MAKALAH TENTANG MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK

   Kepada seluruh pembaca yang budiman, mohon maaf apabila dalam artikel ini terdapat kesalahan,  juga diharapkan kepada para pembaca sekalian harap teliti terlebih dahulu sebelum menjadikan artikel ini sebagai referensi sehingga meminimalisir kesalahan di lain hari. 

         Jika ada kritik dan saran silahkan sampaikan dengan baik pada kolom komentar di bagian bawah artikel ini.
Saya ucapkan terimakasih atas kunjungannya.
         
           Terakhir saya ingin mengutip kata dari Syaidina Ali bin Abi Thalib yang artinya "Lihatlah apa yang dikatakan dan jangan pernah melihat siapa yang mengatakan"
Wassalam.

Dan untuk mendapat file makalah ini dalam bentuk .doc silakan download di bawah ini:
 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.        Latar Belakang

Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar, kreatifitas pengajar dan metode pembelajaran yang digunakan sesuai berdasarkan konteksnya. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut, juga dengan metode yang relevan akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

Mengingat pentingnya relevansi suatu metode dalam kegiatan belajar mengajar, dan demi menjaga keberlangsungan interaksi antara pengajar dan peserta didik, dalam makalah ini penulis mencoba untuk menguraikan metode tematik dalam mengajar agar bisa diaplikasikan dalam praktisnya sesuai dengan konteks, sehingga setidaknya kita bisa mengetahui metode tematik dalam pembelajaran, dan kita bisa menentukan mana tema belajar yang signifikan untuk suatu metode tematik yang berorientasi pada karakteristik peserta didik itu sendiri, agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara interaktif dan optimal.

 

B.        Rumusan Masalah

1.        ApaPengertian Metode Pembelajaran Tematik?

2.        ApaLandasan Pembelajaran Tematik?

3.        ApaPrinsip Dasar Pembelajaran Tematik?

4.        Bagaimana Karakteristik Pembelajaran Tematik?

5.        Apa Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tematik?

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.       Pengertian Metode Pembelajaran Tematik

Model pembelajaran tematik adalah merupakan kegiatan belajar mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar cara ini dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, materi beberapa mata pelajaran disajikan dalam tiap pertemuan. Sedangkan carakedua, yaitu tiap kali pertemuan hanya menyajikan satu jenis mata pelajaran. Pada cara kedua ini, keterpaduannya diikat dengan satu tema pemersatu. Oleh karena itu pembelajaran tematik ini sering juga disebut pembelajaran terpadu atau integrated learning.

Bentuk keterkaitan atau keterpaduan ini dapat diartikan sebagai pemberdayaan materi pelajaran satu pada waktu menyajikan materi pelajaran lain yang diikat oleh satu tema. Melalui pembelajaran tematik, pemahaman konsep selalu diperkuat karena adanya sinergi pemahaman antara konsep yang dikemas dalam tema. Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).

Pada pembelajaran tematik cara pertama menuntut kreativitas guru dan sistem persekolahan yang memiliki otoritas tinggi untuk membuat keputusan sendiri berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan gagasan inovatif seperti pembelajaran tematik yang memungkinkan terjadinya perubahan jadwal dan perubahan target program kelas. Pada pembelajaran terpadu dengan cara kedua ini memberi peluang pada sistem persekolahan yang masih bersifat sentralistik, dimana sekolah banyak mengikuti kebijakan yang ditentukan dari pengambil keputusan diluar sekolah seperti penjadwalan dan target kurikulum.

Misalnya, padu waktu berbelanja di pasar, mereka berhadapan dengan hitung menghitung (Matematika), aneka ragam makanan sehat (IPA), dialog tawar-menawar (bahasa Indonesia), dan harga yang terkadang naik turun (IPS), serta beberapa materi pelajaran lainnya. Sebaliknya, materi pelajaran yang tidak saling terkait merupakan hal yang abstrak bagi anak. Oleh karena itu, pembelajaran tematik akan dirasakan lebih bermakna bagi diri anak.

Pembelajaran tematik dapat mempermudah anak dalam membangun gagasan atau pengetahuan baru, karena materi yang disajikan saling terkait satu sama lain. Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna apabila materi pelajaran yang sudah dipelajari atau dipahami siswa dapat dimanfaatkan untuk mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran yang terpadu sangat berpeluang dalam membantu dan memanfaatkan pengetahuan anak yang telah dimiliki sebelumnya.

Pembelajaran tematik memberikan peluang kepada anak untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah sasaran pendidikan ini meliputi (jujur, teliti, tekun, terbuka terhadap gagasan ilmiah), keterampilan (memperoleh, memilih, dan memanfaatkan informasi, menggunakan alat, mengamati, membaca grafik, termasuk juga keterampilan sosial seperti bekerjasama dan kepemimpinan), dan wawasan kognitif (seperti gagasan konseptual tentang lingkungan dan alam sekitar).

Pembelajaran tematik memberi peluang kepada anak untuk membangun sinergi kemampuannya, sehingga tujuan utuh pendidikan (mandiri, peka, dan bertanggungjawab) dapat dicapai. Kemampuan yang diperoleh dari satu mata pelajaran akan saling memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata pelajaran lain. Sehingga guru dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun rencana pembelajaran. Tidak hanya siswa, guru pun belajar lebih bermakna terhadap konsep-konsep sulit yang diajarkan. Dengan demikian, pembelajaran tematik merupakan salah satu wahana ideal untuk mengangkat realita sehari-hari sebagai tema pengajaran.

B.        Landasan Pembelajaran Tematik

Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, (3) humanisme. Aliran Progresivismememandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pembelajaran sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan kemampuan siswa.

Aliran Konstruktivismemelihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Sedangkan Aliran Humanismemelihat siswa dari segi keunikan atau kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.[1]

Landasan Psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi atau materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi atau materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.

Landasan Yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (Pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan barhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).[2]

C.        Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran. Pembelajaran tematik perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin dan saling terkait.

Materi-materi dalam pembelajaran tematik yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Misalnya ada materi pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam GBPP. Namun penyajian materi pengayaan seperti ini perlu dibatasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran.

Pembelajaran tematik tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi sebaliknya pembelajaran tematik harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. Materi pelajaran yang dipadukan tidak perlu terlalu dipaksakan, artinya materi yang tidak mungkin dipadukan, tidak usah dipadukan.

D.       Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1.        Berpusat pada siswa.

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2.        Memberikan pengalaman langsung.

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3.        Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

4.        Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.

Proses pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5.        Bersifat fleksibel.

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6.        Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.[3]

E.     Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tematik

Dalam suatu model pembelajaran pasti akan terdapat suatu kekurangan, seideal apapun suatu model pembelajaran, pasti akan terdapat suatu kekurangan. Dimana terdapat ketidak sesuaian, ketidak sesuaian tersebut pasti terdapat dalam salah satu aspek-aspek tertentu.

Mengingat bahwa makalah ini menjelaskan tentang model pembelajaran tematik, maka dari itu penulis akan menguraikan kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran tematik.

Menurut Kunandar (2007: 315), model pembelajaran tematik mempunyai beberapa kelebihan yakni:

1.        Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.

2.        Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

3.        Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.

4.        Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didiksesuai dengan persoalan yang dihadapi.

5.        Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.

6.        Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

7.        Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.

Selain kelebihan-kelebiha model pembelajaran tematik yang dipaparkan di atas, model pembelajaran tematik ini pun memiliki beberapa kelemahan. Yang menjadi kelemahan dalam model pembelajaran tematik tersebut adalah apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.[4]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.       Kesimpulan

Dalam pembahasan diatas telah diuraikan beberapa pengertian model pembelajaran tematik secara umum, kemudian tentang karakteristik dari model pembelajaran tematik, dan yang terakhir adalah uraian tentang kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran tematik. Dari uraian diatas akhirnya disimpulkan bahwasanya model pembelajaran tematik ini katakanlah populer, lantaran materi dari tiap mata pelajaran dapat kita satukan, atau dengan kata lain, dapat dikait-kaitkan. Dengan begitu, proses penyampaian materi akan lebih mudah diserap karena materi yang diajarkan berikutnya, seolah sudah diajarkan sebelumnya dalam mata pelajaran lain yang dikaitkan dengan mata pelajaran berikutnya.

Model pembelajaran tematik ini juga kiranya lebih relevan diterapkan, sebab model pembelajaran tematik ini juga dapat membantu membangkitkan minat belajar siswa. Karena dalam pengemasan mata pelajaran menggunakan model pembelajaran tematik ini, mata pelajaran yang disaling kait-kaitkan dikemas dalam bentuk penyampaian materi yang didalamnya terdapat unsur bermain, sehingga siswa sekolah dasar akan lebih menyukainya.

 

B.        Saran

Kiranya model pembelajaran tematik ini lebih bermakna, bermakna disini berarti bahwa siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Berangkat dari pemahaman kebermaknaan model pembelajaran tematik, maka dari itu kiranya perlu seorang guru dan atau kita selaku mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang menjadi calon-calon guru untuk memahami tentang model pembelajaran tematik, lantaran model pembelajaran tematik ini adalah merupakan model pembelajaran yang dapat dikatakan komprehensif, karena disamping memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa, juga merangsang segi afektif siswa itu sendiri.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Depdiknas. (2007). Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta.

Kunandar. (2007). Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat n SatuaPendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. (1985). Teori Belajar. Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta.

Wirawan, Sarlito. (1978). Berkenaan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.

 



[1]Wirawan, Sarlito. Berkenaan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh Psikologi. Jakarta: 1978. Bulan Bintang. Hlm. 43-47

[2] Depdiknas. Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: 2007.

[3]Nana Sudjana. Teori Belajar. Jakarta:1985. Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta.Hlm 58-62

[4] Kunandar. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat n SatuaPendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: 2007. PT Raja Grafindo Persada. Hlm. 45-46


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah tentang: BAIK DAN BURUK

Makalah tentang Rabi'ah al-Adawiyah

LANDASAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI DALAM PENDIDIKAN