Peran guru sebagai Pendidik
BAB II
PEMBAHASAN
Banyak
peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah
menerjunkan diri menjadi guru. Semua yang diharapkan dari guru seperti
diuraikan di bawah ini.
1.
Korektor
Sebagai
korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang
buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan
di masyarakat kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula
telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang
kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural masyarakat
di mana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya. Semua nilai yang baik
harus guru pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa
dan watak anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan
perannya sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengoreksi semua sikap,
tingkah laku, dan perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru lakukan
terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya disekolah, tetapi diluar
sekolah pun harus dilakukan terhadap
sikap dan sifat anak didik tidak hanya
di sekolah, tetapi diluar sekolah pun harus dilakukan. Sebab tidak
jarang di luar sekolah anak didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran
terhadap norma-norma susila, moral. Sosial, dan agama yang hidup di masyarakat. Lepas dari pengawasan guru dan
kekuranganya pengertian anak didik terhadap perbedab nilai kehidupan menyebabkan anak didik mudah
larut didalamnya.
2.
Inspirator
Sebagai
inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah
masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana
belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari teori-teori
belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana belajar yang
baik. Yang penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalaha yang
dihadapi oleh anak didiknya.
3.
Informator
Sebagai
informator, guru harus dapat memberikan informasi informasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata
pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan
efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi dari guru adalah racun bagi
anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, pengusaan bahasalah
sebagai kuncinya. Ditopoang dengan pengusaan bahan yang akan diberikan kepada
anak didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan anak
didik dan mengabdi untuk anak didik.
4.
Organisator
Sebagai
organisator, adalah sisi lain dari peranan yang dipelukan dari guru. Dalam bidang
ini guru memiliki kegiatan pengolahan kegiatan akademik, menusun tata tertib
sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya semuanya diorganisasikan,
sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri anak
didik.
5.
Motivator
Sebagai
motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didikagar bergairah dan aktif
belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif
yag melatar belakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya
disekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam
interaksi edukatifnya tidak mustahil ada diantara anak didik yang malas belajar
dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan
kebutuhan anak didik. Penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan dan
sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk lebih
bergairah dalam belajar. Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam
interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan
kemahiran sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi
diri.
6.
Inisiator
Dalam
peranan sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan
dalam pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi edukatif yang ada sekrang
harus dioerbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknoligi dibidang
pendidikan. Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media
pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui sesuai dengan kemjuan media
komunikasi dan informasi abad ini. guru harus menjadikan dunia pendidikan,
khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan mengikuti terus
tanpa mencetus ide-ide inovasi bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran.
7.
Fasilitator
Sebagai
fasilitaor, hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan
kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan,
suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas
belajar yang kurang tersidia, menyebabkan anak didik malas belajar, oleh karena
itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta
lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.
8.
Pembimbing
Peranan
guru yang tak kalah pentingnya dari semua peranan yang telah disebutkan diatas,
adalah sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena
kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia
dewasa suila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan
dalam menghadapi perkembangan dirinya. Kekurangmampuan anak didik menyebakan
lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tetapi semakin dewasa,
ketergantungan anak didik semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan
dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri
(mandiri).
9.
Demonstrator
Dalam
interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik pahami.
Apalagi anak didik yang memiliki intelegensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran
yang sukar dipahami anak didik, guru harus berusaha dengan membantunya, dengan
cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru
inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik. Tidak terjadi kesalah pengertian
antara guru dan anak didik. Tujuan pun dapat tercapai dengan efektif dan
efisien.
10. Pengelola kelas
Sebagai
pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas
adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan
pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya
interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan
menghambat kegiatan pengajaran. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan
untuk tinggal lebih lama didalam kelas. Jadi, tujuan pengelolaan kelas adalah
agar anak didik betah tinggal didalam kelas dengan motivasi yang tinggi untuk
senantiasa belajar di dalamnya.
11. Mediator
Sebagai
mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang
media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media nonmaterial
maupun material. Media berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan
proses interaksi edukatif. Keterampilan menggunakan semua media itu diharapkan
dari guru yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan pengajaran. Sebagai
mediator, guru dapat doartikan sebagai penengah dalam proses belajar anak
didik. Dalam diskusi, guru dapat berperan sebagai penengah, sebagai pengatur
lalu lintas jalannya diskusi.kemacetan jalannya diskusi akibat anak didik
kurang mampu mencari jalan keluar dari pemecahan masalahnya, dapat guru
tangahi, bagaimana menganalisis permasalahan agar dapat diselesaikan. Guru
sebagai mediator dapat juga diartikan penyedia media.
12. Supervisor
Sebagai
supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara
kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus guru kuasai
dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengejar
menjadi lebih baik.untuk itu kelebihan yang dimiliki supervisor bukan hanya
karena posisi atau kedudukan yang ditempatinya, alan tetapi juga karena
pengalamannya, pendidikannya, kecakapannya, atau keterampilan-keterampilan yang
dimiliknya, atau karena memiliki sifat-sifat kepribadian yang menonjol dari
pada orang-orang yang disupervisinya. Dengan semua kelebihan yang dimiliki, ia
dapat melihat, menilai atau mengadakan pengawasan terhadap orang atau sesuatu
yang disupervisi.
13. Evaluator
Sebagai
evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur,
dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek instrinsik dan ekstrensik.
Penilaian terhadap aspek instrinsik lwbih menyentuh pada aspek kepribadian anak
didik, yakni aspek nilai (values).
Berdasrkan hal ini, guru harus bisa memberikan penilaian dalam dimensi yang
luas. Penilaian terhadap kepribadian anak didik
tentu lebih diutamakan dari pada penilaian terhadap jawaban anak didik
ketika diberika tes. Anak didik yang berprestasi baik, belum tentu memiliki
kepribadian yang baik. Jadi, penilaian itu pada hakekatnya diarahkan pada
perubahan kepribadian anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap.
Sebagai
evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran), tetapi juga
menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua kegiatan ini akan mendapatkan
umpan balik (feedbeck) tentang
pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan. [1]
14. Guru sebagai
Pendidik
Guru
adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar
kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan
disiplin.
15. Guru sebagai
pengajar
Sejak
adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang
hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang utama dan utama. Guru
membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari susuatu yang
sedang diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang
dipelajari.
Berkembangnya
teknologi, khususnya teknologi informasi yang begitu pesat perkembangannya,
belum mampu menggantikan peran dan fungsi guru, hanya sedikit menggeser atau
mengubah fungsinya, itupun terjadi dikota-kota besar saja, ketika peserta didik
memiliki berbagai sumber belajar di rumahnya.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai
berikut:
a. Membuat
ilustrasi,
b. Mendefinisikan,
c. Menganalisis,
d. Mensistensis,
e. Bertanya,
f. Merespon
g. Mendengarkan,
h. Menciptakan
kepercayaan,
i.
Memberikan pandangan
yang bervariasi,
j.
Menyediakan
media untuk mengkaji materi standar,
k. Menyesuaikan
metode pembelajaran,
l.
Memberi nada
perasaan.
16. Guru sebagai
pelatih
Proses
pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual
maupun motorik, sehingga menuntuk guru untuk bertindak sebagai pelatih.
Pelatiha
yang dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi
standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individu peserta didik, dan
lingkungannya.
17. Guru sebagai
penasehat
Guru
adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun
mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal
tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Banya guru cenderung menganggap
bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakan-akan berusaha
mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya mereka tidak senang melaksanakan
fungsi ini. padahal menjadi guru pada tingkat manapun berati menjadi panasehat
dan menjadi orang kepercayaan, kegiatan pembelajaran pun meletakannya pada
posisi tersebut. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk
membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada guru. Peserta didik
akan menemukan sendiri dan secara mengherankan, bahkan mungkin menyalahkan apa
yang ditemukannya, serta akan mengadu kepada guru sebagai orang kepercayaannya.
Makin efektif guru menangani setiap permasalahan, makin banyak kemungkinan
peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasehat dan kepercayaan
diri.
18. Guru sebagai pemabaharu
(Innovator)
Guru
menerjemahkan pengalaman yang telah lalu kedalam kehidupan yang bermakna bagi
peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara
generasi yang satu dengan generasi yang lain, demikian halnya pengalaman orang
tua memiliki arti lebih banyak dari pada nenek kita. Seseorang peserta didik
yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia
yang harus dipahami, dicerna, dan diwujudkan dalam pendidikan. Guru harus
memjembatani jurang ini bagi peserta didik, jika tidak maka hal ini dapat
mengambil bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak mengugunakan potensi
yang dimilikinya. Tugas guru adalah memahami bagaimana keadaan jurang pemisah
ini, dan bagaimana menjembataninya secara efektif. Jadi dipergunakan untuk
mengekspresikan dibentuk oleh corak waktu ketika cara-cara tadi dipergunakan.
Bahasa
memang merupakan alat untuk berfikir melalui pengamatan yang dilakukan dan
menyusun kata-kata serta menyimpan kedalam otak, terjadilah pemahaman sebagai
hasil belajar hal tersebut selalu mengalami perubahan dalam setiap generasi,
dan perubahan yang dilakukan melalui pendidikan akan memberikan hasil yang
positif.
19. Guru sebagai
model dan teladan
Guru
merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia sebagai guru. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang
dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar
lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan dengan hal
itu, beberapa ha dibawah ini perlu mendapat perhatian dan bila perlu
didiskusikan para guru.
a. Sikap
dasar,
b. Bicara
dan gaya bicara,
c. Kebiasaan
bekerja,
d. Sikap
melalui pengalaman dan kesalahan,
e. Pakaian,
f. Hubungan
kemanusiaan,
g. Proses
berfikir,
h. Perilaku
neurotis,
i.
Selera,
j.
Keputusan,
k. Kesehatan,
l.
Gaya hidup
secara umum.
20. Guru sebagai
pribadi
Seabagai
individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian
yang mencerminkan sebagai seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai
pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya.
Ungkapan yang sering dikemukan adalah bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”.
21. Guru sebagai
pembangkit pandangan
Guru
dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada peserta
didiknya. Mengemban fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan
peserta didik disegala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan
yang dikelolanya dilangsanakan untuk menunjang fungsi ini. oleh karena itu,
para guru perlu dibekali dengan ajaran tentang hakekata manusia dan setelah
mengenalnya akan mengenal pula kebesaran Allah yang menciptakannya.
22. Guru sebagai
pekerja rutin
Setidaknya
terdapat 17 (Tujuh Belas) kegiatan rutin yang sering dikerjakan guru dalam
pembelajaran disetiap tingkat, yaitu:
a. Bekerja
tepat waktu baik diawal maupun diakhir pelajaran.
b. Membuat
catatan an laporan sesuai standar kinerja, ketepatan dan jadwal waktu,
c. Membaca,
mengevaluasi dan mengembalikan hasil kerja peserta didik,
d. Mengatur
kehadiran peserta didik dengan penuh tanggung jawab,
e. Mengatur
jadwal, kegiatan harian, mingguan, semesteran, dan tahunan.
f. Mengembangkan
peraturan dan prosedur kegiatan kelompok, termasuk diskusi.
g. Menetapkan
jadwal kerja peserta didik,
h. Mengadakan
pertemuan dengan orang tua dan dengan peserta didik,
i.
Mengatur tempat
duduk peserta didik,
j.
Memahami peserta
didik,
k. Menyiapkan
bahan-bahan pelajaran, kepustakaan, dan media pembelajaran,
l.
Menghadiri
pertemuan dengan guru, orang tua peserta didik, dan alumni.
m. Menciptakan
iklim kelas yang kondusif,
n. Melaksanakan
latihan-latihan pebelajaran,
o. Merencanakan
program khusus dalam pembelajaran, misalnya karyaswasta,
p. Menasehati
peserta didik.
23. Guru sebagai
pembawa cerita
Guru
dengan menggunakan suaranya, mempernaiki kehidupan dengan pusis, dan berbagai
cerita tentang manusia. guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan
cerita-cerita tentang kehidupan, larena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu
sangat bermanfaat bagi manusia, dan ia berharap bisa menjadi pembawa cerita
yang baik.
Pembawa
cerita yang baik mengandalkan kemampuan dan menyadari keterbatasan fisiknya
agar mampu mendapatkan keefektipan yang maksimal. Ia memahami kemampuan
suaranya dan tahu bagaimana menggunakannya, mempu memvariasikan irama dan
volume suara, memilih waktu pelompatan cerita, mengolah ide yang diperlukan,
serta menggunakan kata-kata secara tepat dan jelas.
24. Guru sebagai
aktor
Sebagai
seorang aktor, guru harus melakukan apa yang ada dalam naskah yang telah
disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada penonton.
Penampilan yang bagus dari seorang aktor akan mengakibatkan para penonton
tertawa, mengikuti dengan sungguh-sungguh, dan bisa pula mengangis terbawa oleh
penampilan oleh seorang aktor. Dan oleh karenanya guru harus menguasai materi
standar dalam bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, memperbaiki keterampilan,
dan mengembangkan untuk mentransper bidang studi itu. Ia mempelajarai peserta
didik, alat-alat yang dapat doipergunakan untuk menarik minat dan tentu saja
mempeajari bagaimana menggunakan alat secar efektif dan efisien.
25. Guru sebagai
pengawet
Salah
satu tugas pendidikan adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
berikutnya, karena hasil akraya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna
bagi kehidupan mannusia sekarang maupun di masa yang akan datang. Untuk melaksanakan
tugasnya sebagai pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia terdahulu,
dikembangkan salah satu sarana pendidikan yang disebut kurikulum, yang secara
sederhana diartikan sebagai program pembelajaran.
Untuk
dapat mengawetkan pengetahuan sebagai salah satu komponen kebudayaan, guru
harus mempunyai sikap posotif terhadap apa yang harus diawtkan, jika tidak,
maka dia akan melaksanakan tugas bagaikan pasak energi yang dimasukan kedalam
logam bundar, tentu akan terjadi hambatan dan yang bersangkutan akan
melaksanakan tugas tanpa motivasi instrinsik, kebahagian sebagai petugas tidak
dimiliki, sehingga dia akan bekerja bagaikan sebuah robot.[2]
26. Guru sebagai pemicu
Sebagai
pemacu beajar, guru harus mampu melipatgandakan potensi peserta didik, dan
mengembangkan sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka dimasa yang akan
datang.Hal ini penting, karena guru memilki andil yang sangat besar terhadap
keberhasilan pembelajaran disekolah, guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tjuan hidupnya secara optimal.
Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam
perkembangannya senantiasa membtutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada
saat meninggal. Semua itu menunjukan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain
dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika orang tuanya
mendaftarkan anaknya kesekolah pada saat itu juga menaruh harapan terhadap
guru, agar anaknya dapat berkebang secara optimal.
Selain itu, guru
juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi
seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan.[3]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari paparan dan
penjelasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam
pembelajaran ada beberapa hal, yang mana dalam makalah ini kami berhasil
menemukan 26 peran guru dalam pembelajaran. Adapun penjelasan dan poin-poinnya
dapat dilihat pada bab pembeahasan
B.
Kritik dan Saran
Makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna.
Untuk itu penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian,
agar menjadi masukan dan perbaikan bagi penulis sehingga kedepannya makalah ini
menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri Djamarah, Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Mulyasa.
2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Mulyasa.
2012. Standar Kompetensi dan Sertifikasi
Guru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasio
[1] Syaiful
Bahri Djamarah, “Guru dan Anak Didik
dalam Interaksi Edukatif”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 43-49
[2] Mulyasa,
“Menjadi Guru Profesional”, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm.37
[3] Mulyasa,
“Standar Kompetensi dan Sertifikasi
Guru”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 63.
Komentar
Posting Komentar