MAKALAH TENTANG SYARIKAT ISLAM DAN YOUNG ISLAMITEN BOND

  Kepada seluruh pembaca yang budiman, mohon ma'af apabila dalam artikel ini terdapar kesalahan,  juga diharapkan kepada para pembaca sekalian harap teliti terlebih dahulu sebelum menjadikan artikel ini sebagai referensi sehingga meminimalisir kesalahan di lain hari.
         Jika ada kritik dan saran silahkan sampaikan dengan baik pada kolom komentar di bagian bawah artikel ini.
Saya ucapkan terimakasih atas kunjungannya.
         Terakhir saya ingin mengutip kata dari Syaidina Ali bin Abi Thalib yang artinya "Lihatlah apa yang dikatakan dan jangan pernah melihat siapa yang mengatakan"
Wassalam.



Syarikat Islam dan Young Islamiten Bond
   A.    Latarbelakang
Pegerakan nasional adalah perjuangan yang mengikutsertakan seluruh rakyat Indonesia. Latar belakang timbulnya pergerakan nasional adalah rasa senasib dan sepenanggungan, penderitaan rakyat akibat penjajahan, rakyat yang tidak mempunyi tempat untuk mengadu nasib, adanya golongan terpelajar yang sadar akan perjuangan, dan kemenangan jepang melawan rusia pada tahun 1905.
Nasionalisme Indonesia dimulai sebenarnya dengan nasionalisme “Islam”. Katanya lagi, “Sesuatu gerakan yang penting di Indonesia mulanya adalah gerakan orang-orang Islam. Mereka yang bergerak di bawah panji-panji yang bukan Islam kebanyakannya terdiri dari mereka yang telah meninggalkan tempat buaian mereka semula, tempat mereka mula-mula sekali mengecap asam garam pergerakan.
Contoh-contoh pergerakan yang kami bahas dalam makalah ini adalah Syarikat Islam dan Young Islamiten Bond. Ke dua pergerakan ini memiliki latar belakang yang cukup berbeda dari segi kemunculannya, namun hasil yang dicapai oleh gerakan-gerakan ini sangat mengesankan.
Umat Islam menduduki peran utama dalam gerakan politik dan militer. Semua perang yang terjadi bersukma dari seruan jihad, perang suci. Sewaktu Pangeran Diponegoro–pemimpin Perang Jawa–memanggil sukarelawan, maka kebanyakan mereka yang tergugah adalah para ulama dan ustadz dari pelosok desa. Pemberontakan petani menentang penindasan yang berlangsung terus-menerus sepanjang abad ke-19 selalu di bawah bendera Islam. Tindakan ini menyebabkan ia lebih dicintai dan dihormati rakyatnya.
Dari sinilah perlu kiranya kita untuk mengupas lebih mendalam mengenai peran penting umat Islam dalam memerdekan Indonesia untuk terlepas dari cengkraman pada masa penjajahan. Bentuk sumbangsih umat Islam sangat banyak, mulai dari membentuk berbagai gerakan berlandaskan panji Islam seperti Syarikat Islam dan Young Islamiten Bond, hingga turut berperang untuk mengusir penjajah.
  B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaiaman sejarah berdirinya Syarikat Islam ?
2.      Bagaimana perkembangan Syarikat Islam ?
3.      Bagaimana kemunduran Syarikat Islam?
4.      Bagaiman sejarah berdirinya Young Islamiten Bond ?
5.      Bagaimana peran Young Islamiten Bond sebagai Gerakan Pemuda Islam
6.      Bgamiana tantangan yang dihadapi oleh Young Islamiten Bond sebgai Gerakan Pemuda Islam ?

   C.    Pembahasan
1.      Syarikat Islam
a.       Sejarah Berdirinya Syarikat Islam
Syrikat Islam didirikan disolo pada tahun 1911, tiga tahun setelah berdirinya organisasi Budi Utomo. latar belakang ekonomis dari organisasi ini sebagai tanggapan (perlawanan) terhadap perdagangan (penyalur) oleh orang cina. Peristiwa itu merupakan isyarat bagi orang muslim bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukan eksistensinya. Oleh karena itu,  para pendiri syarikat Islam mendirikan organisasi ini bukan semata-mata untuk mengadakan perlawanan terhadap orang-orang cina, tetapi juga untuk membuat fron melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putra. Organisasi ini merupakan reaksi terhadap rencana  krestenings politik dan kaum zending, perlawanan terhadap kecurangan-kecurangan dan penindasan-penindasan dari pihak ambtenaar-ambtenaar bumiputra dan eropa.
Dibandingkan dengan Organisasi Budi Utomo, Syarikat Islam lebih berhasil sampai lapisan bawah masyarakat dimana lapisan tersebut selama berabad-abad hampir  tidak mengalami perubahan dan paling banyak menderita. Mula-mula nama organisasi ini adalah serikat dangang Islam (SDI) dibawah pimpinan H. Samanhudi. Kemudian namanya diganti menjadi serikat Islam (SI) dipimpin oleh H.O.S Cokroaminoto.
Tujuan organisasi ini sebagai mana tercantum dalam anggaran dasarnya ialah untuk mengembangkan jiwa berdagang, memberi bantuan kepada anggota-anggota yang menderuita kesukaran, memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putra, dan menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang Islam.
Peragantian nama dari Serikat Dagang Islam ( SDI) menjadi Serikat Islam (SI) dilakukan ketika kepemimpinan H.O.S. Cokroaminoto. ia diserahi untuk memimpin organisasi ini pada tanggal 1912. Ia berusaha melebarkan sayapnya agar lebih luas dengan menukar  nama SDI menjadi SI. Akhirnya Serikat Islam dibawah pimpinan Cokroaminoto memperoleh kemajuan yang gilang gemilang dan anggotanya banyak tersebar diseluruh Indonesia.
Serikat Islam pada tanggal 26 januari 1913 mengadakan kongres yang pertama di Surabaya dengan dihadiri oleh puluhan ribu rakyat pendukungnya. Kongres tersebut oleh Cokroaminoto digunakan untuk menghidupkan semangat rakyat Indonesia dan Serikat Islam sebagai pembimbing dan pembawa semangat baru bagi pergerakan rakyat. Sebab itulah serikat Islam lebih maju perjuanganya karena lebih mengutamakan rakyat jelata.[1]
b.      Perkembangan Syarikat Islam
Pada awal kemunculnya organisasi ini banyak berwujud perdagangan dan tidak berisikan muatan politik, maka selanjutnya atas usaha yang dilakukan oleh Cokroaminoto, telah menjadi satu partai politik yangbesar dan berpengaruh. Dan selanjutnya, Serikat Islam menjadi partai politik tertua di Indonesia.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan Serikat Islam cepat berkembang adalah:
1)      Kesadaran sebagai bangsa yang mulai tumbuh,
2)      Sifatnya kerakyatan,
3)      Didasari agama Islam,
4)      Persaingan dalam perdagangan, dan
5)      Digerakkan para ulama.
Pada kongres Sarekat Islam di Yogayakarta pada tahun 1914, Cokroaminoto terpilih sebagai Ketua Sarekat Islam. Ia berusaha tetap mempertahankan keutuhan dengan mengatakan bahwa kecenderungan untuk memisahkan diri dari Central Sarekat Islam harus dikutuk dan persatuan harus dijaga karena Islam sebagai unsur penyatu.
Pada tahun 1914 juga berdiri organisasi berpaham sosialis yang didirikan oleh Sneevlit, yaitu ISDV (Indische Social Democratische Vereeniging). Namun organisasi yang didirikan orang Belanda di Indonesia ini tidak mendapat simpati rakyat, oleh karena itu diadakan “Gerakan Penyusupan” ke dalam tubuh Serikat Islam yang akhirnya berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh Serikat Islam muda seperti Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin.
Pada Kongres Sarekat Islam ke 7 Tahun 1921 di Madiun SI mengubah namanya menjadi PSI (Partai Sarekat Islam). Tahun 1921, Sarekat Islam pecah menjadi dua ketika cabang SI yang mendapat pengaruh komunis yaitu golongan kiri (paham Marx) dapat disingkirkan, lalu menamakan dirinya bernaung dalam Sarekat Rakyat (SR) atau Sarekat Islam Merah  yang merupakan organisasi dibawah naungan Partai Komunis Indonesia (PKI) dipimpin oleh Semaun  sedangkan Sarekat Islam Putih dipimpin oleh Cokroaminoto dengan anggotanya yaitu SI awal. Sejak itu, SI dan SR berusaha untuk mencari dukungan dari massa dan keduanya cukup berhasil.
Kongres Partai Sarekat Islam tahun 1927 menegaskan struktur partai yang kuat bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam. Karena tujuannya adalah untuk mencapai kemerdekaan nasional maka Partai Sarekat Islam menggabungkan diri dengan Pemufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Tahun 1928 dan 1929 PSI merasa khawatir atas dominasi Partai Nasionalis Indonesia (PNI) dalam dunia politik dan PSI tidak mampu mencegah kemundurannya secara pelan-pelan.
Menanggapi kritik itu, maka PSI mengancam akan keluar dari PPPKI. Kemudian salah satu keputusan kongres PSI tahun 1930 adalah mengubah nama PSI menjadi PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia). Perubahan itu dilakukan untuk menunjukkan bahwasanya PSII sangat berbakti terhadap pembentukan Negara Kesatuan Indonesia.
Dalam usahanya untuk mengangkat derajat rakyat, partai Serikat Islam Indonesia (PSII) mengambil tiga arah sebagai dasar perjuanganya yang masing-masing berdasarkan kepada agama Islam. Dasar yang dimaksud ialah dasar sosial ekonomi, dasar politis, dan dasr kultural. Dalam Serikat Islam terdapat anggota yang memiliki bermacam-macam ideology (Islam, Sosial, Komunitas, Barjuis, dan lain-lain) bercampur aduk. Yang menjadi motif penggemblengan dalam serikat Islam pada waktu itu ialah menuju kearah yang sama, yaitu kesadaran kebangsaan dan kesadaran bernegara.[2]
Usaha dan jasa Cokroaminoto dalam memimpin serikat Islam ialah:
1)      Mengangkat kaum bumiputra menjadi manusia yang sejati dan terhormat. Sebelumnya, para pelajar sekolah dokter jawa dan rakyat biasa tidak boleh memakai sepatu dan topi, bahkan tidak boleh memakai setelan (baju jas dan pantalonn sperti orang belanda). Atas usaha Cokroaminoto, hal itu diubah.
2)      Mengajarkan dan memajukan rakyat dalam soal politik. Waktu itu rakyat dilarang membicarakan politik. Atas usahnya maka rakyat boleh campur tangan dalam masalah politik.
3)      Berusaha mempersatukan umat Islam Indonesia dengan berkali-kali mengadakan kongres Al-Islam. Dalam kongres V di Bandung tahun 1929 diputuskan untuk mengirimkan dua orang utusan ke Mukhtamar Alam Islam  di mekah yang diwakili oleh Cokroaminoto dan K.H Mas Mansur. Dengan demikian, umat Islam di Indonesia dapat mengadakan hubungan dengan umat Islam dunia.
4)      Membela dan mempertahankan kesucian agma Islam dari penghinaan dan caci maki yang dilontarkan kepad Islam dan diri Nabi Muhammad SAW. Pada waktu itu banyak penginaan dan cacian yang dilontarkan kepada Islam, lalu Cokroaminoto mengerakan umat Islam untuk bangkit dan berdiri dalam mempertahankan kesucian agma Islam.
5)      Menerbitkan surat kabar Utusan Hindia  yang berisikan keluh ksah rakyat serta hantaman kepada surat kabar yang berisi hinaan terhadap bangsa Indonesia.
6)      Mengeluarkan buku yang berjudul Islam dan Sosialisme yang menerangkan perkara sosialisme aala Islam menurut teori dan praktek. Disamping itu, buku ini juga membendung progpaganda sosialisme ala karl mark
7)      Pada tahun 1929, Cokroaminoto berasama H. Agus Salim menerbitkan harian Fajar Asia, majalah Al-jihad untuk menolak serangan dan cacian terhadap kesucian agama Islam dan sebagai spirit untuk membangunkan umat Islam.[3]


c.       Kemunduran PSII
Bulan Juli dan Agustus 1929 hubungan PSII dengan golongan nasionalis non agama memburuk dikarenakan terdapat serangkaian tulisan di surat kabar Soeara Oemoem yang ditulis oleh banyak anggota PPPKI. Tulisan-tulisan tersebut ditafsirkan sebagai penghinaan terhadap keyakinan PSII. Hal tersebut menyebabkan tanggal 28 Desember 1929 (tidak menunggu kongres) PSII mengumumkan keluar dari PPPKI. Alasannya yaitu karena Pasal 1 Anggaran Dasar PPPKI berlawanan dengan anggaran dasar PSII yang memperbolehkan keanggotaan bagi semua orang islam apa pun kebangsaannya. Juga alasan lainnya karena kelompok studi umum di Surabaya kurang menghormati agama Islam, perkumpulan-perkumpulan lain anggota PPPKI selalu bertengkar karena perkumpulan-perkumpulan itu menentang poligami sehingga PSII pecah menjadi beberapa partai kecil dan PSII selanjutnya menjalin hubungan yang lebih erat dengan organisasi islam lainnya.
Perselisihan antara anggota pengurus besar partai yaitu Cokroaminoto dan H.Agus Salim dengan dr.Sukiman Wiryosanjoyo dan Suryopranoto mengakibatkan perpecahan dalam tubuh PSII. Maka tahun 1933 Dr.Sukiman Wiryosanjoyo dan Suryopranoto dipecat dari PSII. Pertengahan bulan Mei 1933 berdiri partai baru di Yogyakarta bernama Partai Islam Indonesia (Parii). Partai ini bertujuan ke arah harmonis dari nusa bangsa atas dasar agama islam dan pada waktu itu Parii dipimpin oleh Dr. Sukiman namun partai ini berumur pendek. Tahun 1935 Cokroaminoto meninggal dunia, dan muncul suara-suara bahwa Parii mau bergabung lagi dengan PSII. Namun, untuk bergabung kembali masih ada halangan karena H.Agus Salim menjadi ketua PSII menggantikan Cokroaminoto.
Perselisihan dalam partai terus bertambah. H.Agus Salim menghendaki agar PSII bekerjasama dengan pemerintah yang sebelumnya PSII bersikap nonkooperasi yang menyebabkan PSII dibatasi geraknya. Sehingga tanggal 7 Maret 1935 H.Agus Salim mengusulkan agar PSII membuang sikap nonkooperasi. Hal tersebut mengakibatkan perpecahan dalam pimpinan PSII.
H.Agus Salim terpilih kembali sebagai Ketua Dewan Partai. Lawan-lawannya yaitu Abikusno Cokrosuyoso dan S.M.Kartosuwiryo. Pada kongres tahun 1936 (8-12 Juli). Abikusno terpilih sebagai formatur, akibatnya pengurus terdiri atas orang-orang yang anti kepada H.Agus Salim. Sehingga membuat H.Agus Salim memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai Ketua Dewan Partai. Namun, dia tetap berjanji untuk menyumbangkan segenap tenaganya untuk tetap bekerja demi kepentingan umat Islam Indonesia.
Untuk melanjutkan cita-citanya itu, tanggal 28 November 1936 di Jakarta dibentuklah golongan yang pro kepada H.Agus Salim yaitu suatu komite oposisi (sebuah komite yang mau bekerjasama dengan pemerintahan kolonial). Komite itu bernama Barisan Penyadar PSII yang dipimpin oleh Muhammad Rum. Tujuannya adalah ingin menyadarkan PSII bahwa zaman ini sudah berubah. Komite itu dengan tegas membantah sikap nonkooperasi PSII dan mereka sendiri menempuh politik kooperasi. Pada tanggal 13 Februari PSII memecat kaum oposisi dengan alasan bahwa tindakan mereka bertentangan dengan hukum dan sumpah partai yang membuat 29 tokoh terkemuka PSII dipecat termasuklah H.Agus Salim.
Selanjutnya kongres ke 23 di Bandung yang diadakan tanggal 19-25 Juli 1937 antara lain memutuskan mencabut pemecatan atas anggota yang telah dikeluarkan dari PSII. Mereka diberi kesempatan untuk kembali ke PSII. Maka, pada 17 September 1937 PSII bersatu kembali dengan partai asal. Mereka yang kembali bergabung ke PSII yaitu Dr.Sukiman, Wali Al-Fatah dan lainnya.
Namun perdamaian dengan golongan ini (Dr.Sukiman) tidak berlangsung lama. Setelah kongres di Suabaya mereka keluar dari PSII karena tetap tidak setuju dengan politik PSII. Mereka bersedia kembali jikalau PSII: (a) jika PSII mau melepaskan asas hijrah, asas itu tidak boleh dijadikan asas perjuangan melainkan hanya taktik perjuangan; (b) semata mata hanya mengerjakan aksi politik sedang pekerjaan sosial ekonomi harus diserahkan kepada perkumpulan lain; (c) secepatnya mencabut disiplin partai terhadap Muhammadiyah. Namun, PSII menolak permintaan itu. karena penolakan itu maka tanggal 6 Desember 1938 di Solo didirikanlah partai baru bernama Partai Islam Indonesia (PII)  yang diketuai R.M.Wiwoho dengan anggota gabungan dari Parii, Muhammadiyah dan Jong Islamitien Bond (JIB)
Selanjutnya, Kartosuwiryo yang membuat pengurus PSII Marah. Ia telah menulis brosur yang terdiri dari dua jilid tentang hijrah tanpa membicarakannya lebih dulu dengan Abikusno. Kartosuwiryo dan beberapa temannya-temannya telah menyatakan bantahannya dengan cara yang dipandang tidak baik atas tindakan PSII menggabungkan diri dalam Gapi. Kartosuwiryo menolak menghentikan penerbitan tulisan itu dan ia mendapat dukungan dari beberapa cabang PSII di Jawa Tengah,sehingga Kartosuwiryo dan 8 cabang PSII di Jawa Tengah dipecat dari partai tahun 1939.
Pada kongres PSII di Palembang tahun1940 diputuskan menyetujui pemecatan atas S.M.Kartosuwiryo. Setelah dipecat, permulaan tahun 1940 Kartosuwiryo mendirikan Komite Pertahanan Kebenaran PSII yang mana tanggal 24 Maret 1940 mengadakan rapat umum di Malangbong, Garut. Dalam rapat itu, diterangkan bahwa akan dijalankan “politik hijrah” juga disiarkan keputusan untuk mengadakan suatu “suffah” yaitu suatu badan yang mendidik menjadi pemimpin-pemimpin yang ahli.
Sehingga berdirilah PSII kedua, dalam hal ini bendera dan nama PSII dipakai dengan menggunakan asas dan anggaran dasar yang sama. Dalam kelompok ini sudah nampak cita-cita teokratis islam yang nantinya akan menjadi dasar perjuangan Darul Islam Kartosuwiryo.
Namun, kesempatan untuk berkembang lebih lanjut lagi terhambat karena keadaan perang. Maka tanggal 10 Mei 1940 karena keadaan darurat habislah riwayat kedua partai tersebut dibidang politik.[4]

2.      Young Islamiten Bond
a.       Sejarah berdirinya Young Islamiten Bond
Dalam perjalanan sejarah bahwa gerakan pemuda Islam pertama beridiologi Islam adalah Young Islamiten Bond (YIB) yang didirikan pada tanggal 1 januari 1925 oleh R. Syamsurizal (Raden Syam) di Jakarta.
Pada awalnya YIB dicetuskan oleh pemuda-pemuda muslim yang berasal dari Jawa dan Madura yang umumnya tergabung di dalam Jong Java. Di mana di antara anggota-anggota Young Java merasa bahwa banyak organisasi pelajar atau pemuda pada waktu itu terbagi-bagi dalam wadah dan perasaan kedaerahan (primordialisme), seperti Young Sumatera, Young Bata Bond, Young Selebes/Minahasa, Young Ambon, Sekar Roekoen, dan Young Java sendiri, dan lain-lain. Sehingga di antara anggota-anggota Young Java berpikiran bahwa melalui agama Islam dapat membuat persatuan antara organisasi-organisasi pelajar dan pemuda. Islam adalah agama umum rakyat di seluruh Nusantara. Oleh karena itu, organisasi-organisasi pelajar dan pemuda yang bernama Young Java, Young Sumatera, dan sebagainya, anggota-anggotanya adalah putra-putri Nusantara kita juga.
Menurut Raden Syamsurizal sebagai ketua Young Java pada waktu itu (kelak ketua YIB) berpendapat bahwa barang siapa yang hendak mengenal roh bangsa Indonesia harus mempelajarinya dengan sungguh-sungguh agama Islam. Sehingga diperlukan bagi anggota Young Java untuk diajarkan Pendidian Islam.
Namun banyak reaksi yang timbul terhadap pendapat Raden Syamsurizal tersebut. Ada yang menganggap Young Java bukanlah perkumpulan agama dan hal-hal yang berhubungan dengan agama menunjukan keterbelakangan, kekolotan dan sebagainya. Dan ada pula yang setuju dengan pendapat Syam.
Dengan demikian pada kongres Young Java ke-7 di bulan Desember tahun 1924 pendapat Syam dibawa dalam kongres, namun pendapat Syam ditolak lewat pemungutan suara. Penolakan ini menurut Mr. Moh Roem, merupakan blessing in disgue, karena apabila usul itu diterima kemungkinan organisasi terpelajar Islam tidak akan pernah hadir.
Dan pada akhirnya pada Desember itu juga Syam berangkat ke Jakarta bertemu dengan H. Agus Salim untuk menyampaikan niatnya membenuk Young Islamiten Bond (YIB). Dan kemudian sejumlah formulir keanggotaan diedarkan, diluar dugaan 200 pemuda Islam, baik perlajar MULO maupun AMS ataupun tamatan sekolah-sekolah tersebut yang sudah bekerja menyatakan bersedia menjadi anggota YIB. Dan pada tanggal 1 Januari 1925 YIB diproklamirkan berdirinya di Jakarta dengan agam Islam sebagai dasar perjuangan perjuangannya.
Perlu diketahui bahwa berdirinya YIB bukan karena penolakan atas usul Syam mengenai klasifikasi keanggotaan yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan persoalan keislaman, tetapi semata-mata bermaksud memajukan Islam. Karena kendati YIB telah berdiri tetapi para pemuda Jawa yang muslim tidak meninggalkan keanggotaannya dalam Young Java.[5]
b.      Peran Young Islamiten Bond sebagai Gerakan Pemuda Islam
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam perjalanan sejarah gerakan pemuda Islam di Indonesia mempunyai dua tujuan, yaitu pertama adalah tujuan merebut kemerdekaan Indonesia dan kedua partisipasi dalam memajukan rakyat Indonesia.
1)      Merebut kemerdekaan Indonesia
Menurut Ridwan Saidi, YIB merupakan organisasi yang tidak hanya berjuang untuk bangsa dan negara namun juga berjuang untuk umat Islam di seluruh dunia. Artinya YIB berjuang merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah dan berusaha menjadikan Islam sebagai identitas diri bangsa.
Memang YIB tidak pernah secara gamblang dalam asas dan tujuan perjuangannya, memakai kata berjuang untuk memerdekakan nasional Indonesia. Hal itu wajar karena pemerintahan Belanda sangat ketat dalam mengawasi organisasi pemuda yang mempunyai arah dan tujuan kemerdekaan nasional. Bukti bahwa YIB bertujuan merebut kemerdekaan adalah dibenuknya NATIPIJ (organisasi kepanduan) yang di dalamnya terdapat pelajaran kewiraan, yang kelak pelajaran tersebut mempunyai manfaat yang sangat besar bagi pertahanan tanah air, sebut saja misalnya Kasma Singodimedjo (ketua YIB 1929) mendapat kepercayaan untuk Daidanco (Komandan batalion), PETA (Pembela Tanah Air) Jakarta berkat pengalamannya dalam NATIPIJ.
Jika di telusuri lebih lanjut memang YIB didirikan untuk mempersatukan bangsa, tidak secara tegas memakai kata kemerdekaan nasional atau merebut kemerdekaan Indonesia, tetapi pada hakikatnya gerakan yang mengacu pada persatuan bangsa pada akhirnya mengarah pada kemerdekaan Indonesia.
2)      Partisipasi dalam memajukan rakyat Indonesia
Seperti telah diketahui bahwa latar belakang berdirinya Young Islamiten Bond, yaitu dalam rangka membangun bangsa Indonesia dan merangsang kesadaran kaum muslimin untuk mengejar ketertinggalan. Dengan kata lain organisasi tersebut pada hakikatnya bertujuan memajukan rakyat Indonesia.
Disamping kegiatan intelektual melalui media “orgaan” yang dilakukan gerakan pemuda Islam, yang bertujuan menyadarkan masyarakat akan ketertinggalannya. Pemuda Islam juga rutin mengikuti kegiatan hubungan luar negeri, berupa konferensi-konferensi pelajar atau pun mahasiswa internasional. Dan dari hubungan internasional tersebut terserap pengalaman-pengalaman yang untuk meningkatkan kualitas generasi muda Islam, yang pada akhirnya memajukan rakyat Indonesia.
Lebih lanjut dikatakan bahwa pengalaman-pengalaman yang didapatkan pemuda Islam dari organisasi, kelak menghasilkan pelbagai profesi (social goup) dalam masyarakat, sebut saja Syamsul Rizal (pendiri YIB) yang menjadi wali kota Jakarta (1953).
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa YIB sebagai gerakan pemuda Islam pada masa penjajahan bertujuan untuk memajukan rakyat Indonesia.[6]
c.       Tantangan Young Islamiten Bond sebgai Gerakan Pemuda Islam
1)      Tantangan Ideologis
Tantangan yang sering terjadi dalam gerakan pemuda Islam adalah tantangan infiltrasi dari kalangan manapun yang berniat negatif terhadap eksistensi organisasi, seperti yang pernah terjadi / dialami oleh YIB. Di mana Ahmadiyah melakukan propaganda terselubung kepada organisasi pelajar atau mahasiswa dengan tujuan menyerang ideologi Islam. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Ahmad Beig selaku utusan Ahmadiyah, ia sering kali memberit ceramah-ceramah dalam forum JIB yang di dalamnya terselubung faham Ahmadiyah yaitu adanya nabi setelah Nabi Muhammad SAW, yaitu Mirza Ghulam Ahmad.
Ideologi-ideologi yang tidak sesuai dengan Islam merupakan tantangan eksternal dan yang harus diwaspai pemuda Islam adalah juga tantangan intern, yaitu menjaga persatuan dan kesatuan pemuda Islam yang berideologi berbeda. Seperti pemuda Islam yang mempunyai ideologi nasionalis dan sosialis dalam asa perjuangannya karena ideologi tersebut masih sesuai dengan Islam.
Hendaknya pemuda Islam menjafa persatuan dan kesatuan bangsa. Karena hal-hal sensitif dapat menimbulkan friksi di antara pemuda Islam, tetapi juga dengan organisasi kelompok lain. Atau dengan kata lain pemuda Islam tetap menjaga identitasnya sebagai orang Islam.
Pada hakikatnya tantangan ideologi gerakan pemuda Islam berkaitan erat dengan eksistensi gerakan tersebut. Apabila organisasi pemuda Islam tidak eksis, maka dengan sendirirnya tantangan ideologi tersebut tidak berhasil dijawab. Sedangkan organisasi-organisai kaum muda lainnya siap dengan idiologi dan eksistensinya.
2)      Tantangan modernitas
Biasanya organisasi pemuda Islam memiliki buletin intern, sebut saja misalnya YIB dengan majalah bulanannya Het Licht (an-Noer) yang terbit bulan maret 1925, tetapi itu agaknya tidak memadai, walupun majalah diterbitkan dengan kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan, namun terdapat dua faktor yang harus diperhatikan, yaitu masalah manajemen dan isi yang berwibawa, karena dewasa ini perlu dipikirkan kembali dalam menghadapi modernitas adalah menerbitkan majalah yang berkesinambungan, tentunya dengan manajemen yang baik dan isi majalah yang berkualitas. Hal itu agar penyebarluasan pengetahuan Islam dapat diterima baik oleh umat Islam melalui media.
Selanjutnya dikatakan bahwa untuk menjawab tantang modernotas diperlukan kematapan iman dan ilmu pengetahuan yang luas, karena tanpa hal tesbut pemuda Islam tidak sanggup menyahut persoalan yang berhubungan dengan teknologi dan ideologi-ideologi besar di dunia.
3)      Tantangan Invasi Budaya
Dalam menghadapi tantangan invasi budaya yang diperlukan pemuda Islam adalah melestariaka budaya Islam karena untuk menghayati dan memahami kebudayaan Islam diperlukan penghayatan terhadap kebudayaan Indonesia, sehingga mampu mengantisipasi kecenderungan masyarakat dunia. Maka dengan itu, pemuda Islam hendaknya memacu keterampilan dan potensinya dalam kerangka penyusunan peradaban dan kebudayaan Islami.[7]
   D.    Kesimpulan
1.      Syarikat Islam
Syrikat Islam didirikan disolo pada tahun 1911, tiga tahun setelah berdirinya organisasi Budi Utomo. latar belakang ekonomis dari organisasi ini sebagai tanggapan (perlawanan) terhadap perdagangan (penyalur) oleh orang cina. Peristiwa itu merupakan isyarat bagi orang muslim bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukan eksistensinya. Oleh karena itu,  para pendiri syarikat Islam mendirikan organisasi ini bukan semata-mata untuk mengadakan perlawanan terhadap orang-orang cina, tetapi juga untuk membuat fron melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putra.
Keputusan kongres PSI tahun 1930 adalah mengubah nama PSI menjadi PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia). Perubahan itu dilakukan untuk menunjukkan bahwasanya PSII sangat berbakti terhadap pembentukan Negara Kesatuan Indonesia.
Bulan Juli dan Agustus 1930 hubungan PSII dengan golongan nasionalis non agama memburuk dikarenakan terdapat serangkaian tulisan di surat kabar Soeara Oemoem yang ditulis oleh banyak anggota PPPKI. Tulisan-tulisan tersebut ditafsirkan sebagai penghinaan terhadap keyakinan PSII. Hal tersebut menyebabkan tanggal 28 Desember 1929 (tidak menunggu kongres) PSII mengumumkan keluar dari PPPKI. Alasannya yaitu karena Pasal 1 Anggaran Dasar PPPKI berlawanan dengan anggaran dasar PSII yang memperbolehkan keanggotaan bagi semua orang islam apa pun kebangsaannya.
2.      Young Islamiten Bond
Dalam perjalanan sejarah bahwa gerakan pemuda Islam pertama beridiologi Islam adalah Young Islamiten Bond (YIB) yang didirikan pada tanggal 1 januari 1925 oleh R. Syamsurizal (Raden Syam) di Jakarta.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam perjalanan sejarah gerakan pemuda Islam di Indonesia mempunyai dua tujuan, yaitu pertama adalah tujuan merebut kemerdekaan Indonesia dan kedua partisipasi dalam memajukan rakyat Indonesia.
Adapun tantangan Young Islamiten Bond sebagai gerakan pemuda islam adalah: tantangan deologis, tantangan modernitas, dan tantangan Invasi Budaya.
   
   E.     Referensi
Ahmad Syaukani, 1997. Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam. Bandung: PT Pustaka Setia.
Jamaludin. 2008. Jong Islamiten Bond 1925-1942 sebagai Gerakan Pemuda Islam di Indonesia (Skipsi). Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah.


[1] Ahmad Syaukani, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam. Bandung: PT Pustaka Setia. 1997. Hlm 126-127
[3] Ahmad Syaukani, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam. Bandung: PT Pustaka Setia. 1997. Hlm 127.
[5] Jamaludin, (Jong Islamiten Bond 1925-1942 sebagai Gerakan Pemuda Islam di Indonesia (Skipsi)), (Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah, 2008) hlm. 20-22
[6] Jamaludin, (Jong Islamiten Bond 1925-1942 sebagai Gerakan Pemuda Islam di Indonesia (Skipsi)), (Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah, 2008) hlm. 43-48
[7] Jamaludin, (Jong Islamiten Bond 1925-1942 sebagai Gerakan Pemuda Islam di Indonesia (Skipsi)), (Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah, 2008) hlm. 38-42

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah tentang: BAIK DAN BURUK

LANDASAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI DALAM PENDIDIKAN

Makalah tentang Rabi'ah al-Adawiyah