Jangan Pernah Samakan Ta’aruf dengan Pacaran
Eits.....
Ada yang merasa kurang setuju dengan
judul diatas??
Tenang aja, InsyaAllah akan Hadi
sayat setajam silet! Hehe....
Mungkin bagi para aktivis pacaran
akan tidak senang jika ada yang melarang mereka untuk pacaran. Tapi bagi Hadi,
mereka yang tidak senang itu semoga segera dibukakan pikiran dan penglihatannya
oleh Allah, bahwa aktivitas pacaran itu ngak ada gunanya, ngak ada untungnya,
ngak ada harganya.... (pokonya masih
banyak “ngak” yang lainnya deh). Tapi, berbagai atau beribu bahkan jutaan
alasan akan timbul dari para aktivis pacaran jika ditanya mengapa mereka
pacaran. Salah satu alasan yang sangat populer adalah Pacaran yang Islami. (Beh.... Set dah dari kapan tuh ada pacaran
yang Islami?), bahkan ada juga yang ngotot bahwa pacaran disamakan sama
Ta’aruf (Ya.. Jelas bedalah Mba, Mas,
Tante, Om... dll)
Coba camkan ini baik-baik
ya.....
Sumber Pacaran dari mana?
Jawab: dari budaya orang kafir, noh.... ih ngak jelas
banget alias GaJe lah bahasa kerennya. Hehe......
Kalo Ta’aruf?
Jawab: Ya jelaslah, dalam Islam Ta’aruf
diperbolehkan dan tetntunya ada dalam Islam. Beda sama pacaran yang didalam
Islam tidak ada sama sekali.
Tempat pacaran itu dimana?
Jawab: dimana ajah yang penting happy (Katanya sich).... bisa di Hutan (Beh...), di jalan (ckckc..), di warung (banyak
uang..), di Kos (Wadduh), di
Masjid (Wow!), di tempat yang
gelap-gelap (Hus ... Ngapain tuh),
bahkan yang paling ekstrim DI WC (Whattss??
Spesial banget tuh tempat)......
Kalo Ta’arruf dimana?
Jawab: Yang pasti ngak sama dengan tempat para
aktivis pacaran di atas noh, yang sukanya disembarangan tempat.! Dalam ta’aruf
yang intinya hanya bertanya tentang status akhwatnya (perempuannya) apakah sudah
siap untuk menikah? atau apakah sudah ada yang meminang (Mengkitbah) dirinya?.
Ya ... tidak perlulah ditempat-tempat yang kaya para aktivis pacaran diatas itu
tuh.............
Cara pacaran itu bagaimana
sih?
Jawab: cukup katakan “Aku Cinta Kamu” atau “I Love
You” dan dibalas dengan kata “Aku Cinta Kamu Juga” atau “I Love Too” aja udah
cukup tuh, terus resmi deh pacaran .. (Resmi
dari mana? Hongkong kali ye...
Terus kalo Ta’aruf gimana
coba?
Jawab: dalam ta’arruf itu .... ketita ikhwannya
bertanya kepada akhwatnya apakah dirinya siap untuk menikah? atau apakah sudah
ada yang meminangnya? Dan ternyata akhwatnya siap untuk menikah dan belum ada
yang menhkhitbahnya. Maka, akan ada pertemuan antara dua pihak (keluarga besar).
Yang initinya adalah pengkhitbahan/peminangan. Serta membicarakan kapan akan
dilangsungkannya pernikahan? (perhati’in
tuh .... ngak sembarangankan caranya. Serius lagi menuju kepernikahan)
Pacaran itu arahnya kemana
sih?
Jawab: arahnya ngak jelas banget, yang jelas itu
arahnya ke maksiat.... ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi
contoh:
1. Iman luntur maksiat jalan
terus, karena kebanyakan dari aktivis pacaran yang seakan melegalkan Zinah
seperti pegang-pegangan (ckckckc......),
peluk-pelukan (Astaghfirullah...),
dan yang terparah adalah persetubuhan (Na’udhubillah......)
2. Belum tentu yang lagi
pacaran sekarang ini akan bersanding di pelaminan/pernikahan.
3. Aib/rahasia tidak akan
terjamin tertutupi jika pacarannnya ternyata putus. (Buka kartu ceritanya nih.... )
4. Bisa stress atau bahkan
yang terparah adalah bunuh diri karena mikiran pacarannya putus. (Ih.... serrreem buanget...)
Dan masih banyak lagi yang lainnya.....!!!
Kalau Ta’aruf kemana arahnya?
Jawab: Arah
dari ta’arruf sendiri tentuya adalah pernikahan. Pun, kalau pernikahan gagal
terwujud, maka segala sesuatu seperti aib akan ditutup rapat-rapat dan tentunya
orang-orang tidak akan ada yang tahu, terkecuali yang berta’aruf itu sendiri.
Hadi rasa beberapa paparan
diatas sudah jelas sekali bahwa pacaran
dan
ta’aruf tidak bisa disamakan bagaimanapun caranya.! Kalau masih ada yang
ngotot juga
mau nyamai pacaran sama ta’aruf... pasti dia itu lagi pacaran
sekarang atau punya cita
cita untuk pacaran. Makanya bela-belain setengah mati
nyamain pacaran dengan
ta’arruf agar punya alasan untuk pacaran, kalo udah
pacaran jadi ngak ketinggalan
zaman alias ngikuti trend, dianggap laku oleh
orang lain, terus bisa gaya-gaya’an,
pacaran di WC, ketahuan satpam, dan malu-maluin keluarga.
Kalau
memang dari para aktivis pacaran ada yang ngak setuju. Hadi tantang
deh sekarang, coba carikan Hadi satu dalil Al-qur’an dan Hadis yang mewajibkan
seseorang untuk pacaran. Kalo ada yang menemukan satu dalil saja maka beritahu
Hadi, Biar
Hadi pacaran juga..... ! hehehe...... (ini
serius loh ya)
Komentar
Posting Komentar