Islam di Asia Tenggara: Proses Islamisasi Pertumbuhan Lembaga Sosial Dan Lembaga Politik Perkembangan Keagamaan dan Peradilan
Kepada seluruh pembaca yang budiman, mohon maaf apabila dalam artikel ini terdapat kesalahan, juga diharapkan kepada para pembaca sekalian harap teliti terlebih dahulu sebelum menjadikan artikel ini sebagai referensi sehingga meminimalisir kesalahan di lain hari.
Jika ada kritik dan saran silahkan sampaikan dengan baik pada kolom komentar di bagian bawah artikel ini.
Saya ucapkan terimakasih atas kunjungannya.
Terakhir saya ingin mengutip kata dari Syaidina Ali bin Abi Thalib yang artinya "Lihatlah apa yang dikatakan dan jangan pernah melihat siapa yang mengatakan"
Wassalam.
Dan untuk mendapat file makalah ini dalam bentuk .doc silakan download di bawah ini:
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada
era modern ini hampir semua mengalami perkembangan, mulai dari teknologi
sebagai budaya hingga perilaku manusia itu sendiri. Perkembangan tidak musti
berubah tapi berubah atau perubahan sudah pasti berubah atau berbeda dengan
aslinya. Perkembangan biasanya diikuti dengan perbaikan dari yang sudah ada
sebelumnya, berbeda dengan perubahan yang tidak musti dengan perbaikan dari
sebelumnya. Yang jelas, perkembangan dan perubahan itu sendiri subjeknya yaitu
perkembnagan dan perubahan tersebut.
Berbicara
mengenai perkembangan, sudah pasti kita harus menengok sejarah awal dari adanya
perkembangan tersebut, bagaimana awal adanya perkembangan tersebut? Apakah
perkembangannya otomatis muncul sendiri? Apakah ada pembawanya?. Makalah ini
akan membahas mengenai “Islam di Asia Tenggara: Proses Islamisasi Pertumbuhan
Lembaga Sosial Dan Lembaga Politik Perkembangan Keagamaan dan Peradilan”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
proses masuknya Islam di Indonesia?
2.
Bagaimana
pertumbuhan politik di Indonesia?
3.
Bagaimana
perkembangan keagamaan dan peradaban di Indonesia ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
menjelaskan proses masuknya Islam di Indonesia.
2.
Untuk
menjelaskan pertumbuhan politik di Indonesia.
3.
Untuk
menjelaskan perkembangan keagamaan dan peradaban.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Proses Masuknya Islam di Indonesia
Indonesia
telah dikenal sejak zaman dahulu oleh bangsa-bangsa baik di timur maupun di
barat, karena menjadi jalur lalu lintas perjalanan. Sebagai wilayah yang mudah
dijangkau dan menghasilkan banyak hasil bumi, maka amat logis jika Indonesia
menjadi wilayah untuk memperoleh pengaruh, dan tidak terkecuali untuk
penyebaran agama Islam.[1]
Mengenai
proses masuknya Islam ke Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni
masyarakat sepanjang pesisir utara. Dalam hal ini yang membawa dan
memperkenalkan Islam kepada masyarakat Nusantara adalah para saudagar-sudagar
muslim baik yang datang dari Gujarat maupun Arab dengan cara berdagang. Dari
hubungan dagang inilah maka akhirnya mereka aling mengenal dan terjadilah
hubungan yang dinamis da antara mereka. Latar belakang sejarah berkembngnya
kelompok-kelompok pedagang muslim di kepulauan nusantara ini merupakan indikasi
bahwa Islam disebarluaskan kepada masyarakat nusntara. Oleh para saudagar
muslim. Mereka tidak semata-mata berdagang melaikan juga berdakwah. Pada
mulanya proses penyebaran Islam (terutama di pulau Jawa) masih terbatas hanya
di daerah-daerah pantai, namun sejak abad XV kota-kota di dekat pantai, baik
Jawa, Sumatera, maupun daerah-daerah lain berubah menjadi wilayah yang
berpenduduk muslim. Dari uraian di atas jelaslah bahwa masuknya Islam ke
Nusantara adalah melalui dua jalur, yaitu jalur darat dan jalur laut.
Melalui
jalur darat Islam dibawa dari Makkah melalui Baghdad-Kabul-Kashmir, lalu
singgah di Siangkiang Malaka melalui daerah pesisir. Setelah mendapat pengikut
di Semenanjung melaluijalur laut, mula-mula Islam disebarkan dari Jedah menuju
Aden (sekarang Yaman) terus ke Maskat dan Baisut (keduanya termasuk daerah
Oman). Dari Oman kemudian ke pantai Malabar terus ke Kodonggalor, Qulam Nali
(Qutan) dan kalian (semuanya termasuk wilayah Indonesia), kemudian ke negeri
Cyilon dan melalui Chittagong (Bangladesh) dan Akhjab (Birma) kemudian dari
Birma akhirnya Islam sampai ke Nusantara melalui dua jalur:[2]
Melalui
Malaka, pantai Kantom (Cina Selatan), Kucin Barunai dan akhinya sampai di
kepulauan Mindanau, Peurelak, Samudra Pasai, Kuta Raja, Lamua, Barus, Padang,
Banten, Jepara, Gresik, Ujung Pandang.
Para
sejarawan menetapkan bahwa Islam ke Indonesia ada dua golongan yaitu saudagar
dari Gujarat dan Arab:
1.
Orang
Gujarat terbukti dengan
a.
Perdagangan
(hubungan dagang)
b.
Ukir-ukiran
Arab dalam kuburan Islam di Indonesia dengan motif Gujarat
c.
Adanya
gelar Syah
d.
Adanya
persamaan antara India dengan Indonesia
e.
Adanya
madhzab Syi’ah di Indonesia, seperti wahdatul wujud.
2.
Para
saudagar dari Arab dengan alasan:
a.
Sudah
adanya perdagangan pantai antara Arab dan Indonesia, melalui lautan sebagai
terminal menuju Cina
b.
Franus
Daj dalam bukunya The Lord of Preverela, menyebutkan bahwa orang Arab sudah
lama menetap di Malabor India, yaitu orang Oman dan Hadramzut
c.
Adanya
berita al-Mas’udi, ia mengatakan bahwa pada tahun 675 M terdapat lebih kurang
10.000 orang berasl dari Oman, Siraz, Basrah dan Baghdad, yang berasl dri
Malabor (Nunjud Dzannab)
d.
Telah
ada keluarga orang Arab di Sumatera pada tahun 675 M sebagai utusan dari Arab untuk
kunjungan ke Kalingga.[3]
Berdasarkan
hasil seminar nasional tentang masuknya Islam ke Indonesia yang diadakan di
Medan pada tahun 1963 disimpulkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada
abad ke 1 Hijriyah (ke-7 M) secara langsung dari tanah Arab. Daerah yang
pertama kali menjadi daerah masuknya Islam adalah pesisis Sumatra. Agama Islam
disebarkan oleh para saudagar muslim dengan cara damai. Setelah agama Islam
diterima oleh masyarakat Indonesia, terjadilah proses Islamisasi. Hal itu
terjadi melalui beberapa cara seperti perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan,
kesenian dan politik.[4]
Rincian hasil seminar masuknya Islam di Indonesia yaitu:
1.
Menurut
sumber-sumber yang diketahui, Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke
Indonesia pada abad pertama Hijriyah (abad ke 7 M) dan langsung dari Arab.
2.
Daerah
yang pertama didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatera, dan bahwa setelah
terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama berada di Aceh.
3.
Dalam
proses pengislaman selanjutnya, orang-orang di Indonesia ikit aktif mengambil
bagian.
4.
Mubaligh-mubaligh
Islam yang pertama-tama itu selain sebagai penyiar Islam juga sebagai saudagar.
5.
Penyiaran
Islam di Indonesia dilakukan dengan cara yang damai.
6.
Kedatangan
Islam ke Indonesia, membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam
membentuk kepribadian bangsa Indonesia.[5]
Terdapat beberapa teori
yang membahas tentang masuknya Islam di Indonesia diantaranya yaitu: teori
Gujarat, teori Mekah dan teori Persia
1.
Teori Gujarat
Teori ini berpendapat
bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari
Gujarat (cambay), India.[6] Adapun
peletak dasar teori ini kemungkinan besar adalah Snouck Hurgronje. Hal ini
dapat dilihat dalam bukunya L’Arabie et
les Indes Neerlandaises, atau Revua
de I’ Histoire des Religious,jilit Ivil. Tokoh lain yaitu W.F.Stuterheim
dalam bukunya De Islamen Zijn Komst In de
Archipel.[7] Dasar dari teori ini yaitu sebagai
berikut:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam
di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur
Indonesia-Cambay-Timur Tengah-Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik al Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat.
Para ahli yang
mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya
kekuasaan politik Islam yakni adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga
bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah
di Perlak tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk
yang memeluk Islam dan banyak pedagang
Islam dari india yang menyebarkan Islam.[8]
2.
Teori Makkah
Teori Makkah atau yang lebih dikenal dengan teori Makkah ini datang ke
Melayu secara langsung dari Arab, karena muslim wilayah Melayu berpegang pada
madzhab Syafi’I yang lahir di Semenanjung tanah Arab. Teori ini disokong oleh
Sir John Crawford.[9]
Menurut pendapat Hamka menyatakan bahwa beliau menolak pendapatagama Islam
masuk ke Nusantara pada abad ke-13 berasal dari Gujarat, Hamka lebih
mendasarkan pandangannya pada peranan Bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam
ke Indonesia. Gujarat dinyatakan seperti tempat singgah semata dan Makkah
sebagai pusat, atau Mesir sebagai tempat pengambilan ajaran Islam. Selain itu
Hamka menolak pendapat yang menyatakan bahwa agama Islam masuk ke Nusantara
pada abad ke-13 karena di Indonesia pada abad ke-13 telah berdiri kekuasaan
politik Islam. Jadi masuknya Islam ke Nusantara terjadi jauh sebelumnya yakni
pada abad ke-7.
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori
lama yaitu teori Gujarat. Teori mekah berpendapat bahwa Islam msuk ke Indonesia
abad ke-7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini yaitu
sebagai berikut:
a. Pada abad ke-7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatra sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak
abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran madzhab Syafi’I, dimana pengaruh
madzhab Syafi’I terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekah. Sedangkan
Gujarat / India adalah penganut madzhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar “Al Malik”, yaitu gelar tersebut
berasal dari Mesir.
Pendukung teori Mekah
ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini
menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya
ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke-7 dan yang berperan besar
terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.[10]
3. Teori Persia
Teori Persia menjelaskan bahwa agama Islam ke Indonesia adalah dibawa oleh
bangsa Persia yang berdasarkan pada sumber bukti sejarah berupa berita Cina
yaitu adanya koloni para pedagang Islam di Tashih yang berada di Sumatra bagian
barat.
Kemudian proses penyebaran Islam dimuali dari pesisir pantai pulau
Sumatera, lalu menyebar ke wilayah lainnya, seperti Sumatera tengah, Tapanuli,
dan Sumatra Selatan. Dari pulau Sumatera dakwah Islam menyebar ke pulau Jawa.
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia
dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti berikut:
a. Peringatan 10 Muharrom atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein, cucu
Nabi Muhammad saw., yang sangat dijunjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di
Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/tabut.
Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran sufi yang dianut Syaih Siti Jenar dengan sufi dari Iran
yaitu al hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk
tanda-tanda bunyi harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkembangan Leren/Leran di Giri daerah gresik. Leren adalah nama
salah satu pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husein dan P.A. Husein
Jayadiningrat.[11]
B.
Pertumbuhan
Politik di Indonesia
1.
Perkembangan Politik Era Presiden
Soekarno
Sebagai pemimpin besar revolusi.
Soekarno dipandang sebagai Presiden Republik Indonesia yang punya kharisma
politik tersendiri. Lugas, tegas, menggebu-gebu. semangat, dan cenderung
anti-harat merupakan gambaran yang bisa kita saksikan pada setiap pidato
politiknya Masa awal kepemimpinannya, ditandai dengan terbentuknya sistem
pemerintahan parlementer. Sistem ini menciptakan sebuah pemerintahan yang
memberi kekuasaan dominan kepada lembaga legislatif. Terbentuknya berbagai partai
politik yang bebas menyuarakan aspirasi merupakan tanda kehidupan politik
terakomodir.
Perkembangan politik di era
kepemimpinan Soekarno, telah memberikan ruang luas bagi partai politik untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan politiknya. Ini terbukti dengan terbentuknya
sistem kepartaian (multipartai). Masyarakat pun memiliki pilihan yang banyak
untuk menempatkan keterwakilan politiknya di parlemen. Pemilu sebagai ciri dari
negara demokrastis. di era Soekarno diselenggarakan dengan baik. Kebebasan pers
menduduki posisi tertinggi, sebagai media informasi yang dijamin kebebasannya.
Namun hal tersebut tidak berlangsung lama. Era kepemimpinan kemudian ditandai
dengan melemahnya sistem kepartaian yang bebas. Lalu terjadi gerakan
perkembangan yang lambat terhadap perkembangan politik Indonesia saat itu.[12]
2.
Perkembangan Politik Era Presiden
Soeharto
Perkembangan politik Indonesia era
kepemimpinan Presiden Soeharto di mulai ketika ia "mengambil alih"
kekuasaan dari Presiden Soekarno. Pemerintahan politik dijalani berdasarkan
asas Pancasila yang juga mengatur seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara.
Awalnya realisasi pengamalan Pancasila mampu diterima masyarakat sebagi
"kiblat" pemerintahan politik yang dijalankan Soeharto. Namun,
berubah sebagai alat pemaksaan kehendak, yang mengubah sistem pemerintahan
menjadi otoriter. Presiden menjadi komandan pemerintahan yang tidak boleh tersentuh
oleh apapun dan siapapun. Kehidupan politik yang diharapkan mengalami
perkembangan setelah runtuhnya rezim Soekarno ternyata hanya jadi retorika
semata.
Posisi politik lembaga legislatif
yang seharusnya menjadi penyeimbang kekuasaan, malah menjadi tameng dari
pemerintah yang dibangun secara over sentralistik. Rotasi kekuasaan politik tak
pernah terjadi hingga 32 tahun lamanya Pemilu hanya dijadikan rutinitas lima
tahunan yang pemenangnya sudah bisa ditebak. Partai Golkar menjadi kendaraan
politik yang ampuh digunakan oleh Soeharto untuk mengamankan setiap keputusan
politik pemerintahannya di DPR. Bahkan. Presiden Soeharto berubah sangat
arogan, dengan menggunakan kekuatan militer pada setiap situasi keamanan yang
bisa saja mendorong masyarakat untuk bergerak melawan rezimnya yang korup.[13]
3.
Perkembangan Politik Era Reformasi
Tidak ada yang dapat memberikan
penilaian dengan pasti apakah cita-cita reformasi sudah terwujud atau belum.
Runtuhnya kekuasaan Soeharto padahal telah memberikan secercah harapan bagi
terciptanya iklim demokrasi yang jauh lebih baik. Namun, harapan itu kenyataan
hanya menjadi mimpi tanpa realisasi nyata. Masih adanya perbedaan dalam
pandangan ketegasan terhadap sistem pemerintahan, merupakan salah satu
indikator yang bisa kita lihat. Di sini terlihat ada persaingan politik yang
terjadi, antara pemerintah dan legislatif sebagai pembuat produk undang-undang.
Kekuasaan presiden tidak mutlak
dijalankan secara penuh, tapi terpengaruh pada parlemen. Hal ini akhirnya
menciptakan situasi politik yang tidak sehat karena presiden teipaku oleh
kepentingan lain. Kepentingan itu bisa jadi tidak berpengaruh pada perbaikan
kondisi bangsa secara keseluruhan. Dari uraian tadi, jelas terlihat bahwa
sistem demokr asi dalam perkembangan politik Indonesia yang dibangun pasca Orde
Baru masih mencari bentuk yang ideal. Satu prestasi yang patut kita cermati
adalah keinginan yang kuat untuk merealisasikan sistem pemilihan kepala daerah
langsung. Kebebasan berserikat dan berpendapat yang ada dalam undang-undang
dasar direalisasikan dengan sistem multipartai.[14]
C. Perkembangan keagamaan dan peradaban
di Indonesia
Jauh sebelum
Islam masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia telah memeluk agama hindu dan budha
disamping kepercayaan nenek moyang mereka yang menganut animisme dan dinamisme.
Setelah Islam masuk ke Indonesia, Islam berpengaruh besar baik dalam bidang
politik, sosial, ekonomi,maupun di bidang kebudayaan yang antara lain seperti
di bawah ini:[15]
1.
Pendidikan
Pesantren
adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia dengan ciri
yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendididikan paling tua di
Indonesia. Selain itu, dalam pendidikan Islam di Indonesia juga dikenal adanya
Madrasah Ibtidaiyah (dasar), Madrasah Tsanawiyah (lanjutan), dan Madrasah
Aliyah (menengah). Untuk tingkat universitas Islam di Indonesia juga kian maju
seiring dengan perkembangan zaman, hal ini dapat dilihat dari terus beragamnya
universitas Islam. Hampir disetiap provinsi di Indonesia dapat dijumpai
Institut Agama Islam Negeri serta beberapa universitas Islam lainnya.
2.
Organisasi
Terdapat
beberapa organisasi Islam di Indonesia, di antaranya adalah Nahdlatul Ulama
(NU), Muhammadiyah, Jamiat Khair, sebuah organisasi Islam tempat para ulama dan
aktivis bergabung, tempat bermulanya Ahmad Soorkati mengawali karier dakwahnya
di Indonesia. Ia diundang secara khusus oleh gerakan ini untuk menjadi pengajar
pada berbagai badan pendidikan yang dirintisnya pada tahun 1912. Ia datang dari
Sudan, membawa dan mengusung pola pikir rasional dalam berbagai kuliahnya. NU
merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan anggota sekitar 35
juta. NU seringkali dikategorikan sebagai Islam traditional, salah satunya
karena sistem pendidikan pesantrennya. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam
terbesar kedua, dengan anggotanya yang sekitar 30 juta. Muhammadiyah memiliki
ribuan sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan tinggi serta ratusan rumah
sakit di seluruh Indonesia.
Selain
ketiga organisasi diatas, di Indonesia juga dikenal adanya Front Pembela Islam,
Majelis Mujahidin Indonesia, dan Hizbut Tahrir Indonesia.
3.
Budaya, Adat Istiadat dan Seni
Bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab.
Bahasa Arab sudah banyak menyatu dalam kosa kata bahasa Indonesia, contohnya
kata wajib, fardu, lahir, bathin, musyawarah, surat, kabar, koran, jual, kursi
dan masker. Dalam hal nama juga banyak dipakai nama-nama yang berciri Islam
(Arab).Kebiasaan yang banyak berkembang dari budaya Islam dapat berupa ucapan
salam, acara tahlilan, syukuran, yasinan dan lain-lain. Dalam hal kesenian,
banyak dijumpai seni musik seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji dan
shalawat. Kita juga melihat pengaruh di bidang seni arsitektur rumah
peribadatan atau masjid di Indonesia yang banayak dipengaruhi oleh arsitektur
masjid yang ada di wilayah Timur Tengah.
4.
Politik
Pengaruh ini
dapat dilihat dalam sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
seperti konsep khilafah atau kesultanan yang sering kita jumpai pada
kerajaan-kerajaan seperti Aceh, Mataram. Demak, Banten dan Tidore. ada juga
beberapa daerah yang diberikan keistimewaan untuk menerapkan syariat Islam, seperti
Aceh.
Seiring
dengan reformasi 1998, di Indonesia jumlah partai politik Islam kian bertambah.
Bila sebelumnya hanya ada satu partai politik Islam, yakni Partai Persatuan
Pembangunan-akibat adanya kebijakan pemerintah yang membatasi jumlah partai politik,
pada pemilu 2004 terdapat enam partai politik yang berasaskan Islam, yaitu
Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Bintang
Reformasi, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Bulan
Bintang.
5.
Ekonomi
Daerah-daerah
pesisir sering dikunjungi para pedagang Islam dari Arab, Persi,dan Gujarat yang
menerapkan konsep jual beli secara Islam. Juga adanya kewajiban membayar zakat
atau amal jariyah yang lainnya, seperti sedekah, infak, waqaf, menyantuni
yatim, piatu, fakir dan miskin. Hal itu membuat perekonomian umat Islam semakin
berkembang.
6.
Ulama dan Intelektual; Simbol
Peradaban Islam Indonesia
Munculnya
para Ulama dan Intelektual Islam di seluruh penjuru Nusantara. Mereka
diantaranya :
a.
Syeikh Hamzah al-Fansuri (Sasterawan
sufi agung)
b.
Syeikh Nuruddin ar-Raniri (Ulama
ahli debat,tersohor di Aceh)
c.
Habib Husein al-Qadri (Penyebar
Islam Kalimantan Barat)
d.
Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari
(Pengarang Sabil al-Muhtadin)
e.
Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari
(Ulama sufi dunia Melayu)
f.
Syarif Abdur Rahman al-Qadri (Sultan
pertama kerajaan Pontianak)
g.
Syeikh Abdul Rahman Minangkabau
(Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah)
h.
Mufti Jamaluddin al-Banjari (Ahli
undang-undang Kerajaan Banjar)
i.
Ahmad Khathib Sambas (Mursyid
Tariqat Qadiriyah)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mengenai proses masuknya Islam ke
Indonesia pertama kali melalui lapisan bawah, yakni masyarakat sepanjang
pesisir utara. Dalam hal ini yang membawa dan memperkenalkan Islam kepada
masyarakat Nusantara adalah para saudagar-sudagar muslim baik yang datang dari
Gujarat maupun Arab dengan cara berdagang.
Pertumbuhan politik di indonesia
dapat di bagai menjadi 3 bagian yakni pada masa presiden Soekarno, pada masa
presiden Soeharto dan pada masa reformasi.
Islam berpengaruh besar baik dalam
bidang politik, sosial, ekonomi,maupun di bidang kebudayaan yang antara lain
seperti: Pendidikan, Organisasi, Budaya, Adat Istiadat dan Seni, Politik, Ekonomi,
dan Ulama dan Intelektual; Simbol Peradaban Islam Indonesia.
B.
Saran
Semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Kami selaku penyusun makalah tersebut
mengharapkan saran, dan ide yang bisa membangun, untuk melengkapi makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Azyumardi Azra, Menuju masyarakat madani. Bandung: PT Remaja rosda karya, 2000.
Bahroin Suryanto dan Syarifudin Juhri, Sejarah Kebudayaan Islam,. Bogor:Yudhistira, 2010.
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka
Setia, 2008.
Fatah Syukur NC. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 2009.
http://www.slideshare.net/septianraha/perkembangan-politik-di-indonesia
diakses pada: sabtu, 21-01-2017 pukul 16:39
Muh.Asnawi, Sejarah
Kebudayaan Islam. Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2009.
N. Abbas Wahid dan Suratno,
Khazanah Sejarah kebudayaan Islam, (Solo : PT tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2009.
Samsul MunirAmin, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH, 2009.
[1] Samsul
MunirAmin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2009), hlm 302.
[2] Fatah Syukur
NC. Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2009),
hlm. 181.
[3] Ibid, . . h.
181-182.
[4] N. Abbas Wahid
dan Suratno, Khazanah Sejarah kebudayaan
Islam, (Solo : PT tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), hlm. 102-103.
[5] Samsul
MunirAmin, Sejarah Peradaban Islam,
(Jakarta: AMZAH, 2009), hlm 303.
[6] Bahroin
Suryanto dan Syarifudin Juhri, Sejarah
Kebudayaan Islam, (Bogor:Yudhistira,
2010), hlm 2.
[7] Muh.Asnawi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2009),
hlm 4.
[8] Bahroin
Suryanto dan Syarifudin Juhri, Sejarah
Kebudayaan Islam, hlm. 2-3.
[9] Dedi
Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm
191.
[10] Bahroin
Suryanto dan Syarifudin Juhri, Sejarah
Kebudayaan Islam, hlm. 3-4.
[11] Ibid, . . h.4-5
[12] http://www.slideshare.net/septianraha/perkembangan-politik-di-indonesia diakses pada:
sabtu, 21-01-2017 pukul 16:39
[13] Ibid, . .
[14] Ibid, . .
Komentar
Posting Komentar