Pendidikan Remaja
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Perkembangan hidup
keberagamaan seorang berkembang sejalan dengan berkembangnya fungsi-fungsi
kejiwaannya yang bersifat total yakni berkembang melamui pengamatan, pikiran,
perasaan, kemauan, ingatan, dan nafsu. Perkembangan tersebut dapat cepat atau
lambat bergantung pada sejauh mana faktor-faktor pendidikan dapat difungsikan
dan digunakan sebaik mungkin.
Salah satu pembahasan
dalam Ilmu Pendidikan Islam adalah pendidikan pada masa remaja atau yang lebih
dikenal dengan istilah Pereodesasi Pendidikan Islam pada Masa Remaja. Dalam
makalah ini kami akan mencoba menjelaskan beberapa hal yang bekenaan dengan hal
tersebut yaitu: pengertian masa remaja, ciri-ciri remaja, perkembangan jiwa dan
rasa beragama pada remaja, motivasi remaja dalam beragama, sikap dan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan pada remaja, dan pendidikan
remaja.
B.
Rumusan
masalah
1. Apakah
pengertian masa remaja ?
2. Apa
sajakah ciri-ciri masa remaja itu?
3. Bagaimanakah
perkembangan jiwa dan rasa beragama pada remaja?
4. Apa
sajakah yang memotivasi remaja untuk beragama?
5. Sikap
dan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keberagamaan pada remaja?
6. Pendidikan
seperti apakah dalam mendidik remaja?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Masa Remaja
Remaja
menurut pandangan Piaget mengatakan bahwa :
Secara
psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang tua melainkan berada dalam tingkata yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa)
mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
Termasuk perubahan yang mencolok. Tranformasi intelektual yang khas dari cara
berfikir dari remaja ini untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang
dewasa, yang kenyataanya merupakan ciri yang umum dari periode perkembangan
ini.
Pendapat
senada juga dikemukakan Zakiah Daradjat antara lain bahwa masa remaja adalah
masa peralihan diantara masa anak-anak mengalami pertumbuhan cepat di segala
bidang. Mereka bukan anak-anak, baik bentuk badan, sikap, cara berfikir dan
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.34 Masa ini mulai
kira-kira umur 21 tahun.
Sementara
itu, WHO mendenfikasikan remaja sebagai berikut: pertama, individu berkembang
dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia
mencapai kematangan seksualnya; kedua, individu mengalami perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa; dan ketiga,
terjadilah peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relartif lebih mandiri. [1]
Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-imu lain yang terkait (seperti
biologi dan ilmu faal) remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik di
mana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangan secara anatomois berarti
alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya
yang sempurna dan secara faali alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi
secara sempurna juga.
Jika menentukan titik awal dari masa remaja sudah cukup sulit,
menentukan titik akhirnya lebih sulit lagi, karena “remaja” dalam arti yang
luas jauh lebih besar jangkauannya daripada masa puber itu sendiri. Remaja
dalam arti adolescence (inggris) berasal dari kata lain adolescence yang
artinya tumbuh ke arah kematangan.
Mendifinisikan remaja untuk masyarakat Indonesia sama sulitnya
dengan menetapkan definisi remaja secara umum. Masalahnya adalah karena
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat dan tingkatan sosial-ekonomi
maupan pendidikan.[2]
B.
Ciri-Ciri Masa Remaja
Seperti halnya
dengan periode yang penting dalam rentang kehidupan, masa remaja mempunyai
ciri-ciri tertentu yang membedakanya dengan periode sebelim dan sesudahnya.
Para ahli pendidikan dan psikologi banyak memberikan ganbaran tentang ciri-ciri
masa remaja tersebut. Para ahli berpendapat bahwa ada sejumlah ciri remaja yang
diidentifikasi dalam kehidupannya.
Menurut
Elizabet B. Hurlock mengemukakan ada delapan ciri, yaitu:
1)
Masa
Remaja sebagai Periode Penting
Masa
ini dianggap penting karena ada beberapa hal yang dapat dijadikan indicator,
misalnya: pertama; karena pada masa ini akibatnya langsung berpengaruh pada
sikap dan prilaku itu sendiri, kedua; kondisi ini berakibat jangka panjang,
ketiga; berkaitan dengan perubahan fisik yang sangat cepat, dan keempat;
berkaitan dengan akibat psikologis.
2)
Masa
Remaja sebagai Periode Peralihan
Yang
dimaksud dengan masa remaja sebagai periode peralihan adalah beralihnya remaja
dari masa kanak-kanak dengan segala macam prilakunya, ke masa dewasa disertai
dengan kesiapan untuk mempelajari sikap dan prilaku orang dewasa itu sendiri.
3)
Masa
Remaja sebagai Periode Perubahan
Adanya
perubahan sikap dan prilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat
pertumbuhan fisik. Ketika perubahan fisik berlangsung cepat, maka perubahan
sikap dan prilakupun berlangsung cepat, demikian juga sebaliknya. Inilah yang
dimaksud dengan masa remaja merupakan periode perubahan.
4)
Masa
Remaja sebagai Usia Bermasalah
Masalah
remaja sering menjadi persoalan yang sulit dipecahkan, baik oleh anak laki-laki
ataupun anak perempuan. Dalam hal ini ada dua alasan, mengapa para remaja
sangat sulit untuk menyelesaikan masalahnya.
5)
Masa
remaja sebagai Masa Mecari Identitas
Pada
tahun pertama awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap
penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mendambakan
identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam
segala hal seperti periode sebelumnya.
6)
Masa
Remaja sebagai Usia yang menimbulkan Ketakutan
Ada
anggapan yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa di mana mereka
merupakan anak yang tidak rapih, tidak dapat dipercaya, cenderung merusak, dan
berprilaku merusak, yang menyebabkan orang dewasa berkewajiban untuk membimbing
dan mengawasi mereka.
7)
Masa
Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik
Remaja
memang memiliki karakteristik yang cenderung memandang kehidupan dirinya dan
orang lain sesuia dengan keinginanya, bukan apa adanya seperti yang mereka
lihat. Cita-cita yang realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi
juga bagi keluarganya dan teman-teman, menyebabkan meningginya emosi.
8)
Masa
Remaja sebagai Ambang Dewasa
Semakin
mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk
meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka
sudah hampir dewasa. Ternyata, berpakaian dan berprilaku seperti orang dewasa
belum cukup mengukuhkan dirinya menjadi orang dewasa.
Senada dengan
pendapat di atas, Zakiah Daradjat, mengemukakan bahwa remaja memikili
ciri-ciri, antara lain: pertumbuhan jasmani cepat, pertumbuhan emosi,
pertumbuhan mental dan pertumbuhan pribadi sosial.37 Sedangkan menurut
Soerjono Soekamto di samping ciri-ciri tersebut, ia menambahkan, yaitu: bahwa
remaja menginginkan kepercayaan dari kalangan dewasa, walaupun mengenai masalah
tanggung jawab secara relative belum matang serta menginginkan sistem kaidah
dan nilai yang serasi dengan kebutuhan dan keinginannya.
Pendapat yang
sama dikemukakan pula oleh Andi Mappiare yang menyatakan bahwa masa remaja
merupakan masa transisi, sebab dikatakan pubertas karena berada dalam peralihan
antara masa kanak-kanak debgan masa remaja. Kedua, merupakan periode terjadinya
perubahan yang sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada
umumnya kea rah bentuk tubuh orang dewasa.
Semetara itu,
Hadari Nawawi mengemukakan bahwa remaja merupakan masa pubertas yang memiliki
ciri-ciri, antara lain: ada kecenderungan masa bersifat introverts,
kecenderungan untuk lepas dari ketergantungan kepada orang lain, adanya
pertumbuhan biologis yang sangat cepat, pertumbuhan rasa sosial.
Demikian pula
pendapat Umar Hasyim menyebutkan, antara lain: perasaan seksual semakin
merangsang, kecenderungan mementingkan diri sendiri, cita-cita yang bergelora,
berpikir kritis, masa penemuan diri, dan bias dikatakan masa ini masa transisi.
Sedangkan HM
Arifin menyebutkan bahwa di samping ciri-ciri seperti yang dikemukakan para
ahli di atas, ia menambahkan bahwa pada masa remaja ada kecenderungan meragukan
kebenaran agama (ongeloef), walaupun sikap ini dianggap merupakan awal
timbulnya keimanan yang sebenarnya (geloef).[3]
C.
Perkembangan Jiwa Dan Rasa Beragama pada Remaja
1.
Perkembangan Jiwa Remaja
Pada
hakikatnya masa remaja yang utama adalah masa menemukan jati diri, meneliti
sikap hidup yang lama dan mencoba-coba yang baru untuk jadi pribadi yang
dewasa. Lebih jauh Elizabeth B. Hurlock menjelaskan bahwa masa remaja merupakan
periode peralihan, sebagai usia bermasalah, masa mencari identitas, masa yang
tidak realistic serta sebagai ambang masa depan.
Ahli
mengatakan bahwa usia remaja adalah usia 13-19 tahun, sementara yang lain
berpendapat bahwa rentang usia remaja dimulai pada usia 13-21 tahun. Namun yang
pasti adalah permulaannya atau mulainya perubahan jasmani pada anak menjadi
dewasa, kira-kira usia 12 atau 13 tahun.
Dalam
bidang agama, para ahli psikolog menganggap bahwa kemantapan beragama biasanya
tidak terjadi sebelum usia 24 tahun dari sini, rentangan masa remaja mungkin
diperpanjang hingga 24 tahun.
Meski
terdapat perbedaan, namun para ahli setuju bahwa masa remaja adalah masa
transisi antara masa kanak-kanak yang akan ditinggalkannya menjelang masa
dewasa yang penuh tanggung jawab.
Dalam
peta psikologi remaja terdapat 3 bagian:
a. Fase
pueral
Pada masa ini remaja
tidak mau dikatakan anak-anak, tetapi juga tidak bersedia dikatakan dewasa.
Pada fase pertama ini merasa tidak senang.
b. Fase
negative
Fase kedua ini berlangsung
beberapa bulan saja, yang ditandai oleh sikap ragu-ragu, murung, suka melamun,
dan sebagainya.
c. Fase
pubertas
Masa ini yang dinamakan
adolesen.
Secara
umum masa remaja merupakan masa percobaan, penuh dengan kegelisahan dan
kebingungan. Keadaan tersebut lebih disebabkan oleh perkembangan dan
pertumbuhan yang sangat pesat berlangsungnya, terutama hal fisik, perubahan
dalam pergaulan social, perkembangan intelektual, adanya perhatian dan dorongan
pada lawan jenis. Pada masa ini remaja juga mengalami permasalahan-permasalahan
yang khas, seperti dorongan seksual, pekerjaan, hubungan dengan orang tua,
pergaulan social, interaksi kebudayaan, emosi, pertumbuhan pribadi dan social,
problema social, penggunaan waktu luang, keuangan, kesehatan, dan agama. Pada
dasarnya remaja telah membawa potensi beragama sejak dilahirkan dan itu
merupakan fitrahnya, yang menjadi masalah selanjutnya adalah bagaimana remaja
mengembangkan potensi tersebut. [4]
2.
Perasaan
Beragama pada Remaja
Menurut
Rumke, perasaan ketuhanan baru tumbuh pada usia puber. Namun pendapat ini
disanggah oleh Arnold Gessel yang berpendapat bahwa perasaan ketuhanan
(beragama) telah muncul sejak usia dini, 0-12 tahun. Dan memang perasaan
beragama pada remaja dapat dipengaruhi oleh perasaan beragama yang didapat dari
masa sebelumnya dan lingkungan dimana ia tinggal. Dan yang lebih pentig adalah
pengaruh perkembangan psikis dari remaja itu sendiri.
Perasaan
remaja kepada tuhan bukanlah tetap, stabil akan tetapi adalah perasaan yang
tergantung pada perubahan-perubahan emosi yang sangat cepat, terutama pada masa
remaja pertama. Kebutuhan akan Allah, misalnya kadang-kadang tidak terasa jika
jiwa mereka dalam keadaan aman, tentram dan tenang. Sebaliknya, Allah sangat
dibutuhkan apabila mereka dalam keadaan gelisah, karena menghadapi musibah atau
bahaya yang mengancam, ketika ia takut gagal atau mungkin merasa berdosa.
Dengan
demikian dapat diambil pengertian bahwa sebenarnya perasaan remaja dalam
Bergama, khususnya terhadap tuhan, tidaklah tetap. Kadang-kadang sangat cinta
dan percaya kepada-Nya, tetapi sering pula berubah menjadi acuh tak acuh bahkan
menentang. Dan perasaan ambivelensi inilah ciri khas dari agamanya. [5]
Selain itu, Dalam
pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki tahap progresif.
Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja mencakup masa: Juvenilitas
(Adolescantium), pubertas, dan nubilitas.
Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, maka
agama pada para remaja turut dipengaruhi perkembangan itu. Maksudnya penghayatan
para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada para
remaja bayak berkaitan dengan faktor perkebangan tersebut.
Perkembangan agama pada para remaja
ditandai oleh beberapa faktor perkembangan jasmani dan rohaninya. Perkembangan
itu antara lain menurut W.starbuck adalah:
a.
Pertumbuhan pikiran
dan mental.
b.
Perkembangan
perasaan.
c.
Pertimbangan sosial.
d.
Perkembangan moral.
e.
Sikap dan minat.
D.
Motivasi
Beragama pada Remaja
Motivasi
beragama dapat diartikan sebagai usaha yang ada dalam diri manusia yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu tindak keagamaan dengan tujuan tertentu,
atau usaha yang menyebabkan seseorang beragama.
Menurut
Nico Syukur Dister ofm, motivasi beragama dibagi menjadi 4 motivasi, yaitu:
1. Motivasi
yang didorong oleh keinginan untuk mengatasi frustasi yang ada dalam kehidupan,
baik frustasi karena kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan alam, frustasi
social, frustasi moral maupun frustasi karena kematian.
2. Motivasi
beragama karena didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan tata
tertib.
3. Motivasi
beragama karena didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia
atau intelek ingin tahu manusia.
4. Motivasi
beragama karena ingin menjadikan agama sebagai sarana untuk mengatasi
ketakutan.
Motivasi dalam diri remaja adalah adalah
bermacam-macam dan banyak yang bersifat personal. Adakalanya didorong oleh
kebutuhannya akan Tuhan sebagai pengendali emosional, adakalanya karena takut
perasaan bersala (dosa), karena didorong teman-temannya dimana ia berkelompok.[7]
E.
Sikap
dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan pada remaja
1.
Sikap
remaja dalam beragama
Terdapat 4 sikap remaja dalam beragama,
yaitu;
a. Percaya
ikut-ikutan
Percaya ikut-ikutan ini
biasanya dihasilkan oleh didikan agama secara sederhana yang didapat dari
keluarga dna lingkungannya. Namun demikian, ini biasanya terjadi hanya pada
masa remaja awal (usia 13-16 tahun). Setelah itu biasanya berkembang kepada
cara yang lebih kritis dan sadar sesuai dengan perkembangan pisiknya.
b. percaya
dengan kesadaran
Semangat agama tersebut
mempunyai 2 bentuk, yaitu dalam bentuk positif dan dalam bentuk negative.
Semangat agama yang
positif, yaitu berusaha melihat agama dengan pandangan kritis, tidak mau lagi
menerima hal-hal yang tidak masuk akal. Kemudian semangat agama yang negative
berbentuk khurafi, yaitu kecenderungan remaja untuk mengambil pengaruh dari
luar kedalam masalah-masalah keagamaan, seperti bid’ah, khurafat, dan kepercayaan-kepercayaan
lainnya.
c. percaya,
tetapi agak ragu-ragu
Keraguan kepercayaan
remaja terhadap agamanya, dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
·
keraguan
disebabkan kegoncangan jiwa dan terjadinya proses perubahan dalam pribadinya.
Hal ini merupakan kewajaran.
·
keraguan
disebabkan adanya kontradiksi atas kenyataan yang dilihatnya dan apa yang
diyakininya, atau dengan pengetahuan yang dimiliki.
d. tidak
percaya atau cenderung pada ateis
Perkembangan kearah
tidak percaya pada tuhan sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari masa kecil.
Apabila seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau kelaziman orang tua,
maka ia telah memendam sesuatu tentang terhadap kekuasaan orang tua,
selanjutnya terhadap kekuasaan apapun, termasuk kekuasaan Tuhan.
2.
Faktor-Faktor
Keberagamaan Pada Remaja
Robert H. thouless
mengemukakan 4 fator keberagamaan yang dimasukkan dalam kelompok utama, yaitu:
a. pengaruh-pengaruh
sosial
b. berbagai
pengalaman
c. kebutuhan,
dan
d. proses
pemikiran[8]
F.
Pendidikan
Remaja
Pendidikan
Agama yang diberikan di lingkungan sekolah bagi remaja adalah tidak hanya
menyangkut proses belaja-mengajar yang
langsung melalui didalam kelas melalaui intelegensia (kecerdasan otak), tetapi juga menyangkut proses
internalisasi nilai-nilai agama melalui
kognisi., konasi dan emosi, baik didalam maupun diluar kelas. Yang terakhir ini
lebih banyak diproses melaui interaksiantara guru sebagai norma drager pada
khususnya dan pada teman-teaman sebayanyadengan mereka yang berlangsung secara
kontinu. Dalam proses ini faktor minat (motivasi) memegang peranan poenting
karena ia merupakan jembatan komunikatif bagi kelangsungan proses interaksi
pedeagogis tersebut.
Pengaruh pendidikan agama di sekolah di
kalangan remaja baru dapat terbentuk bila guru yang bersangkutan memiliki
personalitas yang bulat dan utuh dengan keyakinan penuh terhadap kebenaran
agama yang diajarkan, berwibawa, terampil dalam menerapkan metode , yang sesuai
dengan tingkat usiadan kebutuhan remaja, disamping lingkungan motivasional yang
tersedia harus benar-benar dapat memerikan doronga positif kepoada
berkembangnya penghayatan terhadap ajaran agama. [9]
Perkembangan
agama pada umur ini amat penting. Apabila merela telah memahami ajaran agamanya
dan telah terbiasa berdo’a dan melakukan ibadah, serta menerapkan ketentuan
agama dalam kehidupan sehari-hari, sebelum memasuki umur remaja, maka masalah
pembinaan akhlak lebih mudah, karena mereka telah terlatih memahami perintah
agama dam menghentikan larangannya.
Setelah
awal masa remaja berlalu anak memasuki masa pubertas. Pada masa ini tampak
kecenderunga anak remaja kembali pada sikap introverts. Karena anak merasa
dirinya telah dewasa, hal ini sering mempersulit upaya memberikan bimbingan dan
petunju kepada mereka. Untuk itulah sangat diperlukan langkah-langkah yang
bijaksana dari orang dewasa dalam melakukan pendekatan para remaja.
Najib
khalil al-amin, menyebutkan bahwa dalam mendidik anak remaja harus mengambil
mengambil sikap sebagai berikut:
1. Mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi pada anak-anak mereka yang sedang puber dengan
melakukan pengamatan.
2. Mengarahkan
mereka untuk selalu pergi ke Masjid sejak kecil sehingga memiliki disiplin
naluriah, dan andil yang potensial oleh lingkungan rabbaniah
3. Menanamkan
rasa percaya diri mereka dan siap mendengarkan pendapat-pendapat mereka.
4. Menyarankan
agar menjalani persahabatan dengan teman-teman yang baik.
5. Mengembangkan
potensi mereka disemua bidang yang bermanfaat.
6. Menganjurkan
mereka untuk berpuasa sunnt karena hal itu dapat menjadi perisai dari
kebrobrokan moral.
BAB III
KESIMPULAN
Secara
psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang tua melainkan berada dalam tingkata yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak
Menurut Elizabet B. Hurlock mengemukakan ada delapan ciri, masa
remaja yaitu:
1.
Masa
remaja sebagai usia bermasalah
2.
Masa
remaja sebagai masa mecari identitas
3.
Masa
remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
4.
Masa
remaja sebagai masa yang tidak realistik
5.
Masa
remaja sebagai ambang dewasa
Ada
3 fase perkembangan jiwa remaja yaitu:
a. Fase
pueral
b. Fase
negative
c. Fase
pubertas
Menurut
Nico Syukur Dister ofm, motivasi beragama pada remaja dibagi menjadi 4
motivasi, yaitu:
1. Motivasi
yang didorong oleh keinginan untuk mengatasi frustasi yang ada dalam kehidupan,
baik frustasi karena kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan alam, frustasi
social, frustasi moral maupun frustasi karena kematian.
2. Motivasi
beragama karena didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan tata
tertib.
3. Motivasi
beragama karena didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia
atau intelek ingin tahu manusia.
4. Motivasi
beragama karena ingin menjadikan agama sebagai sarana untuk mengatasi
ketakutan.
Terdapat
4 sikap remaja dalam beragama, yaitu;
a. Percaya
ikut-ikutan
b. Percaya
dengan kesadaran
c. Percaya,
tetapi agak ragu-ragu
d. Tidak
percaya atau cenderung pada ateis
Robert
H. thouless mengemukakan 4 fator keberagamaan yang dimasukkan dalam kelompok
utama, yaitu:
a. Pengaruh-pengaruh
sosial
b. Berbagai
pengalaman
c. Kebutuhan,
dan
d. Proses
pemikiran
Najib khalil
al-amin, menyebutkan bahwa dalam mendidik anak remaja harus mengambil mengambil
sikap sebagai berikut:
a. Mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi pada anak-anak mereka yang sedang puber dengan
melakukan pengamatan.
b. Mengarahkan
mereka untuk selalu pergi ke Masjid sejak kecil sehingga memiliki disiplin
naluriah, dan andil yang potensial oleh lingkungan rabbaniah
c. Menanamkan
rasa percaya diri mereka dan siap mendengarkan pendapat-pendapat mereka.
d. Menyarankan
agar menjalani persahabatan dengan teman-teman yang baik.
e. Mengembangkan
potensi mereka disemua bidang yang bermanfaat.
f. Menganjurkan
mereka untuk berpuasa sunnt karena hal itu dapat menjadi perisai dari
kebrobrokan moral.
g. Membuka
dialog dan menyadarkan mereka akan status sosial mereka.
DAFTAR PUSTAKA
A.Tafsir, dkk.
2004. Cakrawala Pemikiran pendidikan
Islam. Bandung: Mimbar Pustaka.
Jalaluddin. 2002.
Psikologi Agama, Jakarta: RajaGrafindo
Persada,
Arifin, M.. 1993.
Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan
Umum), Jakarta: Bumi Aksara.
Ramayulis. 2004.
Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam
Mulia.
Wirawan
Sarwono, Sarlito. 2003. Psikologi Remaja.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Sururin. 2004. Ilmu
Jiwa Agama. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Komentar
Posting Komentar