (Malang:Setara Press, 2009), h.5
[2] Yudrik Jahja, Psikologi
Perkembangan, (Jakarta: Kencana,
2011), h.19
[3]
Ahmad Susanto, Perkembangan
Anak Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai Aspeknya) Cetakan ke-2, (Jakarta:
Kencana, 2012), h. 19-23
[4]
Ahmad Susanto, Perkembangan
Anak Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai Aspeknya) Cetakan ke-2, (Jakarta:
Kencana, 2012), h. 7
[5]
Ibid, . . h.147-153
[6]
F.J.Monks, A.M.P.Knoers, Psikologi
Perkembangan Pengantar dalam berbagai bagianya, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2001), h. 176-178
[7] Syamsu Yusuf, Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaha Rosdakarya,2011), h.
66-69
[8]
Syamsu Yusuf, Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaha Rosdakarya,2011), h. 69-72
Komentar
Posting Komentar